Aku sedang belajar.
Belajar melupakanmu,
Belajar menata hatiku kembali.
~Aluna~
***
Apa yang bisa membuatmu mempertahankan sebuah hubungan, ketika kamu tahu bahwa selama ini kamu hanya berjuang sendiri. Ketika kamu tahu bahwa selama ini cintamu hanya bertepuk sebelah tangan. Ketika kamu tahu bahwa selama ini dia yang kamu cintai tidak pernah menganggapmu cukup pantas untuk berada di sampingnya.
Aluna Zafarani, Dua tahun yang lalu memutuskan untuk melepaskan cintanya. Melepaskan laki-laki yang ia cintai demi kebahagiaan laki-laki itu. Tidak ingin bersikap egois dengan menahan laki-laki itu terlalu lama di sampingnya hanya karena Aluna yang terlalu mencintainya.
Dua tahun menjalin hubungan dengan laki-laki itu bukanlah waktu yang sebentar. Aluna mencurahkan segala kasih sayang dan cinta yang dimilikinya hanya untuk laki-laki itu.
Banyak yang berpikir bahwa cintanya hanyalah cinta monyet, tapi tidak untuk Aluna, baginya, itu adalah cinta pertamanya. Tapi, siapa sangka, cinta yang ia pikir sudah ia miliki nyatanya tak pernah dimilikinya. Cinta yang ia pikir hanya untuknya, nyatanya tak pernah ada namanya di dalamnya.
Dan disinilah Aluna sekarang, setelah berjuang selama dua tahun menyembuhkan luka hatinya akhirnya ia bisa mendapatkan kembali keceriaannya. Keceriaan yang sempat meredup karena patah hati yang terlalu dalam.
"Lun, pulang sekolah temenin gue ke toko buka, ya?!" Ucap seorang gadis berkacamata yang duduk tepat di hadapan Aluna.
Saat ini, Aluna dan sahabatnya berada di kantin. Seperti biasa keduanya selalu menghabiskan waktu istirahat mereka di tempat yang biasa di sebut sebagai surganya anak sekolahan itu. Bukan tanpa alasan teman-temannya menyebut kantin seperti itu. Di tempat itu ada banyak jenis makanan yang bisa membuat mood menjadi lebih baik setelah menghabiskan waktu di dalam kelas menerima pelajaran. Sehingga makanan dan sejenisnya adalah pelampiasan yang sangat pas untuk mengembalikan semangat mereka lagi.
Aluna terlihat berfikir sejenak, jari telunjuknya sengaja di ketuk-ketukkan di dagunya sebagai pertanda bahwa ia sedang mempertimbangkan untuk menemani sahabatnya -Naura- atau tidak.
"Hari ini gue nggak bisa deh!" Seru Aluna akhirnya.
Naura mengerucutkan bibirnya lucu. Sesekali ia membenahi kacamatanya yang melorot dari hidungnya yang mungil.
"Yah... Ayo dong, Lun, entar gue beliin cokelat deh sebagai imbalannya!"
Aluna menggeleng pelan. "Nggak. Cokelat gue masih banyak di rumah!"
"Kalau gitu gue beliin boneka deh!" Naura masih belum menyerah juga.
Aluna membuang nafasnya pelan. sejujurnya ia tidak ingin kemana-mana hari ini setelah pulang sekolah nanti, tapi apa boleh buat sahabatnya yang cuman satu-satunya ini benar-benar memaksa dirinya.
"Ya udah entar gue temenin. Tapi nggak usah dibeliin boneka, gue nggak suka."
Naura bersorak gembira. kedua tangannyavterangkat dan memainkan pipi Aluna yang menggemaskan.
"Makasihbya, Lun. Emang lo yang terbaik!" Cengirnya.
Aluna melepaskan tangan Naura dari wajahnya. Tangannya dengan refleks mengusap pipinya yang terasa panas akibat ulah Naura yang seenak jidatnya mencubit pipinya. Aluna tahu pipi nya cubby, tapi bukan berarti gadis itu akan selalu jadi sasaran empuk untuk sahabatnya itu jika sedang bahagia seperti sekarang, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You
Teen Fiction"Karena sejak dulu semua memang tentang kamu, hanya kamu, cuman kamu, dan karena kamu." ~Aluna~