Pada suatu hari di sebuah sekolah yang bernama xfinity.
"Arthur apakah benar jika kau akan dipindahkan?" tanyaku dengan seseorang yang berada beberapa langkah di depanku. Laki-laki itu pun menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya dan berkata.
"Dari mana kau tahu semua itu Viena Marshalinda Berlina?" jawab lak-laki yang bernama Adam Arthur Ainsworth itu dengan tatapan yang serius.
"Saat kau berbicara dengan kep–" ucapanku terpotong karena tiba-tiba saja Arthur memelukku dengan erat, pada saat itu aku menangis karena selama ini aku hanya seorang anak yang setiap harinya ia lindungi atau lebih tepatnya bersembunyi di belakangnya.
Arthur melepaskan pelukannya dan berkata. "Ayo buat janji." ucapnya yang diikuti dengan senyuman.
"Viena berjanjilah padaku jika kau akan baik-baik saja tanpaku," ucapnya yang diikuti dengan senyuman yang sama.
"Hiks... Hiks," suara tangisanku yang tak dapat ku bendung lagi.
"Viena kamu akan cantik dan kuat jika kamu tidak menangis," ucapnya sambil mengelus rambutku.
"Baiklah. Arhur berjanjilah jika kita akan bertemu suatu hari nanti," ucapku.
"Ah kalau itu sih aku nggak yakin," ucapnya sambil menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal itu.
"Ah kamu gitu deh." ucapku sambil melipat kedua tanganku di dada.
"Hahaha..." tawa kami bersama.
"Akhirnya kau tersenyum juga." ucapnya menghentikan tawanya.
"A... Itu kan karena kamu ngelawak Thur," ucapku dengan wajah yang memerah.
"Iya deh, oh iya aku hampir lupa. Nih ambil aja," ucap Arthur sambil menyerahkan sebuah kotak dengan pita berwarna merah.
"Tapi kan ulang tahunku masih lama Thur," ucapku yang sedang bertanya-tanya.
"Ya cuman buat kenang kenangan aja selama aku pergi," ucapnya yang diikuti dengan senyuman.
"Kapan aku boleh membukanya?" tanyaku.
"Saat kau membutuhkannya." ucapnya sambil berjalan menjauh dariku, karena terlalu fokus dengan kado yang Arthur berikan aku pun tak sadar jika Arthur sudah berjalan menjauh.
—
2 tahun sudah aku tanpanya, dan selama 2 tahun itu hidupku benar-benar menyakitkan. Karena selama itu aku selalu disakiti. Maafkan aku Arthur karena tak bisa menempati janjiku. Dan selama itu pun aku tak membuka sedikit pun kado yang Albert berikan. Hingga pada suatu hari aku pun menjadi sangat bodoh. Pada saat itu temanku yang bernama Nina menghampiriku dan berkata jika Lisa sedang dipukuli, aku pun kaget mendengar hal itu dan bertanya kepadanya dan katanya jika aku ingin tahu aku harus datang ke belakang sekolah. Sesampai di belakang sekolah aku mencari keberadaan Lisa yang katanya sedang dipukuli tiba-tiba bahuku dipukul dengan menggunakan kayu, saat tubuhku mulai terbaring di tanah mereka mereka langsung memukuliku tanpa ampun. Aku melihat sekilas dan ku lihat Nina dan Lisa berdiri di belakang mereka yang sedang memukuliku dan mereka tersenyum tanda senang, aku tak tahu apa yang mereka pikirkan yang jelas sekarang aku harus memprioritaskan nyawaku ketimbang apa yang mereka pikirkan. Saat itu yang ada di pikiranku adalah Arthur orang yang selama ini melindungiku dari siapa pun. Tiba-tiba saja mereka menghentikan pukulan mereka dan setelah berhenti beberapa menit Lisa datang menghampiriku dan mengambil beberapa helai rambutku lalu ia menarik dengan kuat lantas aku pun berdiri dengan rasa sakit lalu ia berkata.
"Dasar anak lemah, nggak bisa apa-apa, bisanya itu cuman nyusahin orang aja!" ucapnya dengan nada setengah berteriak. "Nggak bakalan ada yang bisa nolongin kamu lagi karena pahlawan kesianganmu itu sudah pergi jauh meninggalkanmu dan tak akan pernah kembali lagi!!" ucap Nina lalu tertawa jahat.
Lisa melepaskan genggamannya dan sengaja ia benturkan ke tembok, pada saat itu pandanganku mulai kabur hingga akhirnya menjadi gelap. Saat ku bangun aku melihat Kak Nakhla sedang berada di depan sebuah taman bunga dengan baju putih seperti seorang pangeran sambil tersenyum ke arahku, aku pun mendekati Kak Nakhla hingga jarak kami hanya selangkah saja. Karena tak tahu tempat apa ini aku pun memberanikan diri untuk bertanya kepada kakak tentang tempat apa ini.
"Kak tempat apa ini?" tanyaku.
"Mungkin bukan saat yang tepat untuk memberitahumu tentang tempat ini sekarang. Kembalilah ke duniamu di sana ada seseorang yang sedang menunggumu bangun dari tidurmu yang panjang. Sayonara my beloved princes." ucap kakak lalu mengecup keningku dan mendorongku ke sebuah cahaya yang mirip dengan pintu.
Di saat yang sama aku pun terbangun dari tidurku yang panjang tanpa mengetahui tentang siapa pun, orang yang ku ingat hanyalah kakak Nakhla saja. Saat aku bangun ku dapati seseorang sedang tertidur di sebelah ranjangku sambil memegang tangan kiriku, awalnya aku pikir dia adalah Kak Nakhla namun aku merasa jika ia dan Kak Nakhla sangat berbeda. Aku merasa jika aku dengan orang ini pernah bertemu tapi aku tak tahu pasti kapan hal itu terjadi. Saat ia bangun dan mendapatiku terbangun ia tampak senang, aku pun semakin bingung dengan tingkah laku yang ia buat. Aku pun memberanikan diri untuk bertanya kepadanya.
"Maaf apakah kau Kak Nakhla atau orang yang pernah bertemu denganku sebelumnya?" tanyaku kepadanya, ia sempat kaget dan justru membalas dengan pertanyaan.
"Apakah kau tak ingat apa pun tentangku?" tanyanya, aku hanya menggelengkan kepala.
"Kalau begitu dengan janji bahwa kita akan bertemu lagi?" tanyanya dengan wajah yang mulai cemas.
"Entahlah aku tak terlalu mengingatnya," ucapku.
"Dan kado yang ku berikan?" tanyanya lagi.
"Maksudmu ini?" ucapku sambil mengeluarkan sebuah kalung yang berbentuk hati.
"Kapan kau membukanya?" tanyanya lagi.
"Saat bertemu Kak Nakhla," ucapku santai.
"Aku Adam Arthur Ainsworth," ucapnya memperkenalkan diri.
"Oh kalau begitu boleh ku panggil kau Arthur?" tanyaku.
"Silahkan saja." ucapnya sambil tersenyum.
Sejak saat itu ku anggap ia pengganti kakakku yang menghilang entah ke mana. Walaupun sebenarnya aku tak tahu apa-apa tentangnya.
YOU ARE READING
Promise
RomancePeople with good intetion make promises People with good character keep them