Chapter 5 - 'Nice Impression'

24.3K 385 142
                                    

Bijaksanalah dalam membangun setiap harapan, bukankah kau tidak ingin terjatuh?

 *********************

Pagi ini hiruk pikuk terjadi di rumah keluarga Winata, seluruhnya nampak sibuk berlalu lalang dengan urusannya masing-masing. Beberapa orang terlihat mengenakan pakaian adat yang biasa ditemukan di daerah Jawa, kebaya, jarik, beskap, dan blangkon yang menandakan akan diadakan upacara penting kali ini di rumah itu.

Sementara itu, seorang gadis sedang terduduk terdiam dalam satu ruangan menatap bayangannya sendiri yang begitu mempesona pagi ini. Mengenakan pakaian kebaya berwarna broken white yang cantik ditambah dengan rambutnya yang digelung dan dihiasi dengan rangkaian bunga melati yang menjuntai hingga ke dada kirinya, serta riasan yang mempermanis dan mengubah tampilannya selama ini, membuatnya terlihat benar-benar sebagai ratu yang sangat cantik.

Gadis itu beranjak dari duduknya dan berpindah ke atas ranjang yang ditutupi bed cover cantik berwarna gold, ia meremas telapak tangannya yang berkeringat dan terlihat sangat cemas sekali.

“Kok deg-degan begini sih Ka? Kamu dulu ngerasainnya juga ga?”, tanya Rani memecah kesunyian setelah baru saja ia selesai dirias.

“Itulah rasanya jadi pengantin, kamu akan ngerasain itu seharian loh Ran, karena ini kan awal baru hidup kamu. Hal yang sama sekali ga bisa kamu tebak akan seperti apa jalannya nanti, karena memang bukan ilmu eksak atau ilmu pasti yang bisa semudahnya kamu tentukan hasil akhirnya. Ini pernikahan kamu, tentu saja berdebar ga karuan akan jadi theme song-mu hari ini.” Ya, hari ini adalah pernikahan Maharani.

“Susah memang kalau ngobrol sama dosen, panjang lebar jawabnya.”, gerutu Rani pada sahabatnya itu.

Tika yang sedang menggendong putri kecilnya, terkekeh mendengar ucapan gadis itu. “Dewasalah sedikit Ran, sebentar lagi kamu akan menjadi seorang istri.”

“Bawel deh.”

‘Ya Tuhan, aku tidak tahu apakah keputusanku tepat, tapi aku harap ini yang terbaik untuk semua.’

“Mbak Rani, sudah waktunya. Ibu sudah menunggu di ujung tangga mbak, ayo kita keluar!”, Ely memasuki ruangan itu dan menarik lengan kakaknya dan menuntunnya keluar. Tikapun mengikuti mereka berdua dari belakang sambil tetap sibuk menggendong putri kecilnya.

“Mbak sekarang terlihat cantik banget, aku nanti kaya mbak ga ya?”, ucap gadis itu memuji ratu sehari di sebelahnya.

“Semua gadis pasti seperti ini nanti El, kenapa mesti tanya lagi?”, jawab Rani sambil memukul ringan lengan adiknya.

Tepat di ujung tangga, Ibu Rahayu menyambutnya dan bersama mereka menuruni tangga dengan perlahan menuju ke ruangan di mana banyak orang telah menunggu mereka untuk memulai prosesi acara tersebut.

Semua tatapan orang mengarah padanya begitu Rani memasuki ruangan, menyadari hal itu Rani merasakan gugup yang luar biasa melebihi gugup yang biasa ia rasakan setiap akan memulai presentasi di depan kliennya. Namun begitu, ia mencoba untuk tenang dan menjelajahi setiap pandangan mencari sosok yang akan mengubah statusnya sebentar lagi.

Ia ada di sana, lelaki itu duduk di hadapan ayahnya dan kini sedang termangu menatapnya.  Pemuda yang sangat tampan, menggunakan kemeja berwarna putih dan dilengkapi jas hitam dan peci berwarna senada, menegaskan betapa luar biasanya lelaki yang akan ia nikahi. Lelaki yang selalu saja tampil mengagumkan baginya, bahkan kali ini lebih dari biasanya.

Marry U (edited)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang