Mungkinkah rasa kecewaku yang membunuhku secara perlahan? Tenggelam dalam rasa amarah yang sulit membuatku bahagia? Atau aku telah membiarkan diriku terbunuh oleh kenangan yang kubiarkan begitu saja?
Jika memang iya, mengapa rasa kecewa itu tumbuh pada diri ini? Mengapa aku membiarkan ia tumbuh subur dalam hati? Apakah aku menginginkan rasa itu tumbuh?
Jika memang bukan, lalu apa kecewa itu?
Mungkin ini salahku yang berharap lebih, padahal Aku mempunyai sesosok yang jauh lebih baik dari dirimu sekarang, entah dengan seseorang yang baru dan masih dalam perjalanan menemukanku atau bahkan bisa jadi dirimu yang baru.
I'll be waiting for the reason, cause your arrival it's not a mistake, but my reason for learning far of you.