1

602 84 16
                                    

Tidak ada yang lebih menyedihkan di dunia ini selain di benci ayah kandungmu sendiri. Di kucilkan dan di perlakukan semena-mena.

Memiliki harta yang bergelimang, menjadi pemegang saham terbesar perusahan nomor satu di Korea seperti Park Group di usianya yang baru memasukin dua puluh satu tahun, tidak membuat Jinyoung bahagia.

Kehilangan Kakek dan Ibu kandungnya dua tahun lalu membuat Jinyoung harus menanggung tanggung jawab besar. Kakek dan Ibunya mewariskan seluruh harta kekayaan keluarga Park atas namanya.

Awalnya semua baik-baik saja, Ayah yang sangat ia sayangi dan juga menyayanginya melalui masa-masa sulit itu bersama. Jinyoung membiarkan Sang Ayah yang menjalankan perusahaan sebagai Direktur Utama. Tetapi pemiliknya tetaplah Jinyoung.

Keluarga harmoni nan hangat yang Jinyoung miliki kandas dalam semalam, disaat Ayahnya Nickhun memutuskan untuk menikah dengan sekertarisnya Jessica Jung yang telah memiliki anak satu.

Nickhun perlahan tidak memperdulikan Jinyoung, ia selalu marah-marah jika Jessica mengadu hal-hal kecil yang sebenarnya tidak benar. Seperti Jinyoung yang melawannya atau Jinyoung yang selalu bersikap kasar kepada Woojin. Padahal kenyataan yang sebenarnya adalah Woojin dan Jessica yang selalu memperlakukannya dengan kasar.

Terkadang Jessica tidak mengizinkan Jinyoung ke Kampus dan menyuruhnya mengerjakan seluruh pekerjaan rumah. Pembantu keluarga Park yang sudah bekerja lama dengan Park Taecyoen, kakek Jinyoung. Di pecat oleh Jessica dan di gantikan dengan orang-orangnya.

Jinyoung sering tidak di beri makan, lalu di kurung di gudang pada malam hari tanpa sepengetahuan Nickhun.

Cinta memang buta, kan? Nickhun lebih percaya kepada Jessica daripada Jinyoung. Perlahan ia bahkan membiarkan Jessica memarahi Jinyoung di depan mukanya sendiri.

Apa yang bisa Jinyoung lakukan? Walau rumah dan perusahaan adalah atas namanya, ia hanya seorang anak lemah yang tidak mampu melawan Ayahnya.

Entah sudah berapa banyak air mata yang Jinyoung keluarkan, sampai rasanya air matanya akan segera terkuras habis dan menggering.

Setiap kali ia terkunci di Gudang, Woojin akan dengan sengaja memasukan tikus melalui celah pintu. Membuatnya ketakutan semalaman, menangis dan tidak bisa tidur.

Itu terjadi di awal-awal ia terkurung di Gudang. Sampai suatu hari Jinyoung memiliki ide untuk membuat lubang dengan membuka asbes langit-langit gudang.

Tanpa sepengetahuan Jessica juga Woojin, Jinyoung akan menyelinap ke Gudang dengan membawa lampu tangan, selimut, bantal dan kasur tipis yang ia dapat dari kamar pembantu. Ia mencurinya secara diam-diam. Lalu Jinyoung menyulap langit-langit gudang menjadi kamar kecil untuknya. Menumpuk banyak kotak kayu bekas wine menjadi tangga menuju kamar kecilnya.

Setahun sudah gudang penggap itu menjadi tempat istirahatnya. Kamar besarnya yang nyaman kini di tempati Woojin, dan lagi-lagi tanpa sepengetahuan Ayahnya.

Lelah, Jinyoung lelah dan ia ingin pergi dari rumah neraka ini. Tetapi kemana ia bisa pergi? Ia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Ayahnya.
.
.
.
"Mom, sebentar lagi Jinyoung hyung berumur dua puluh satu tahun. Sesuai dengan surat wasiat, dia sudah bisa menjabat menjadi direktur dan mengambil alih semuanya. Posisi kita terancam. Bagaimana jika Jinyoung hyung melakukan perlawanan?"

Jessica memelototkan matanya, ia meremas gelas kaca yang ia pegang dan raut wajahnya menggeras. Ingin sekali ia mengumpat tetapi Jessica harus menjaga imagenya. Saat ini mereka sedang berada di ruang makan menunggu Nickhun untuk makan malam bersama. Jessica tidak ingin Nickhun mendengar pembicaraan serius ini. "Kita bahas nanti Woojin! Jangan sampai Nickhun mendengar pembicaraan kita."

"Papa sedang mandi Mom. Saat ini aku khawatir, aku tidak rela jika ia menguasai semuanya!"

Jessica tersenyum miring. "Kau pikir, Mommy akan membiarkan di tikus got itu menguasai harta keluarga Park? Tidak—tidak akan!! Susah payah Mommy menggoda Park Nickhun dan menjadi Nyonya Park. Sebelum dia menginjak umur dua puluh satu tahun, Mommy akan menyingkirkannya."

Woojin ikut menyeringai. "Mommy selalu bisa di andalkan, aku bangga dengan Mommy."

"Ingat tujuan utama kita, Woojin. Mommy sudah menyiapkan semua dokumen palsu dengan tanda tangan Si Bodoh itu. Kita hanya tinggal menunggu waktu yang telat untuk menyingkirkannya."

Woojin mengacungkan dua jari pada Jessica dan tersenyum puas.

"Kalian sedang membicarakan apa? Sepertinya bahagia sekali?"

Jessica terlonjak kaget tetapi dengan cepat ia menetralkan raut wajahnya dengan senyum cantik. "Sayang, Woojin bilang ingin merayakan ulang tahun Jinyoung. Sebulan lagi, ia akan menginjak umur dua puluh satu tahun. Jadi Woojin dan aku ingin memberi Jinyoung kejutan."

Nickhun menarik bangku kosong di samping Jessica. Ia tampak antusias mendegarkan ide bagus itu. "Jinyoung pasti senang jika mendengarnya."

"Aku harap juga begitu. Kau tahu kan sayang, sampai sekarang ia masih tidak menyukaiku." Kata Jessica dengan raut wajah sedig yang di buat-buat.

Tangan Nickhun merangkul bahu Jessica, ia menepuk pelan bahu Jessica. "Jangan sedih, Sayang. Jinyoung hanya butuh waktu untuk bisa menerimamu." Jessica memasang senyum tipis, ia menyandarkan kepalanya ke bahu Nickhun. "Kau juga jangan terlalu keras padanya, Sayang. Aku tidak mau Jinyoung semakin membenciku."

Nickhun memberi kecupan ringn ke kening Jessica. "Jadi apa rencanya?"

"Bagaimana jika kita liburan ke Nami Island? Kita tidak pernah liburan bersama, kan?"

"Wah, Mom, Woojin mau. Pasti menyenangkan busa liburan bersama Jinyoung hyung."

"Kalian berdua atur saja. Nanti biar aku yang bicara dengan Jinyoung." Sahut Nickhun.

Jessica mengecup pipi Nickhun lalu ia membenarkan posisi duduknya.

"Woojin-ah, panggilkan Jinyoung. Dia semakin jarang makan malam bersama kita." Kata Jessica.

"Oh, Jinyoung hyung tadi izin pergi, katanya mau ke rumah temannya."

"Benarkah?! Kenapa ia selalu pergi tanpa izin padaku!!" Ucap Nickhun marah

"Sayang, jangan marah. Nanti Jinyoung pulang, biar aku menegurnya."
.
.
.

Jinyoung bergelung di dalam selimut sambil memegang perutnya yang sakit dan terus berbunyi. Ia merasa lapar, hari ini ia hanya memakan sedikit nasi dengan sayur sisa semalam yang ia curi dari dapur. Lalu setelah ia membersihkan kolam renang, ia langsung di tarik ke Gudang dan dikunci disini.

"Eomma, kenapa mereka jahat sekali sih? Bukankah Eomma bilang jika Jinyoung berbuat baik dan menjadi anak penurut, orang lain juga akan berbuat baik pada Jinyoung?!" Lirih Jinyoung memelas. Air matanya hampir berlinang, namun ia terus menahanya. Jinyoung berjanji untuk berhenti menangis.

"Jinyoung pengen pergi dari rumah ini, Eomma. Tidak ada yang menginginkan Jinyoung lagi...."

Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HousemaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang