Tubuhnya kini bergerak diatasku. Tatapan itu tak lepas dari kedua mataku, tatapan yang seolah mengunci kedua netraku bahwa kedua mataku tersebut hanya diciptakan untuk melihatnya.
Suara decitan kasur menemani malam panjang kami yang penuh dengan cinta.
Ditambah piluh dan juga desahan tak terkontrol, membuat diriku dan dirinya tersenyum saat penyatuan itu menimbulkan kehangatan didalam yang dingin.
Klik
"Ah- apa yang sebenarnya sedang ku tulis?" Tanyaku pada diri sendiri. Tanganku bergerak kearah kursor di laptop, menyimpan dokumenku sebelum akhirnya mematikannya.
Aku kembali melenguh. Rasa pegal mulai terasa saat diriku mengakhiri kerjaku 8 jam lamanya.
8 jam didepan laptop membuat mataku kabur. Untuk itu kini aku memakai kaca mata dan membukanya saat pekerjaanku telah selesai.
Ah, perkenalkan namaku Lee Taeyong. Namun 7 bulan yang lalu, margaku telah berganti menjadi Jung.
Ya, aku sudah menikah bersama seorang musisi yang sedang digandrungi banyak kaum hawa saat ini. Jung Jaehyun, pria berlengsung pipit yang memiliki pesona berkali-kali lipat dari pria biasanya. Aku tidak memujinya karena ia adalah suamiku, namun itu kenyataan.
Kami tinggal satu atap di salah satu apartemen mewah miliknya. Dan pekerjaanku sebagai seorang penulis mengharuskanku untuk selalu berada dirumahnya daripada dirinya yang memiliki rumahnya ini.
Kalian pasti sudah langsung berfikir bahwa diriku sangat beruntung karena bisa menikah dengan pria tampan, kaya, dan digandrungi banyak orang. Tidak, semuanya salah. Aku tidak bahagia dengan pernikahan ini, pernikahan yang memang dirancang oleh kedua orang tua kami yang sangat dekat selayaknya saudara.
Singkatnya, kami dijodohkan. Tidak ada rasa cinta diantara kami saat melakukan acara pernikahan. Namun anehnya, kami berdua tidak ada yang protes saat dijodohkan.
Aku masih belum tahu alasan dirinya menerima diriku, tetapi alasanku menerima dirinya dulu adalah karena aku adalah pria rumahan. Hidupku hampir sepanjang waktu berada dirumah. Memandang layar pekat yang dipancarkan oleh laptopku hingga kedua mataku buram dan mengharuskanku untuk memakai kacamata.
Tampilanku terkesan tidak peduli, bahkan tidak menarik. Lalu, waktu yang kuhabiskan selama ku hidup hanya di kamar, membuat diriku yakin bahwa aku akan sangat sulit bertemu pendampingku kelak.
Itulah mengapa aku menerima dirinya menjadi suamiku. Selain karena ia kaya dan mapan, ia juga mau menurutiku, untuk tidak satu kamar dan menjadi orang yang tidak kenal saat bertemu diluar.
Ya, selama tujuh bulan lamanya aku tidak satu kamar dengannya. Meskipun kami satu atap, kami layaknya seorang yang asing hingga tak ada percakapan yang berarti diantara kita.
Jaehyun juga sering berpergian karena jadwalnya yang padat, membuatku semakin merasa bahwa aku belumlah menikah.
Aku merenggangkan otot-otot ditanganku. Tubuhku sangat lelah dan harus segera diistirahatkan, Namun berbeda dengan perutku yang kini sedang merengek minta diisi.
Aku melirik jam yang berada di dinding. Pukul sepuluh malam, masih terlalu dini untukku tidur.
Maka dengan segera ku langkahkan kakiku menuju dapur dan berniat membuat satu cup ramen.
Aku memasak air panas, kemudian ku tuangkan ke dalam ramen yang telah kubuka.
Ku mendengar sebuah pintu yang dibuka, dan ku yakin bahwa pria Jung itulah yang baru saja masuk kedalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Loves Me, He Loves Me Not [JAEYONG]
Fanfiction[ ✓ ] Pernikahan antara seorang musisi dan juga penulis novel yang tak dilandasi oleh sebuah cinta membuat hubungan keduanya seperti di kutub utara, dingin dan tak tersentuh meski sudah bersama. Namun, karena suatu kecerobohan salah satunya, semuany...