Part 2

29 3 1
                                    


Sesuatu itu masih ditunggu kedatangannya. Sesuatu yang entah bagaimana datangnya, kapan, dan dimana??. Semua masih dirahasiakan. Tentang keberadaan nya adalah misteri yang belum bisa diketahui siapapun. Namun ketika sesuatu itu datang dengan membawa rasa sakit maka siapa pun harus bisa berlapang dada menerima. Karna terkadang skenario hidup itu harus memperkenalkan rasa sakit agar senantiasa bersyukur kepada sang pencipta.

Tak ada yang tau kapan kita akan jatuh dan bangkit. Semua pasti akan pada porsi nya masing masing.
Tinggal menunggu waktu Dan bagaimana kita menyikapi itu. Karna dari situ kedewasaan seseorang akan terlihat.

Sore itu, untuk ketiga kalinya gemi di pertemukan oleh orang yang berhasil membuat dia deg - degan. Sebenarnya gemi sedikit malu mengingat kejadian kemaren siang. Tapi untuk apa dia menyimpan malu yang berkepanjangan. Buat gemi kejadian kemaren hanya salah paham saja. Terlebih lagi gemi tidak terlalu memperdulikan omongan orang tentang dirinya. Mungkin saja kemaren tuhan hanya ingin memberi tahu dia tentang nama cowok itu.

Leo..

Begitu lah mereka memanggil. Dia memang sangat rajin beribadah. Apalagi ketika magrib, tiada satu hari pun dia lewati tanpa pergi ke masjid.
Mungkin itu juga yang membuat hati perempuan begitu luluh. Entah apa yang ada dalam pikiran gemi. Dia memang selalu menikmati tiap detik sore menjelang magrib, dengan setuguk es teh yang di buat oleh mba asih penjual makanan dan minuman ringan yang letak nya di sebelah rumah gemi.

Hari itu, cuaca memang sedikit panas, gemi yang kala itu baru pulang sekolah merasa sangat haus. Mulutnya kering seperti tanah yang membutuhkan air. Setiba dirumah, dia langsung mengambil sisa uang saku tadi, melempar tas yang dipenuhi buku - buku berat ke atas kasur dan pergi ke warung sebelah tanpa mengganti baju dulu. Dia masih memakai baju putih abu - abu lengkap dengan atribut sekolah melangkah dengan sedikit cepat. Dia tidak bisa menahan rasa haus  lebih lama.

Warung mba asihh masih terlihat sepi, tidak ada orang sama sekali. Hanya mba asih yang terlihat sedang asyik memainkan ponselnya. Tak lama kemudian mba asih memalingkan wajahnya ke gemi, tersenyum kecil sambil berdiri. Seolah ia tau gemi akan jajan di warungnya. Tentu gemi juga membalas senyuman mba asihh di iringi suara nya yang memesan sesuatu pada mba asih.

" mba ... Es melati nya mba satu. " ucap gemi membuka obrolan

" iyaa gem, bentar yaa ngambil es batunya dulu. Yang tadi udah cair soalnya. " jawab mba asih sambil meninggalkan gemi masuk ke dalam rumah.

Tak lama setelah mba asihh masuk, dari ujung jalan terlihat leo dengan mengenakan kaos hijau, celana pendek, sendal jepit serta sarung yang menggantung di bahu nya. Berjalan santai ke warung mba asihh.

Deg deg.. Jantung gemi mulai berdenyut kencang semenjak matanya melihat dia. Semakin dekat semakin kencang juga denyut jantung gemi. Sebenarnya agak sedikit lemas di tambah lagi dia duduk di samping gemi berdiri. Dia menghadap ke musollah dan membelakangi gemi yang berdiri di dekatnya. Tak lama kemudian mba asih keluar dari rumah membawa beberapa es batu. dia menghancurkan es batu itu dengan palu. Menghantamnya hingga hancur berkeping - keping.

Sepertinya dia belum menyadari kehadiran leo. Mba asih terus melanjutkan membuat es yang Gemi pesan, entah ada angin apa mba asih tiba tiba tersenyum kecil sambil melihat ke arah Leo. Tingkahnya menjadi aneh setelah kedatangan leo.

" Ehh ehh.. " goda mba asih dengan sedikit tersenyum.

Leo yang merasa terpanggil kemudian menoleh ke mba asihh.

" emang elu, hahaha.. " ledek mba asih dengan tawanya

Mendengar itu, gemi hanya tersenyum kecil. Melirik sedikit ke arah leo. Sepertinya raut wajah leo sedikit memerah menahan malu.

LeogemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang