1

116 4 0
                                    

Angin pagi berhembus pelan mengantarkan rasa sejuk dan segar. Jalanan mulai ramai dengan lalu lalang kendaraan bermotor. Sama halnya dengan SMA 1 Cibarusah yang telah ramai oleh para murid. Para anggota OSIS berbaris rapih di depan gerbang melakukan 'sapa pagi' seperti biasa kepada seluruh murid yang baru sampai ke sekolah.

Bel masuk berbunyi nyaring menghentikan aktivitas 'sapa pagi' semua murid beserta anggota OSIS mulai bubar memasuki kelas masing-masing. Terkecuali, Ketua OSIS yang masih senantiasa menunggu di depan gerbang. Memerhatikan sekitar jika masih ada murid yang datang terlambat ataupun bolos.

"Yaudah pak, tutup aja gerbangnya. Kalau ada murid yang datang telat gak usah dikasih masuk." Ucap sang Ketua OSIS kepada Pak Satpam.

"Siap dek!" Ucap Pak Satpam sambil mengangkat satu ibu jarinya. Ketua OSIS hanya tersenyum kemudian berbalik meninggalkan gerbang.

Namun, yang tidak disadari sang Ketua OSIS yaitu ada satu murid perempuan yang sedang mengendap-ngendap menuju tembok belakang sekolah.

Perempuan itu melihat sekitarnya yang sepi lalu mulai memanjat tembok yang cukup tinggi itu. Dengan lihainya perempuan itu berhasil memanjat dan mulai meloncat ke bawah.

Brak!

Ternyata suara itu mengundang penasaran sang Ketua OSIS yang ternyata sedang memeriksa area belakang sekolah. Kakinya mulai melangkah menuju belakang sekolah dan ia menemukan seorang siswi perempuan dengan gaya yang sedikit urakan yang sedang membersihkan seragamnya.

Dengan santai sang Ketua OSIS melangkah menuju siswi itu berada tanpa menimbulkan suara. Setelah merasa dekat ia mulai memperhatikan penampilan gadis itu.

Baju dikeluarkan, rok sedikit di atas lutut, kuku diberi kutek berwarna hitam, rambut yang dicepol asal namun terlihat rapih dengan rambut yang keluar sedikit di dekat telinga, kaus kaki warna-warni, sepatu berwarna pink, memakai gelang dipergelangan kirinya.

Hingga gadis itupun menyadari kehadirannya dan menatap sang Ketua OSIS dengan tatapan horor. Shit! Batinnya. Yang ditatap hanya menatap balik namun dengan senyuman yang terlihat agak aneh.

"Boleh ikut saya sebentar ke ruang guru? Karena kamu melanggar peraturan sekolah. Bisa?" Tanya Ketua OSIS dengan ramahnya.

"Enggak! Gue gak mau! Lagian emang gue ngelanggar peraturan apa? Sok tau banget sih!" Jawab gadis itu dengan tatapan menantang.

Masih dengan ramahnya sang Ketua OSIS membalas, "Bukan saya sok tau tapi kamu emang telah melanggar peraturan sekolah. Mau tau apa aja? Yang pertama kamu terlambat datang sekolah, kedua kamu manjat tembok sekolah agar kamu bisa masuk dengan bebas tanpa ketahuan oleh guru dan satpam, tiga penampilan kamu yang juga telah melanggar peraturan. Jadi, bisa ikut saya ke ruang guru sebentar?"

"Kalau enggak mau ya enggak! Jangan maksa! Lagian lo siapa sih nyuruh-nyuruh gue? Udah ah gue mau masuk. Minggir!" Namun gadis itu tetap tidak bisa melangkah karena langkahnya selalu dicegat.

"Saya maksa kamu kalau kamu gak mau, saya bisa bilang ke Pak Ahmad supaya kamu dapat hukuman berat karena pelanggaran kamu itu. Gimana?" Dan ternyata ucapan itu cukup manjur sedangkan gadis itu hanya bisa menghela nafas pasrah lalu mengangguk.

Lebih baik masuk ruang guru daripada berurusan dengan guru yang super duper galak! Batinnya.

