Part 1

356 45 11
                                    

Benar-benar menyilaukan, batin Ashiya kini sedang berperang melawan sinar mentari di pagi hari. Keluar dari rumahnya yang merupakan toko bunga itu. Seperti biasa, bunga-bunga di etalasenya sedang bermandi ria bersama majikannya: ibunya Ashiya.

Sepertinya mood Ashiya cukup baik. Senyum semangatnya memberi tanda bahwa perasaannya baik-baik saja. Lalu pamit kepada ibunya.

Tunggu.

Ashiya heran.

Kali ini ibunya terlihat murung memandang sekuntum bunga matahari yang sepertinya tampak tak segar. Tak biasanya ibunya seperti ini. Ashiya penasaran, mendekati ibunya yang penuh kemurungan; terlihat dari sorot matanya.

“Entah kenapa... ketika Ibu melihat bunga ini, sepertinya akan ada sesuatu yang terjadi. Mungkin akan ada seseorang yang sedang bersedih... mungkin?” ujar ibunya Ashiya sambil memainkan kelopak bunga matahari itu.

Ibunya memandang Ashiya yang kelihatannya sedikit terkejut mendengarnya. Biasanya Ashiya malah mengabaikan ibunya yang selalu mengibaratkan suasana dengan sekuntum bunga.

Entahlah. Rasanya sedikit menusuk di hati Ashiya kali ini.

Sekali lagi, Ashiya pamit kepada ibunya lalu beranjak ke sekolah. Rasa menusuk di hati ini masih terbawa hingga ke sekolah. Namun Ashiya tetap menutup rasa itu dengan senyum cerianya.

***

Hari ini, Abeno absen.

Ashiya memakluminya. Mungkin sedang ada klien mendadak.

***

Pulang sekolah, Ashiya mencoba menelponnya dan mengirim e-mail. Namun tak ada balasan, bahkan telpon pun tak kunjung diangkat meskipun berkali-kali dicoba.

Oke, mungkin Abeno benar-benar sedang menjalani hari yang berat.

***

Hari kedua Abeno absen.

Lagi-lagi Ashiya masih berpikir bahwa Abeno sedang melayani permintaan klien.

Ashiya tetap mencoba menghubunginya. Namun tak ada respon dari Abeno sama sekali.

Tiba-tiba Ashiya teringat kata ibunya kemarin. Dadanya semakin sesak mengingat itu.

Mulai timbul firasat buruk di benak Ashiya.

Ah, nggak mungkin, pikirnya.

Tiba-tiba, Fushimi dan Saga mengajak Ashiya pulang bersama. Kali ini Ashiya menerima ajakan mereka.

***

“Hmm, rasanya entah kenapa Abenon sering absen, ya,” ujar Fushimi sambil menyodorkan kopi instan kepada Ashiya dan Saga.

“Kali aja Abeno lagi ada masalah keluarga,” jawab Saga sambil menyeruput kopi instan yang dipesan Fushimi barusan.

Ashiya mengamati pembicaraan mereka berdua.

Iya, keluarganya youkai kali, ya. Batin Ashiya sambil menikmati kopinya.

“Atau dia lagi sakit?” tanya Fushimi heran.

Bisa jadi sakit hati, batinnya lagi dalam hati.

Tiba-tiba teringat lagi kata-kata ibunya. Ugh, dadanya semakin sesak.

Tangan kanan Ashiya meremas pakaian bagian dada miliknya. Sedikit gemetar. Fushimi dan Saga memerhatikannya.

“Ashiya, kamu kenapa?” tanya Saga sambil menepuk bahu Ashiya. Seketika kaget.

“E-eh, nggak ada apa-apa, kok!” respon Ashiya dengan gugup.

Suasana yang tadinya cukup tegang, kini kembali normal. Syukurlah mereka berdua tak menyadarinya bahwa Ashiya sedikit merasa tertusuk hatinya mengingat konspirasi antara kata-kata ibunya dan Abeno yang sudah dua hari ini tak dapat dihubungi bahkan absen sekolah. Ashiya kembali memasang ekspresi cerianya itu.

***

Hari ketiga Abeno absen. Lagi.

Jam belajar telah usai.

Ponsel milik Ashiya bergetar. Sebuah e-mail masuk dari Abeno.

“Eh?” Ashiya bergumam. Dia pun mengecek isinya.

'Kepada Ashiya, jauhi aku. Dari Abeno.'

Refleks Ashiya kaget.

“Apa-apaan dia...” gumam Ashiya. Tanpa pikir, dia langsung menelpon Abeno berkali-kali. Tak ada respon sekalipun.

***

Sementara itu, di Mononokean. Abeno menyandarkan tubuhnya di dinding. Menatap ponselnya berdering tanpa henti. Sorot matanya begitu hampa, wajahnya begitu pucat, bahkan dia tak merespon perkataan Mononokean dan keberadaan Kedama sama sekali. Rasanya dia ingin menangis, namun entah kenapa rasanya air matanya tak ingin keluar.

***

Hari keempat. Lagi dan lagi, Abeno absen. Wali kelas pun menyadari ketidakhadirannya.

“Abeno Haruitsuki, dia sudah empat hari tak hadir sekolah. Ada yang tahu dimana dia?” tanya wali kelas tentang keberadaan Abeno ke seluruh siswa di kelas.

Seluruh siswa menggelengkan kepala.

“Hoi, yang benar aja dia bolos empat hari ngapain...” bisik beberapa siswa di bangku depan sebelah kanan.

Tiba-tiba Saga menunjuk Ashiya memberitahu sesuatu kepada wali kelas.

“Seingat saya, Ashiya cukup dekat dengan Abeno, Pak.”

“Ashiya Hanae?”

Refleks Ashiya kaget.

“I-iya, Pak.”

“Kamu tahu kenapa dia tak masuk kelas selama empat hari ini?” tanya wali kelas kepada Ashiya.

“Tidak, Pak...” Ashiya menggelengkan kepalanya.

“Kalau begitu, setelah ini sampaikan kepada Abeno Haruitsuki. 'Wali kelas mencarimu',” ujar wali kelas menitipkan pesan kepada Ashiya untuk Abeno.

Mustahil; bagaimana caranya, batin Ashiya.

tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[ Ashiya × Abeno ] SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang