TUGAS MEMBUAT CERITA

5 1 0
                                    

Di sebuah bangku taman kota berwarna cokelat tua, tampak seorang remaja yang tengah asyik membaca. Keasyikannya membaca buku membuatnya lalai dengan sekitar. Tak dia sadari setengah jam sudah dia duduk di sana. Pepohonan rindang di belakangnya membuatnya nyaman, tak terusik dengan teriknya matahari siang itu.

Tata. Nama yang disematkan teman-teman sekolah padanya. Siswa sekolah menengah pertama berkaca mata ini sering menghabiskan waktu pulang sekolahnya untuk duduk-duduk santai di bangku taman kota itu, tempat favoritnya.

Hari ini dia membaca sebuah buku. Dari sampulnya terlihat gambar seorang anak yang sedang memetik bintang untuk ditempelkan di bukunya. Tertulis di sana 45 cerpen pilihan.

Istirahat tadi dia sengaja ke perpustakaan sekolah untuk meminjam buku kumpulan cerpen itu. Dia mendapatkan tugas untuk membuat cerita pendek dari guru bahasa Indonesianya kemarin, dan harus dikumpulkan besok pagi. Tata termasuk siswa yang rajin dan pintar di sekolah. Dia, yang lebih suka membaca bermacam-macam buku daripada menulis, sampai hari ini belum mendapatkan ide untuk mengerjakan tugasnya itu. Dia berharap dapat mendapatkan ide setelah membaca kumpulan cerpen yang dipinjamnya.

“Akh, susah sekali sih nyari ide buat cerita!!!” teriaknya frustrasi. Untunglah taman kota saat ini sepi sehingga tak ada yang terganggu dengan teriakannya.

“Ceritanya bagus-bagus semua sih, tapi aku harus menulis apa? Perasaan kalo ngerjain soal matematika atau fisika nggak sesulit dan sepusing ini. Kenapa giliran suruh nulis otak gua blank gini ya? Nggak ada ide sama sekali. Ishh!” kembali Tata berkata sambil mengacak-acak rambut hitam pendeknya.

“Suruh baca buku ribuan halaman atau suruh meringkas buku-buku tebel bakal gua jabanin, atau suruh ngerjain soal matematikan ratusan nomor, hayuk aja. Tapi ini, nulis, gua bener-bener nggak punya ide. Padahal buat besok, gimana ini??? Beneran gua tulis aja nih cerita yang ada di sini!” ucapnya sambil menunjuk buku yang sudah dibacanya.

“Aduh!!”
Plak.

Tiba-tiba kaki Tata digigit sesuatu. Tanpa pikir panjang dia langsung mengeplak kakinya. Ternyata kakinya digigit oleh semut hitam.

“Maaf,” rasa sesal tiba-tiba menghampiri Tata, telah membuat semut hitam itu mati di tangannya.

Saat itulah dia melihat banyak semut di bawah kakinya. Tata pun menggeser kakinya. Dia tidak sengaja telah menginjak rumah semut-semut itu. Segera dia bangkit dan berjongkok di depan bangku taman kota itu dan memohon maaf pada semut-semut itu.

Cukup lama dia memperhatikan para semut di tanah di bawah bangku taman itu. Dia pernah membaca tentang kerajaan semut. Lama dia termenung.

“Maaf, dan terima kasih,” ucapnya kemudian pada semut hitam yang telah mati di tangannya yang saat ini masih di tangannya.

Tata menyadari bahwa dia tadi telah mengatakan idenya untuk menuliskan apa yang sudah dibacanya termasuk plagiat. Dia pun tahu kalau itu adalah tindakan tidak terpuji. Tata sangat berterima kasih kepada semut itu karena telah mengingatkan dirinya.

“Aha, gua punya ide!!! Kenapa nggak cerita tentang kalian saja. Kalian yang akan jadi tokoh ceritaku, biar macam ‘si Kancil’ di TV itu. Ya itu saja!” kata Tata sumringah.

“Maaf karena gua udah bunuh teman kalian dan merusak rumah kalian. Terima kasih sudah mengingatkan kalau menjiplak itu salah dan terima kasih juga karena sudah memberi gua ide buat menulis. Terima kasih,” ucap Tata tulus seraya berdiri.

Dengan wajah sumringah Tata melangkahkan kaki meninggalkan taman kota menuju rumahnya yang tak terlalu jauh dari sana. Dia sudah mendapatkan ide akan menulis cerita apa.




Love
_dje_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang