Vani lagi enak-enak duduk di sofa ruang tamu rumah Tantenya sambil nyemil cemilan yang emang tersedia di sana bareng si Jeo sepupunya.
"Kak, kenapa kalo cewek mau nikah itu ribet bener sih?"
Vani cuma lirik bocah berumur 17 tahun yang asik main PSP itu.
"Gak tau. Aku kan cowok bukan cewek. Tanya aja sama Irina"
Yup. Dia di rumah Tantenya karena Irina sepupunya satu lagi yang merupakan kakaknya Jeo itu akan menikah bulan depan. Dan hari ini mereka sedang kumpul keluarga. Sebuah tradisi dari keluarga Papanya kalo ada yang menikah harus di kasik wejangan dulu. Buat bekal masa depan katanya.
Vani masih asik makan cemilan mengacuhkan Kakeknya yang sudah duduk di depannya sambil mengelus dagu memperhatikan Vani.
Tak ada yang aneh dengan Vani. Dia masih seorang cowok dan masih punya belalai gajah di selangkangannya. Dia juga masih suka autis mendadak. Masih suka makan walaupun tubuhnya pendek serta kurus kayak kurang gizi padahal Mamanya udah masak makanan 4 sehat 5 sempurna setiap hari. Vani juga gak cacingan soalnya dia rajin minum obat cacing. Tapi ada yang kurang----
"Vani...... Kapan kamu nikah?"
Nah itu dia.
Satu pertanyaan keramat dari sang kakek membuat Jeo melempar PSP'nya. Irina yang sibuk dengan HP'nya melotot menatap kakeknya. Mama sama Tante yang sibuk di dapur langsung nongol begitu saja padahal jarak ruang tamu dan dapur cukup jauh. Papa sama Om yang tadinya adu mulut sambil main catur malah mainin jari di mulut, gigit jari. Vani? Oh.......
"Kapan-kapan kek. Kapan-kapan nya kalo kapannya itu kapan jodohnya mau nikahin aku"
Jawab Vani santai. Vani malah masih asik makan cemilan. Yang lain kecuali si kakek menghela nafas lega. Dikira bakalan ada badai perang. Soalnya Vani udah matang untuk menikah tapi tak kunjung menikah. Justru malah Irina yang masih berumur 21 tahun dan empat tahun lebih muda dari Vani yang nikah duluan. Seenggaknya Vani gak terganggu dengan pertanyaan kakeknya itu. Atau mungkin belum?
.
.
.
.Vanilla Emanuel. Laki-laki berumur 25 tahun dan belum menikah. Oke jangan membahas belum menikah kalo bersama dengan anak satu ini. Dia sedang sensi. Dia gak lagi PMS. Dia cowok jadi gak PMS meskipun tingkahnya mirip betina lagi PMS. Apalagi kalo bahasannya nikah. Emosinya bukan di tingkat PMS lagi tapi udah naik level jadi sambal balado cabe seratus. Pedes gila.
Kenapa Vani yang manis dan punya nama manis kayak cream pemanis biskuit Oreo ini jadi pedes gila?. Ini gara-gara di awali pertanyaan kakeknya yang nanyain 'kapan nikah' sama dia. Dan seminggu yang lalau, di acara nikahan Irina pertanyaan yang sama tapi dari orang yang berbeda menyerangnya. Penyerangnya itu malah gak tanggung-tanggung bikin dia capek. Bukan, dia bukan di serang di ranjang yang anu-anu itu. Dia di serang dengan pertanyaan nyebelin dengan kedok 'cuma nanya' padahal itu sindiran kasar kayak amplas juga kode supaya dia buru-buru nikah.
Awalnya Vani biasa aja. Tapi kalo tiap kali di tanyain kan jadi sebel juga. Dan itulah kenapa Vani duduk di sofa ruang tamu Tantenya dengan posisi yang sama seperti sebulan lalu juga dengan orang-orang yang sama hanya di tambah suami Irina. Tapi ekspresi Vani itu yang membuat semua orang di ruangan itu cengengesan maklum tanpa ada rasa bersalah.
"Kenapa kamu gak minta aja"
Pertanyaan wanita cantik berstatus Mamanya itu membuat Vani mendengus.
"Biar si Anu aja" Jawabnya ketus.
Anu?
Kok jadi ngomongin Anu?
Ini kan gak lagi bahas anu-anuan yang iya-iya dan hasilnya bisa bikin anak itu.Ini ngebahas tentang 'kapan nikah' nya si Vani. Bukan anu-anu yang bikin iya-iya.
"Anunya siapa Van?" Ini Tantenya yang nanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan Nikah??? (ONE SHOOT)
Teen FictionKalo di tanyain 'kapan nikah' gimana respon kalian? Awalnya pasti biasa aja. Tapi kalo keseringan di tanyain pasti bikin emosi jiwa kan? Nah itu yang di rasain sama tokoh utama cowok kita kali ini. Vanilla Emanuel. Dan yang harus Vani salahkan buka...