Sembilan

22 3 0
                                    

Raisa menggerutu, ia harus tinggal di kantor tempat ia bekerja sampai tugasnya selesai yang berarti lembur, tugasnya harus dikumpulkan besok pagi ke atasan yang paling "baik" menurut Raisa. Walaupun ia sangat lelah karena tadi siang ia sudah dibombardir dua rapat beserta tugas lain yang harus dikumpulkan besok juga.

"ARGH!!!" Raisa menggedor mejanya karena kesal akan kelakuan atasannya. Temannya, Hanum hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan rekan kerjanya ini.

"Aku duluan ya." Tatapan Raisa segera beralih ke Hanum. Raisa menatapnya dengan tajam, Hanum hanya bisa terkekeh dan akhirnya meninggalkan Raisa di ruangan itu.

Mata Raisa terpaku pada komputer di depannya. Barisan kalimat tentang saham membuat kepala Raisa seakan ingin meledak, ia sebenarnya sudah muak berada di tempat ini pada jam segini, Raisa ingin merebahkan diri dikasurnya yang hangat yang terletak 2 kilometer dari tempatnya bekerja.

Raisa melanjutkan tugasnya, mengetik dokumen hingga hampir semua orang meninggalkan tempat itu. Waktu menunjukkan pukul 9.00 dan tugas Raisa masih 10 halaman lagi. Raisa sudah mulai terkantuk-kantuk diatas mejanya tidak menyadari ada yang sedang memperhatikannya di dalam kegelapan.

...

Tinggal satu halaman lagi maka Raisa bisa mengacir keluar dari tempat yang sedang ia benci itu. Akhirnya bisa merebahkan diri di atas kasurnya yang hangat nan lembut dan bisa terbang bebas di dunia mimpinya. Raisa mulai bersemangat mengerjakan tugasnya. Keisengan "mereka" mulai terpancing untuk mengganggu Raisa, salah satu dari mereka pergi ke saklar listrik di lorong dan mematikannya. Alhasil, komputer Raisa mati dan juga keadaan disekitarnya jadi gelap gulita.

"ARGHH!!! KENAPA HARUS MATI LAMPU!!!" Amarah Raisa tersulut dan mulai mengumpat karena ia belum menyimpan 3 halaman terakhir pekerjaannya. "Mereka" hanya terkekeh kecil melihat bahan mainan mereka menjerit-jerit bagai orang gila.

Setelah puas mengumpat tentang mati lampu, akhirnya Raisa mencoba mencari saklar listrik. Ia meraba-raba dinding dan juga meja, berusaha mencari pintu lorong tanpa penerangan padahal didalam kantongnya ada handphonenya. "Mereka" sekali lagi terkekeh senang melihat Raisa dengan bodohnya mencari di kegelapan. Akhirnya mereka jenuh melihat Raisa meraba tanpa arah di kegelapan dan segera menyalakan lampunya.

Lampu menyala, dan Raisa berdiri ditengah ruangan sambil meraba-raba seperti orang idiot. Komputernya kembali menyala, Raisa berlari menuju komputernya, berharap sang komputer menyimpan back up dokumennya, dan untungnya dokumen itu ada. Raisa menghela napas, ia segera membuka filenya dan apa yang muncul di layar membuatnya sangat kesal.

File Corrupted.

"SIALAN!!!!!"

...

Pukul 9.45 dan Raisa masih menghadapi komputernya, mengerjakan tugasnya dengan buru-buru. Ia tidak peduli bila atasannya akan menghujatnya karena tugasnya ini. Yang dia ingin adalah tidur di rumah, istirahat. Makhluk yang mengganggunya tadi sudah pergi, menyisakan mereka yang mempunyai niat jahat untuk Raisa.

Lagi-lagi tinggal satu halaman tersisa. Raisa buru-buru mengerjakannya, namun ia merasa sangat haus walau ia sebenarnya ingin cepat pulang, namun tenggorokannya seakan meminta dirinya segera tersiram oleh air, mungkin karena ia mengumpat saat mati lampu tadi.

Raisa beranjak dari kursinya, kali ini ia tidak lupa menyimpan dokumennya dan beranjak menuju lorong. Keadaan yang sepi berpadu dengan lorong yang remang-remang membuat bulu roma Raisa berdiri, ia tidak suka dengan keadaan ini. Lampu di ruangan lain sudah dimatikan, angin dingin yang berhembus pelan, dan suara air menetes dari kamar mandi membuat Raisa bergidik ngeri. Ia mempercepat langkahnya menuju dispenser air, namun ia menyadari satu hal krusial yang seharusnya ia bawa.

Gelas.

Raisa menggerutu dan kembali menuju ruangannya untuk mengambil gelasnya diatas meja. Setengah jalan melewati lorong, senandung kecil tiba-tiba menggema di lorong, bulu roma Raisa segera terjaga, ia memandang tempat dimana senandung itu berasal.

Kamar mandi.

Raisa berlari menuju ke ruangannya, langkahnya menggema di lorong, namun senandung itu masih terdengar seperti dinyanyikan di telinga Raisa. Raisa membuka pintu ruangannya, kemudian mengemasi barangnya, ia sudah muak dengan tempat ini ia ingin segera pulang ke rumah walaupun atasannya akan menurunkan gajinya atau semacamnya. Raisa juga mengambil gelasnya dan siap berangkat, ia berlari menuju pintu keluar ke lorong.

"Kenapa kamu pergi?"

Raisa terkejut secara instan ia menoleh kebelakang dan menyadari ada orang selain dia disini. Seorang gadis dengan terusan putih berrambut panjang terlihat sedang duduk di ujung ruangan. Raisa melangkah mundur semakin dekat dengan pintu.

"Jangan pergi sendiri, bawa aku juga."

Tunggu, apa?

"Bawa aku PERGI DARI SINI!!!" Gadis itu berdiri, kursinya terjatuh kebelakang, dan apa yang dilihat Raisa sekarang membuatnya ketakutan setengah mati. Organ dalam yang berceceran berjatuhan dari perut gadis itu, bau anyir segera menyeruak ke atmosfer, usus busuknya terlihat sangat hitam dan mengeluarkan bau yang sangat tak sedap.

Apa yang dihadapi Raisa sekarang bukan manusia.

Tapi hantu.

"ARGHH!!!! PERGI!" Raisa dengan spontan melempar gelasnya ke makhluk itu dan berlari meninggalkan ruangannya.

"JANGAN KAU COBA LARI!" Makhluk itu mulai mengejarnya dengan kecepatan yang hampir sama dengan Raisa. Suara ususnya yang terseret beserta bau tak sedap dari situ membuat Raisa mengingat kejadian saat ia masih kecil dimana ia dan temannya melihat mayat yang tenggelam di danau.

Raisa masih berlari menuju lift, keringat dingin berjatuhan, sekarang maslahnya tinggal hidup atau mati. Raisa mempercepat langkahnya, meninggalkan makhluk itu di belakang. Pintu lift sudah terlihat, Raisa segera memencet tombol lift dan masuk kedalamnya.

1 detik

Keringat dingin bercucuran, degup jantung menggedor.

2 detik

Makhluk itu mendekat dan pintu lift masih belum tertutup.

3 detik

Raisa merapalkan doa, pintu lift setengah tertutup.

4 detik

Makhluk itu makin dekat dan pintu lift nyaris sempurna tertutup.

5 detik

"JANGAN TINGGALKAN AKU!!!"

Pintu lift tertutup sempurna dan melesat ke lantai satu menyisakan Raisa yang menghela napas.

...

Raisa tidak masuk esoknya karena trauma atas kejadian itu. Kabarnya, hantu itu adalah korban pembunuhan yang pernah terjadi di tempat Raisa bekerja. Setelah pihak kantor mendengar tentang kisah Raisa dan juga beberapa karyawan yang pernah diganggu juga. Mereka "membersihkan" tempat itu dan melarang orang-orang berada disana diatas jam 9.00 malam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SembilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang