Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
IG @Benitobonita
[ KISAH INI MERUPAKAN SATU DARI TIGA CERITA PUTRA-PUTRA KRONOS SAAT BERKUASA PERTAMA KALI ]Dunia Bawah selalu minim pencahayaan. Namun, seorang pria berkulit pucat yang memakai pakaian tempur serba hitam terlihat berjalan menyusuri jalan berbatu dengan nyaman, seakan keadaan di sana tidak mengganggu dirinya.
Hades melihat daerah kekuasaannya dengan perasaan riang. Tempat itu gelap, panas, dan pengap, persis seperti di dalam perut Kronos kecuali tidak berbau busuk. Daerah yang sangat nyaman untuk dirinya setelah bertahun-tahun harus berdesak-desakan dengan saudari-saudarinya bahkan Poseidon yang menjengkelkan.
Dia mengamati aliran api dari Sungai Flegethon dan tersenyum kecil. Indah. Warna merah jingga yang memancar dari sana benar-benar cocok dengan nuansa maskulin yang dirinya idam-idamkan selama ini.
Zeus mendapatkan gunung, itu tidak masalah. Hades tidak menyukai cahaya terlalu terang dan suara burung yang seakan tidak tahu caranya berhenti berkicau selalu membuatnya sakit kepala. Poseidon mendapatkan laut, itu bagus. Saudaranya perlu mandi sebanyak mungkin. Tubuh Dewa Penguasa Laut itu sering mengeluarkan aroma yang tidak sedap.
Setelah perdebatan panjang yang hampir melibatkan baku hantam, Hades akhirnya bersedia mengurus semua tawanan perang. Dia tidak keberatan saat Zeus menginginkan kenyamanan kebih, bagaimanapun itu karena adik bungsunya, mereka bisa bebas dari dalam perut Kronos.
Namun, Poseidon …. Rasa gusar Hades kembali memuncak. Saudaranya itu sama sekali tidak membantu! Selain tingkah genitnya mengejar-ngejar Demeter dan para gadis lainnya, Poseidon tidak berguna sama sekali!
"Aku benci sekali dengannya!" raung Hades dengan napas terengah-engah. Dia berharap bisa mengurung sang penjahat kelamin di dalam Tartaros, tempat para pendosa berada.
Tiba-tiba suara rintihan masuk ke dalam indra pendengaran sang Dewa Kematian. Pria itu mengerutkan alis dan menghentikan langkahnya untuk melihat sekeliling, tetapi dia tidak melihat siapa pun, hanya ada dinding batu yang menjadi fondasi tempat itu.
Hades kembali berjalan. Namun, lagi-lagi suara mirip dengking binatang terdengar dan kali ini seakan bersahut-sahutan.
"Siapa?!" seru sang Dewa Kematian. Suara pria itu bergaung di lorong yang gelap.
Gerakan sesosok makhluk yang hampir tidak ketara tertangkap oleh mata Hades. Dia mendekati sebuah ceruk pada bebatuan dan berjongkok. Ekspresi pria itu melembut saat melihat dua ekor anak anjing berwarna hitam duduk meringkuk ketakutan.
Anjing yang ukurannya lebih besar memiliki dua kepala dan yang berlindung di belakang saudaranya mempunyai tiga kepala. Hades menjulurkan lengan kanan ke arah mereka dan berbisik, "Jangan takut, kemarilah …."
Binatang yang memiliki dua kepala mengendus jari Hades sebelum melangkah mundur dan menabrak saudaranya. Dewa Kematian tersenyum tipis. Dia memajukan punggung untuk memperpendek jarak mereka.
"Orthus …," ucap Hades lembut. "Putra Echidna dan Typhon …."
Dengking ketakutan terdengar dari kedua anjing yang kini gemetar dan meringkuk di pojok. Mereka berusaha menghindar dari sentuhan Hades.
"Jangan takut. Aku tidak akan melukai kalian." Dewa Kematian mengalihkan perhatian ke arah anjing yang lebih kecil dan berkata pelan. "Kerberos, putra bungsu dari ibu para monster."
Ketiga kepala Kerberos terangkat untuk membalas pandangan Hades. Dewa Penguasa Kematian menghela napas. Akibat pertempuran antara mereka dan para titan, kedua makhluk mungil ini telah kehilangan kedua orang tua mereka. Sang ibu tewas terbunuh dan sang ayah terkurung selamanya di Gunung Etna bersama para raksasa.
"Sapi sialan, berhenti!" Teriakan seseorang bersama lenguhan lima ekor sapi membuat Hades menoleh. Dia melihat salah satu titan yang memutuskan untuk menyerah ketika pertempuran terjadi dan mengabdi untuknya.
"Menoetius … apa yang sedang kau lakukan di sini? dan dari mana binatang itu?"
Titan itu menendang salah satu bokong sapi yang berada di depannya dengan gusar, lalu berkata, "Zeus memberikan mereka sebagai hadiah untukmu. Aku tidak tahu harus menaruh mereka di mana!"
Hades berdiri, lalu melirik ke arah salah satu binatang yang memiliki warna bulu kecokelatan. Binatang itu menunduk mengamati api yang mengalir dengan penuh minat.
"Mungkin kau bisa membawa mereka ke Padang Geyron, tempat itu dekat dengan Padang Asphodel tempat para arwah beristirahat dengan tenang."
Tiba-tiba Menoetius menunduk untuk mengamati anak anjing berkepala dua yang mengendus kakinya. Dia berjingkat jijik sambil bertanya, "Binatang jelek apakah itu?"
"Dia adalah putra Echidna dan Typhon. Sepertinya dia tertarik kepadamu," jawab Hades mengamati binatang yang mulai menggoyangkan ekornya yang berbentuk ular dengan riang.
Menoetius menahan napasnya. Dia berjongkok untuk membiarkan kedua kepala Orthus menjilati tangannya yang terbuka lebar. "Putra Typhon …."
"Menoetius, mereka tidak akan menanggung dosa Echidna dan Typhon." Hades merunduk, lalu mendorong pelan bokong Orthus hingga anjing itu masuk ke dalam rengkuhan sang titan. "Bawa dia untuk membantumu menjaga para ternak."
Wajah Menoetius berseri. Titan itu mengagumi kekuatan Typhon yang telah berhasil membuat Zeus kalang kabut saat perang besar terjadi.
"Aku akan merawatnya dengan baik," ucap Menoetius bangkit berdiri. Dia memeluk lembut anak anjing yang menyalak juga mengendus tubuhnya.
Titan itu kemudian menendang salah satu sapi yang memutuskan untuk berkerumun mengamati Kerberos yang masih meringkuk. "Bagaimana dengannya? Apa aku akan membawanya juga?"
Hades tersenyum kecil. Dia mengarahkan telapak tangannya ke arah binatang berkepala tiga itu dan berkata, "Kerberos, anjing penjaga Dunia Bawah, kemarilah."
Ketiga kepala Kerberos mendongak mengamati tuannya. Binatang mungil itu bangkit berdiri, lalu berjalan takut-takut ke arah Hades. Desis ular terdengar dari ekornya yang berayun pelan.
Hades merunduk untuk menggendong hewan peliharaannya. Dia menoleh melalui balik bahu dan memberi perintah kepada Menoetius. "Pergilah sekarang. Aku tidak mau salah satu dari sapi itu jatuh ke sungai api."
Menoetius menurut. Dia menggunakan suara dan tenaga besarnya untuk mengarahkan para sapi ke tempat yang semestinya.
Hades melihat sekeliling sebelum menepuk ketiga kepala Kerberos sambil berkata, "Sekarang, di mana aku harus membangun istanaku?"
Sang Dewa Penguasa Kematian berjalan santai sambil memeluk hewan peliharaannya hingga pandangannya menangkap sebuah dataran gersang yang sangat luas. Tumpukan tulang belulang manusia berada di sana.
Kerberos yang mengintip dari pelukan Hades menyalak kecil. Hades mendongak menatap ke arah langit-langit Dunia Bawah. "Tempat ini terhubung langsung dengan Dunia Manusia …."
"Aku rasa kita telah menemukan lokasi untuk Istana Hades," ucap sang Dewa Penguasa Kematian kepada binatang itu.
Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Sons of Kronos [ Buku 1 Mitologi Yunani ] Telah Diterbitkan
FantasyBuku 1 The Greek Mythology Series Kisah Hades, sang Dewa Penguasa Kematian saat pertama kali akan membangun kerajaan Dunia Bawah.