"Yaudah lo duluan jalannya."

"No. Ladies first." Dan kedua kalinya gadis itu hanya bisa menghela nafas pasrah.

Sesampainya di depan pintu ruang guru, si cowok pemaksa itu masuk terlebih dahulu dan berbincang sebentar dengan seorang guru BP yang kemudian ia disuruh masuk.

"Kamu lagi kamu lagi! Gak capek apa keluar masuk ruang guru terus?" Tanya Pak Widodo dengan aksen Jawa nya yang kental.

"Ya capek pak. Tapi apa boleh buat orang saya dipaksa sama tuh cowok." Jawabnya dengan nada malas sambil menunjuk seorang cowok di belakangnya.

Pak Widodo mengarahkan matanya ke cowok yang ditunjuk lalu kembali menatap tersangka di hadapannya.

"Kamu menyalahkan dia? " tanya Pak Widodo.

"Yaiyalah! Kalau bukan karena ketahuan sama tuh cowok dan saya gak dipaksa kesini saya juga gak bakalan ada disini, pak." Jawabnya lagi.

"Jadi kamu menyalahkan Ketua OSIS yang sudah bagus ngeliat kamu ketahuan melanggar peraturan?!"

"Ooohh.. jadi ternyata cowok itu Ketua OSIS? Pantes orangnya--" ucapannya berhenti dan langsung menggelengkan kepalanya.

"Gak jadi deh pak." Ucapnya sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi sedangkan si Ketua OSIS menatapnya dengan alis terangkat.

"Yasudah, karena kamu telah melanggar peraturan maka kamu akan diberi hukuman." Ucap Pak Widodo masih dengan aksen Jawa nya.

"Yaah pak masa kena hukuman sih? Kali ini bebasin saya dong pak, please. Saya bosen dihukum terus, please pak please." Mohonnya dengan badan tegap dan kedua tangan salin ditautkan.

Pak Widodo menggeleng, "Tidak bisa Amanda Nayla Azzahra, kamu akan tetap dihukum dan hukumannya adalah hormat ke tiang bendera sampai bel berbunyi. Ok? Sekarang silahkan kamu keluar. Ingat jangan sampai kamu kabur dari hukuman karena kalau sampai kamu kabur hukuman kamu bapak gandakan." Ucap Pak Widodo panjang lebar.

Si cewek yang bernama Amanda itupun menghela nafas kemudian beranjak dari kursi yang ia duduki sebelum keluar ia menatap sang Ketua OSIS dengan tatapan tajam.

Ardhana yang ingin keluar ditahan oleh Pak Widodo. "Ardhana saya ingin bicara sebentar dengan kamu. Bisa?"

Ardhana yang tidak enak menolak pun menganggukan kepalanya lalu duduk dikursi dan mendengarkan omongan Pak Widodo dengan seksama.

"Kamu bisa kan ngelakuin itu? Soalnya hanya kamu yang bisa diandalkan." Tanya Pak Widodo setelah sekian menit bicara panjang lebar.

"Saya... gimana ya pak. Saya takut gagal aja ngelakuinnya tapi kalau ini emang permintaan dari guru juga saya tidak keberatan. Tapi berapa lama ya pak?" Jawab Ardhana.

Pak Widodo menghela nafas lega, "2 bulan atau 3 bulan cukup buat itu semua. Sebelumnya terimakasih banyak kamu bisa bantuin. Sekarang kamu boleh keluar tapi sebelum ke kelas kamu lihat si Amanda dulu saya takut dia kabur dari hukumannya."

Ardhana menganggukan kepalanya lalu tersenyum sopan, "Siap pak! Kalau begitu saya permisi dulu. Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam."

Ardhana pun meninggalkan ruang guru masih dengan senyum yang terpatri diwajahnya untuk membalas murid lain yang menyapa ataupun guru. Namun otaknya berfikir keras untuk menyusun rencana.

Apa yang harus gue lakuin? Batinnya.

×××
TBC

Terimakasih sudah membaca... jangan lupa vote dan komen yaa😊

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bad Girl dan Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang