PROMISE

44 4 0
                                    

  Jangan mengumbar janji
Jika kamu tak sanggup
Untuk melakukannya
______________________________________

      Namaku mehran Reina. Aku pemalu, dan tipikal orang yang susah bergaul, apalagi sama laki-laki. Hanya ada satu laki-laki yang membuatku aman di dekatnya, namanya Azril.

      Azril, sosok yang humoris, aku mengenalnya sejak kelas empat SD. Umur kami terpaut dua tahun. Pertama kali bertemu dengannya saat aku bimbel di tempat yang sama dengannya. Waktu pertama kenal sudah membuatku merasa senang di dekatnya. Sekolah kami yang berdekatan membuat kami sering pulang bersama.

      Kata pasti ada cinta di persahabatan perempuan dan laki-laki, benar-benar terjadi padaku dan dia. Azril mengatakan cinta padaku, saat itu aku yang masih labil merasa takut untuk pacaran. Aku tak menerima cintanya.

    Tapi penolakan ku tak membuatnya marah, apa lagi menjauhiku. Melainkan ia semakin dekat padaku. Dan persahabatan kami berlanjut hingga sekarang. Tidak ada yang berubah dari kami.

*****


     Saat itu aku dan Azril pulang sekolah bersama. Azril menjemputku di sekolah. Teman-teman ku iri karena aku bisa dekat sama anak SMA. Azril waktu itu sudah kelas sebelas dan aku kelas sembilan.

"Kapan punya pacar?" Tanya Azril sambil tersenyum mengejek, aku dapat melihatnya dari kaca spion. "Males pacaran, nanti juga ada yang ngelamar, Tuhan sudah menciptakan manusia berpasang-pasangan, untuk apa kahwatir" jawabku.

     Kini sudah sampai di depan rumahku. Orang tua ku tidak akan marah jika Azril yang mengantarku pulang, karena orang tua kami sudah saling kenal. Rumah Azril pun tidak terlalu jauh dari rumahku. "Tunggu sembilan tahun lagi aku janji akan ngelamar kamu" ucap Azril setelah itu ia melesat pergi.

     Aku menggeleng kan kepala dan tersipuh malu. Diam-diam aku mengaminkan ucapan Azril barusan. Tapi aku merasa itu hanya candaan karena Azril memang suka bercanda.

*****


      Malam ini Azril mengajakku ketemuan di sebuah cafe. Cafe ini tak begitu ramai. Azril tau aku tidak suka sama keramaian, jadi ia mengajakku ke sini.

      Setelah menempuh jalan sepuluh menit, akhirnya aku sampai. Pandanganku mendapati sosok Azril yang sedang duduk sambil memainkan handphonenya di bangku pojok cafe itu.

     Aku menghampirinya "Azril" panggilku.
Ia mengalihkan pandangannya yang semula memandang handphone kini memandangku.

    "Duduk Rei, aku sudah pesenin capuccino cincau sama kentang goreng" ucapnya. Azril sangat hapal apa kesukaanku dan apa yang aku tidak suka. Jadi jelas kenapa aku merasa Yaman bersamanya.

     Kami berbincang tentang apa yang telah terjadi pada kami akhir-akhir ini. Dari cerita Azril yang bekerja di distro untuk mengisi waktu luangnya sebelum tes masuk tentara di adakan. Dan kini Azril sudah menjadi seorang tentara. Dan hingga pada topik yang membuatku tertegun. "Aku mau nabung untuk melamar seseorang" ucapan Azril menyadarkanku siapa statusku di hidup Azril.

      Setelah penolakan ku memang Azril tidak berubah. Kami menjalankan hidup seperti remaja pada umumnya. Pacaran? Azril lebih dulu mendapati kekasih setelah penolakanku. Dan aku sudah pernah mencoba berpacaran, namun selalu tidak lama karena aku sadar mereka tidak bisa membuatku lebih nyanaman, aman, bahagia bersama mereka. Dan tanpa sadar cintaku yang muncul untuk Azril dulu yang hanya aku anggap sebuah cinta monyet masih menguasai perasaanku. Dan membuatku kini menutup hati dari cinta yang datang.

