Part 1

91 5 0
                                    


Wulan baru saja pulang sekolah saat masuk ke rumah dan melihat mamanya menangis di pojok kamar. Firasatnya langsung berkata ada yang tidak beres, karena seumur umur baru kali ini ia melihat mamanya menangis.
Pelan pelan ia pun mendekati mama yang masih belum sadar kalau anaknya sudah pulang.

" Mama, ada apa?" tanyanya selembut mungkin.

Mama menoleh, matanya sembab, pipinya masih basah. Dia menghirup nafas dalam sebelum mengucapkan kalimat yang berhasil membuat Wulan sport jantung.

" Papamu kawin lagi lan, sama janda anak sepuluh."

Meski Wulan tahu kalau bumi itu berputar tapi baru kali ini wulan merasakan kalo bumi benar benar berputar. Ia limbung, rasanya sesak susah untuk bernafas, mungkin Wulan terserang serangan jantung ringan.

" Mama bercanda kan." Wulan masih mencoba untuk tidak mempercayai apa yang barusan ia dengar.

Mama menggeleng lemah, selemah denyut nadi Wulan yang makin melemah.

" Tapi kenapa ma?"

Lagi lagi mama menggeleng lemah.

Wulan benar benar tidak habis pikir, papa umurnya udah setengah abad lebih, bukannya banyak banyak ibadah bekal untuk di akhirat kenapa masih sibuk urusan duniawi. 7 tahun lagi papa udah seumuran Rasulullah waktu dipanggil Allah, seharusnya kan sekarang banyak banyak cari bekal untuk deposito di alam sana, bukannya malah sibuk mengurus wanita lain.

Papa bukan orang kaya, malah hidup mereka pas pas an. Menjelang ujian semester pasti kak Mia kakak kedua Wulan sibuk cari utangan ke teman temannya untuk  membayar biaya semesteran. Kak Mia memang rajin jualan online, tapi untungnya tidak seberapa, belum cukup untuk  membayar uang kuliahnya. Papa sendiri kadang lupa membayar uang kuliah anaknya, pas ditagih tidak punya uang, yah walopun Wulan tahu memang papa tidak memiliki  uang karena papa papa hanya bekerja serabutan.

Kalau ada proyek baru ada pekerjaan, sayangnya karena ekonomi sedang turun, jadi papa jarang mendapat proyek, jadilah mereka harus mandiri cari uang sendiri. Sedangkan mama tipe ibu rumah tangga sejati, meskipun mama berjualan pulsa elektrik tapi untungnya tidak mencukupi untuk menghidupi anaknya yang 6 biji ini. Disaat kondisi ekonomi morat marit seperti ini, papa memutuskan untuk menikah lagi, dengan janda anak sepuluh pula, rasanya benar benar membuat Wulan naik pitam.

"Kak Mia udah tau ma?"  tanya Wulan setelah ia mulai bisa menguasai emosi labilnya.

"Belum ada yang tau Lan, mama juga baru tau tadi dari temennya papa, dia ngirimin foto nikahan papa karena kasian kalo mama ga tau. Papa emang berubah, makin jarang pulang makin sering marah. Ternyata ini sebabnya." Kata mama sambil menahan tangis.

Meski Wulan tidak berkaca,  ia yakin wajahnya memerah karena marah. Walaupun kata teman temannya, Wulan itu cantik, tapi kalau sedang marah ia dapat berubah menjadi monster.

Wulan yakin 100 persen kalau saat ini istri baru  papa ada di hadapannya, sudah pasti disiramnya dengan air panas, urusan mendekam di bui belakangan, paling hanya terkena masa percobaan, kenakalan anak remaja, yang penting hati puas, dan istri baru papa bisa menyesal seumur hidup karena mencari lawan yang salah.

Wulan masih shock saat akhirnya beranjak dari kamar mama. Sebelum pergi  ia melihat mama melanjutkan tangisnya lagi.

#####

Sore itu Wulan baru pulang dari membeli gorengan. Niat hati menghibur diri, biarlah diambil dulu dua puluh ribu dari celengan ayamnya. Padahal itu tabungan buat daftar kuliahnya tahun depan. Wulan sudah tidak berselera kuliah, ia mau mencari kerja saja, persetan dengan semua cita citanya. Ia tidak peduli lagi dengan mimpi mimpi kuliah di luar negeri, itu semua gara gara papa yang juga tidak peduli sama perasaan anak anaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketika Cinta Telah UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang