Mencintai Orang yang salah

35 1 0
                                    


Setelah kelas berakhir, aku segera ke cafe seberang kampus untuk memesan secangkir kopi. Bagiku kopi adalah sumber inspirasi, meski dia terlahir pahit, namun dia tak pernah mengutuk Tuhan, bagiku kopi adalah bentuk keikhlasan. Aku ingin menjadi seperti kopi, mencoba ikhlas walau cintaku harus terus kupendam hanya untuk menjaga perasaan semua orang agar tidak tersakiti oleh perasaanku ini, dan kalaupun harus ada yang tersakiti, mungkin itu adalah aku.

Beberapa saat kemudian aku mendengar suara deru motor Gilang, dia datang bersama Tia, kekasihnya. Sakit sekali rasanya melihat orang yang kita cintai bersama orang lain, tapi aku harus apa? Merusak hubungan mereka agar putus? Tidak, aku tak sejahat itu, karena bagaimanapun juga mereka adalah teman baikku.

“Hey put, udah lama di sini?”, sapa Tia,
“lumayan sih, kamu sama siapa?”, tanyaku pura-pura nggak tau,
“biasa, kalau bukan sama Gilang mau sama siapa lagi?”, jawab Tia seraya meletakkan tasnya dan melihat Gilang yang masih ada di depan pintu café. Segela kuseruput kopi hitamku,
“lho, kamu suka kopi put?”, Tanya Tia,
“bisa dibilang begitu, kalau kamu?”, tanyaku balik,
“aku nggak suka, aku nggak suka yang pahit-pahit, aku takut nanti kisahku juga pahit sama seperti rasa kopi itu”, jawab Tia,
“kamu itu terlalu banyak nonton drama yah, kopi memang pahit, tapi di dalamnya banyak pelajaran yang bisa kita ambil, contohnya arti sebuah keikhlasan”, jelasku,
“keikhlasan? Maksudnya?”, Tanya Tia yang semakin bingung,
“maksudnya itu, kamu Tanya Gilang aja deh, dia lebih paham tentang Filsafat”, ucapku yang melontarkan pertanyaan Tia kepada Galang yang baru saja duduk.
“udah-udah, gitu aja dibahas, nggak penting”, jawab Tia sambil menyeruput teh hangat miliknya.

Berbincang dengan orang orang yang kita sayangi memanglah asyik, ditambah lagi ada seseorang yang sangat spesial dalam perbincangan itu membuatku semakin betah ngobrol. Andai dia tau, bahwa ada seseorang yang sangat mencintainya melebihi dirinya sendiri, tapi aku tak berharap banyak dengan perasaan konyol ini, aku juga tak berharap kisahku harus happy ending. Happy ending atau sad ending bagiku sama saja, kuserahkan semuanya pada Sang Pemilik kehidupan. Yang jelas aku hanya bisa berdoa untuk kebahagiaan orang yang aku sayang. Entah itu bahagia bersamaku atau bersama orang lain, yang jelas dia bahagia. Aku senang jika kamu tertawa, terlebih kamu tertawa karenaku, tapi terkadang rasa cemburu itu datang saat kau tertawa bukan karenaku, melainkan karena orang lain. Sejak saat itu, aku memutuskan untuk mundur. Menghilang untuk sementara waktu dan akan kembali pada rasa yang berbeda.

Setiap hari aku selalu berdoa agar kamu dijauhkan dari kesedihan, dan didekatkan dengan kebahagiaan, aku tak pernah berhenti mendoakan kebahagiaanmu. Aku berusaha untuk melupakan perasaan ini, aku mencari kesibukan untuk menghapus perasaan ini. Dan aku pun memutuskan untuk vakum dari dunia musik untuk sementara waktu dan aktif di dunia jurnalis.

Kesibukanku mencari gagasan, ide untuk tulisanku membuatku sedikit bisa melupakan perasaan itu. Kini, biarkan aku menghilang, membawa perasaan ini terkubur dengan berjalannya waktu dan aku janji, aku akan kembali sebagai sosok wanita yang mungkin akan bersikap tak peduli dengan yang namanya cinta dan perasaan sampai tuhan mengirimkan orang yang tepat untukku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mencintaimu Dalam DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang