Copyright :
Shingeki no Kyojin by Hajime Isayama
Character by Hajime Isayama
See You Soon by A I H A R U
19 Januari 2018
Eren Jaeger, terbangun dalam perjalanan dua belas jam dari Paris menuju Jepang. Lampu utama di dalam kabin pesawat dimatikan. Tujuannya agar para penumpang dapat tidur dan beristirahat. Hanya ada sedikit pencayahaan yang dapat membantu para pramugari berlalu lalang.
Eren mengecek jam tangan, masih ada sembilan jam lagi. Ia menguap, matanya sayu dan masih terkantuk. Sementara, Mikasa—saudara tirinya masih terlelap di bangku sebelah. Begitu juga dengan Armin, teman masa kecil Eren.
Pemuda itu melirik sekitar, pencahayaan yang redup membuatnya tidak dapat melihat dengan jelas, apalagi posisi duduknya yang diapit oleh Armin dan Mikasa. Suasana sepi, sudah sekitar dua jam tanpa ada satu pun pramugari yang lewat. Langit di jendela gelap. Udara malam yang dingin di luar seakan masuk ke dalam pesawat. Eren sedikit gemetar, ia menggesekkan kedua telapak tangan agar lebih hangat.
Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi ke wc. Meluruskan tulang-tulang yang dipakai duduk terlalu lama. Eren mengendap, berusaha tidak membangunkan kedua sahabat baiknya.
Lorong gelap membuat bulu kuduk meremang. Ketika menarik pintu wc, lampu di dalam otomatis menyala, membuat mata silau sesaat. Setelah menuntaskan keperluannya, ia mencuci tangan. Eren menatap sejenak wajahnya pada pantulan cermin. Lelah. Kantung mata hitam terlihat jelas. Mungkin karena ia jarang tidur, mengejar pekerjaannya agar dapat cepat pulang ke Jepang. Ia ingin lebih cepat bertemu orang itu tentunya.
Eren membasuh wajah, mengelapnya dengan kertas tisu, kemudian keluar dari wc. Lampu merah berganti hijau, tanda ruangan itu sudah kosong sekarang. Namun, belum sempat menutup pintu, tiba-tiba ia mendengar sesuatu.
"Eren." Sebuah bisikan memanggil namanya.
Pemuda itu langsung menoleh. Tak ada siapa pun di sekitarnya. Ia mencari sedikit lebih lama. Iris hijau terpaku menatap cermin dengan perasaan tidak nyaman. Lama kelamaan, sebuah bayangan hitam muncul, tipis dan transparan hingga Eren masih dapat melihat pantulan dirinya dengan jelas. Entah halusinasi atau bukan. Bayangan itu semakin jelas, menunjukan sebuah wajah penuh darah dan kulit bagaikan gosong terbakar.
Eren yang kaget mundur dua langkah. Ia berjalan cepat ke tempat duduknya. Napas terengah, membangunkan Mikasa yang duduk di dekat selasar.
"Ada apa, Eren?"
"Ti-tidak, tidak apa-apa." Mikasa bergeser ke tengah agar Eren dapat duduk. Wajahnya sedikit pucat. Mikasa diam, menatap Eren dengan bingung.
Udara di dalam pesawat semakin terasa dingin. Walaupun sudah disediakan selimut, rasanya masih tidak cukup. Eren memejamkan mata, berusaha untuk tidur lagi—tetapi tidak bisa. Sesekali pesawat yang berguncang membangunkannya.
Ternyata Armin juga terbangun karena guncangan.
"Eren ...?" Armin mengucek mata, menyadari Eren yang gelisah.
"Armin, kau bangun?" tanya Eren.
"Ya, guncangannya membuatku takut. Sepertinya di luar badai." Armin melihat jendela, di luar gelap. Sesekali terlihat cahaya seperti kilat menyala. Ia sedikit heran.
"Kenapa kita terbang rendah? Bukankah kita seharusnya di atas awan?" Ia mengernyitkan dahi.
"Perasaanku tidak enak," sahut Eren sambil menyelimuti Mikasa yang sudah kembali tidur nyenyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Short Story] See You Soon ...
FanfictionEren Jaeger. Dalam perjalanannya naik pesawat dua belas jam menuju Jepang demi menemui kekasihnya, Levi Ackerman. Cerita ini horror dan angst. by A I H A R U