Primacy

#1

-------------------------------

Namaku Tarou Suzuka

Namaku Hanako Suzuka

----------Primacy #1----------

---Pov Hanako---

Kehidupanku benar - benar biasa.

Tidak ada nilaiku yang menonjol dalam mata pelajaran apapun.

Tempat dudukku juga selalu tak terlihat dari depan.

Dalam lari estafet aku bukan pelari terbaik. Aku juga bukan Anchor

Seumur hidup aku tidak pernah punya julukan.

Tapi...       Aku coba membuatnya sendiri, walaupun tidak ada yang melekat.

Di album kelulusan, pertanyaan nomor satu dari orang adalah

"Siapa orang ini ?"

Apakah tidak apa - apa kalau terus begini?

---POV Tarou---

Orang sering berkata

"Nama menunjukan sifat"

Nama yang terlalu biasa juga membuat auranya rerlalu biasa (maaf bagi orang yang bernama Tarou Suzuka)

Walaupun aku masuk klub sepak bola,

Tidak pernah ada yang mengoper padaku.

Aku bagaikan orang yang menguap di udara.

Apa tidak apa - apa kalau seperti ini?

---POV Hanako---

SMA Aidane, sekolah swasta elite bagi keluarga terpandang.

Semua siswanya adalah orang - orang super elite yang akan menjadi tulang punggung Jepang di masa depan.

Aku juga bangga menjadi murid sekolah ini.

Tapi....

Ada satu hal yang tetap sama.

Sudah 5 bulan sejak aku masuk sekolah....  tapi aku seperti tak terlihat orang lain

Hanako Suzuka... di semester dua kekas 1, seperti biasa tetap tidak menonjol.

Bahkan teman sebelahku yang ingatannya bagus tidak mengingatku,

Kenapa orang sepertiku yang sama sekali tidak menonjol malah ingin masuk ke sekolah yang terkenal?

"Gawat! Aku jadi sedih! Di saat ini aku harus..."

Aku membuka buku panduan siswaku dan membaca prinsip siswa.

-----

Prinsip Siswa

SMA Aidane

-Selalu mementingkan orang lain

-Menghargai teman

-Jujur dan adil

-----

'Berapa kali pun melihatnya, aku selalu merasa ini prinsip yang bagus' Kataku dalam hati

Karena tertarik dengan prinsip sekolah ini, aku belajar dengan keras agar bisa masuk ke sini

Karena itu prinsip sekolah menjadi benar - benar hebat

Waktu kecil nenek berkata padaku

"Nenek, hari ini juga aku tidak bisa ngobrol dengan siapapun." ucapku pada nenek sambil menangis