Dia

2 0 0
                                    

Semua yang Rendra katakan memang benar, ia masih sering main kerumah saat dia pulang. Dia tidak melupakanku, dan bahkan masih sama seperti waktu SMA. Hanya memang jarang berhubungan melalui telepon.

Selang beberapa bulan setelah ia diterima dikampus yang di inginkan, hal tak terduga terjadi. Seakan dunia gelap seketika. Setelah ia lama tak memberi kabar, justru kabar dari temanku yang membuatku hancur seketika.

"Lania, sudah tahu kabar berita belum tentang Rendra ?" suara temanku dari telepon.

"Kabar apa ? Rendra punya pacar baru ? Gak ada berita apapun." Jawabku.

"Bukan, aku tadi mendapat kabar kalau Rendra meninggal kecelakaan." Temanku menjawab dengan suara yang seolah menguatkanku.

"Jangan bohong, tiga minggu yang lalu dia masih main kerumahku. Nggak mungkin secepat ini !!" Suaraku mulai parau. Dan isak tangispun tak tertahankan. Ibu memelukku untuk menguatkanku.

Seketika, kejadian ini membuatku rapuh, merasa hari-hariku makin sepi, dan aku merasa tidak ada lagi teman laki-laki terbaik sepertinya. Bulan oktober seakan penuh duka, di iringi rintik hujan aku mengiringnya ke tempat peristirahatan terakhir. Tanah mulai menutupinya, papan mulai ditancapkan dan taburan bunga diatasnya.

Dari sejak saat itu, aku menyukai hujan dan kesendirian. Karena dua hal itu saling berkaitan dan membuatku merasa begitu dekat dengannya. Teruntuk Rendra di surga, aku akan selalu merindukanmu disini. Semoga kau tenang dan bahagia disurga. Aku akan berusaha menjadi yang terbaik seperti pesanmu kala itu.

HUJAN KALA OKTOBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang