🌛1
{ 2 tahun kemudian}
"Kyaaaa" seorang cewek berlarian di koridor, diikuti cewek yang mengejarnya di belakang. Terlihat semacam anak SD mungkin, namun di SMA Titik Dua tidak ada malahan anak SMA yang dapat berkelakuan normal, hanya rata-rata dari seluruh siswa dan dapat dihitung dengan jari.
Untungnya koridor sepi, belum istirahat. Artinya tidak akan ada yang tertabrak, karena Serena berlari kian bertambah cepat sewaktu jari Nevada hampir mengenai punggungnya.
Serena berlari melewati sejumlah kelas yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar, beberapa dari kelas-kelas tersebut tidak menutup pintu membuatnya menahan malu ketika berlari melewatinya. Cewek itu juga bahkan hampir terpeleset ketika melewati tikungan, sedikit sakit, namun dia terus berlari.
Kejar-mengejar melewati rute yang bermula dari kantin, kelas-kelas, ruang komputer di lantai atas, lapangan basket, dan kini hampir melewati ruangan kantor guru.
"SIERA! NEVADA!"
Seorang wanita umur lima puluh tahunan, dengan rambut pendek, tubuh pendek agak gempal melotot pada cewek yang mengejar. Dia berdiri di tengah-tengah koridor, tepat di depan ruangan miliknya.
Nevada nyengir, dia melihat Serena bersembunyi di belakang Bu Adis, sambil dia mengelap tangannya di paha. Noda itu tidak terlihat karena pakaian olahraganya, yang baru ia gunakan bertanding basket tadi cukup kumal untuk menyembunyikan noda itu.
Raut wajah Serena jijik ketika melihat itu, "Iyuhh," ujarnya pelan.
Selepas mengusap-usap, Nevada merapikan celana olahraga SMA Hindia-Pasifik dengan menepuk-nepuk pelan, celana olahraga berwarna biru muda itu terdapat tulisan nama SMA Hindia-Pasifik yang tercetak secara vertikal berwarna putih. Dia juga merapikan tataan rambutnya yang sangat jarang ia sisir, dengan mengencangkan ikat rambut. Semakin berantakan di mata Serena. Baru menoleh dan nyengir kembali saat Bu Adis berdeham.
"Apa lagi kali ini, Neva?"
Semacam baru mencuri dan mencoba berbohong. Raut wajah Nevada tidak pernah singkron dengan pikirannya. Wajahnya penuh kebingungan yang dibuat-buat secara jelas.
"Apanya, Bu?"
"Neva, Bu!" Serena menatap horor pada Nevada, menunjuk cewek yang mencoba berwajah 'polos' dengan jarinya sambil mendelik juga. "Neva mau nodain saya pakai upilnya!!!"
Kedua perempuan itu menatap horor padanya. Pada Nevada tentu. Gagal lagi baginya untuk mencoba 'polos' yang kesekian kali ketika berhadapan dengan Bu Adis. Dia mengaruk tengkuknya, ketika mendapat undangan tersirat untuk berkunjung di ruangan penuh AC, tatapan intimidasi, dan sejumlah pertanyaan retoris di ruangan legend,
Bimbingan Konseling
Radis Saharjan"Sialan Serena. Tukang ngadu."
🌜🌚🌛
"Jadi?"
"Apanya Bu?"
Kalau saja mengetuk kepala murid tidak akan mendapat sangsi, sudah merah kepala Nevada sedari tadi. Sudah cukup dua tahun lebih Bu Adis mencoba bersabar dengan sikap Nevada yang serampangan.
"Serena tadi bilang, kamu jahil sama dia." ujarnya retorik.
Nevada mengaruk tengkuknya, dan mengeluarkan suara, "Eeh" yang membuat Bu Adis kian bertampang datar.
"Nevada, ka–"Ya, Bu?"–mu." Bu Adis mendelik ketika Nevada menyela ucapannya.
"Saya belum selesai bicara, Nevada."

KAMU SEDANG MEMBACA
Malam
Teen FictionCeplas-ceplos, barbar, jorok, sok akrab, dan selalu bicara tanpa pikir panjang, adalah deskripsi paling sesuai untuk makhluk berkromosom XX bernama Nevada, yang baru saja jadi anak kelas 12. Namun, tahun pelajaran baru ini penuh kejutan baginy...