     Aku pulang dengan di antar Azril, kini aku duduk di bangku belajar. "Jika Azril sudah menabung untuk melamar pacarannya, tidak mungkin janji itu terjadi" gumamku dalam hati.

     Memang tanpa sadar aku menganggap perkataan Azril waktu itu serius. Kini harapanku sirna. Kecewa? Iya, bahkan sangat. "Azril tidak salah tapi aku yang salah, aku telah menganggap ini serius" Kini aku sadar, janji tidak bisa di percaya dan di anggap serius.

*****


5 tahun kemudian

     Semuanya berjalan lancar. Salah satu cita-cita ku kini terwujud. Mendapatkan gelar sarjana pendidikan sudah ku terima. Kini aku memakai baju yang sangat ku inginkan yaitu baju toga.

     Semua tersenyum bahagia dan legah, kini mereka bisa tenang tanpa tugas dari dosen. Dan tinggal mencari pekerjaan.

     Aku menghampiri kedua orang tuaku. Mereka tersenyum bangga kepadaku. Ayah sosok yang tegas saat menduduki sebagai anak dan ibu sosok yang lemah lembut saat mengajariku, dan kini aku bisa merasakan hasil dari didikan Meraka. Tak lupa juga didikan para guruku dulu.

     Ucapan selamat terus mengalir untukku hari ini. Hanya tersisa satu orang yang aku tunggu sejak semalam, yaitu Azril. Dia selalu memberikan selamat kepadaku jika aku mendapatkan juara, mendapatkan nilai tinggi, dan kini ia tidak seperti biasanya. Sedikit kecewa di hatiku.

      "Kini sudah sudah sembilan tahun zril, tepat di hari janji itu kamu ucapkan, dan hati aku masih menganggap janji itu serius" lirihku dalam hati.

     Kini aku akan pulang, saat hendak memasuki mobil tiba-tiba ada yang memanggilku dari jauh. Lengkungan terukir di bibiku. Ia datang, dengan masih memakai baju kebanggaannya yaitu baju tentara, Azril.

     "Maaf telat" ucapnya dengan muka memelas. Aku menggeleng "tidak apa-apa, aku senang kamu bisa menyempatkan ke sini" Azril mendapatkan tugas di desa yang jauh dari kota. Dan butuh waktu yang lama untuk ke kota.

     "Selamat ya" ucapnya dan mengulurkan tangan. Aku menyambut uluran tangannya "trimakasih"

     "Aku mau menepati janjiku" ucap Azril. Aku bingung dan berusaha tidak berharap janji itu yang di maksud Azril. Azril memberiku kode untuk melihat ke belakang. Air mataku jatuh saat melihat masing-masing teman ku memegang kertas yang terdiri dari satu huruf. Dan huruf itu di rangkai menjadi satu kalimat yaitu Will you marry me.

     Aku masih merasa ini mimpi. Aku melihat ke arah kedua orangtua ku, mereka tersenyum. Mataku teralih pada dua pasangan paru bayah yang sangat ku kenal yaitu orang tua Azril. "ini beneran?"

      "Iya lah, aku tidak akan mengumbar janji jika aku tidak sanggup, dan waktu itu aku sudah bilang ingin menabung untuk melamar seseorang dan itu kamu" perkataan Azril menyadarkanku, ini tidak mimpi.

"Aku senang waktu kamu mengatakan janji itu, tapi aku merasa kamu hanya bercanda, aku fikir di usia kita waktu itu yang masih remaja dan kamu bicara hal yang serius itu tidak mungkin, dan hanyalah bercandaan, Aku semakin menyerah untuk berharap janji itu beneran saat kamu mengatakan ingin melamar seseorang, aku fikir kamu akan melamar orang lain, tapi hari ini di saat bahagiaku kamu datang jauh-jauh untuk mengucapkan selamat, dan memberikan semua ini, trimakasih" Aku mengangguk dan mengucapkan "yes, i do"

[Selesai]

    Pontianak31 Oktober 2018

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    Pontianak
31 Oktober 2018

Kumpulan Cerpen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang