Di suatu daerah, terdapat seorang saudagar kaya tua yang sedang sakit parah.
Dokter mengatakan jika sisa umurnya tinggal menghitung hari. Mungkin saja besok, ataupun lusa maupun minggu berikutnya.
Saudagar Kaya tidak membina rumah tangga. Ia pun tidak mengangkat anak agar menjadi penerus harta.
Setiap hari, banyak sekali orang yang datang menjenguk. Mereka merupakan orang-orang yang ia pernah bantu semasa hidupnya.
Saudagar kaya menyadari jika hidupnya tersisa dalam kurun waktu hitungan jam. Ia segera memanggil Dokter agar menjadi saksi dalam pembuatan wasiatnya.
Wasiat tersebut berisi agar semua harta miliknya agar digunakan untuk membiayai seluruh perawatan pasien yang berada di rumah sakit itu hingga hartanya habis.
Setelah selesai, Saudagar Kaya kejang-kejang, menandakan jika dirinya akan dijemput kematian. Sesaat kemudian, ia tidak sadarkan diri.
Di bawah alam sadar, dirinya bertemu dengan seseorang yang berdiri di balik cahaya terang. Ia tidak dapat melihat wajah orang tersebut. Pria? Wanita? Entahlah!
"Hidupmu sudah tidak lama lagi!" seru seseorang itu. Suaranya benar-benar aneh, tidak terdengar seperti suara wanita maupun pria. "Kebaikanmu sungguh besar dari kejahatanmu dalam kehidupan ini, kamu akan tinggal di alam surga. Namun, terdapat penyesalan sehingga membuatmu tidak rela meninggalkan raga!" lanjutnya seraya menunjuk wajah Saudagar Kaya.
Saudagar Kaya terkejut. Bukan karena dirinya akan meninggal maupun bertemu dengan seseorang yang ia duga sebagai malaikat maut, melainkan kata penyesalan yang ia ucapkan.
Seketika itu juga Saudagar Kaya teringat masa lalu. Sebuah kenangan yang tidak akan dilupakan seumur hidup.
"Katakanlah! Apa keinginanmu untuk menghapus rasa penyesalan itu!"
Saudagar Kaya ingin berbohong lagi. Bukan berbohong kepada seseorang yang ada di hadapannya, melainkan kepada dirinya sendiri. Ya, ia membohongi perasaannya.
"Inilah saat terakhirmu untuk jujur! Utarakan segalanya agar dirimu tenang di alam sana!"
Saudagar Kaya menyadari jika sosok di hadapannya tidak bisa ditipu, tidak seperti perasaannya yang ia bohongi sampai akhir hayat.
Saudagar Kaya memantapkan hati. Dengan lantang, dirinya berkata, "Aku ingin kembali ke masa lalu! Aku ingin bertemu dengan dirinya untuk satu kali lagi!"
"Mengapa kamu meminta itu?"
"Aku ingin bertemu dengan dirinya lagi! Aku menyesal tidak mengatakan isi hatiku pada saat itu. Apa yang telah aku lakukan!? Aku sia-sia mengorbankan hidupku untuk mencari harta yang katanya bisa mempermudah hidup! Nyatanya, aku tidak bisa bertemu dengan dirinya lagi! Tidak ada wanita yang mampu menghibur hatiku! Wanita cantik! Wanita perhatian! Wanita penyayang! Tidak ada. Tidak ada!"
"Tidak ada hal yang sia-sia. Lihatlah!" seru seseorang itu seraya bergeser ke samping, membuat cahaya yang ada dibaliknya menerpa Saudagar Kaya.
Dibalik cahaya itu, terdapat banyak orang yang mengerumuni sebuah gedung. Saudagar kaya mengenal gedung tersebut. Gedung tersebut merupakan rumah sakit tempat ia dirawat saat ini.
"Lihatlah wajah-wajah itu! Kamu pasti sudah lupa, kan? Lihatlah kekhawatiran yang terpancar dari wajah mereka! Bagaimana mungkin orang yang tidak mengenal satu sama lain bisa membuat wajah seperti itu!?"
"Jangan-jangan..."
"Ya, mereka ialah orang yang kamu tolong dengan hartamu semasa hidup. Masih mengatakan jika apa yang kamu lakukan adalah sia-sia belaka?"
Hati dan mulut Saudagar Kaya menjadi satu. Seketika ia berkata, "Tanpa dirinya, hidupku sia-sia..."
Seketika hening, tidak ada suara yang melanjuti maupun membantah ucapan Saudagar Kaya.
"Namun, permintaan tersebut tidak bisa dikabulkan..."
Saudagar Kaya seketika murka. Ia menjerit keras seraya berjalan mendekati Dia.
"Me-me-mengapa kau mengatakan itu? Mengapa!? MENGAPA!!! Seharusnya kau cabut saja nyawaku ini! Mengapa kau berkata seperti itu!? Tolong! Tolong... katakanlah! Kenapa tidak bisa?"
Dada Saudagar Kaya sesak. Harapan untuk menyelesaikan penyesalannya sirna sudah. Hatinya sudah tidak sanggup lagi menerima kegagalan hidup. Semua yang ia lakukan berakhir sia-sia!
"Itu akan mengubah aliran waktu." ujarnya membalas Saudagar Kaya. "Kamu bisa merubah takdir orang-orang jika kamu kembali. Kamu bisa juga membuat orang-orang yang kamu tolong berakhir sengsara."
"A-aku tidak peduli..." balas Saudagar Kaya lemah, kemudian terdiam sesaat.
Saudagar Kaya menyadari jika ada harapan dibalik kalimat yang Dia ucapkan, kemudian dengan cepat melanjutkan perkataanya yang tertunda.
"Aku tidak peduli jika semua amal budiku hilang demi bertemu dirinya! Aku bersumpah tidak akan merubah aliran waktu! Jika itu terjadi, buanglah aku ke neraka paling dalam!" seru Saudagar Kaya lantang. "Sepuluh menit! Ya! Sepuluh menit sudah cukup untuk menuntaskan penyesalan ini!" lanjutnya seraya mengusap air mata yang mengalir entah kapan, kemudian tersenyum di hadapan Dia.
"Kamu tidak akan tertolong jika kamu merubah takdir seseorang!" ujar Dia seraya cahaya yang berada dibaliknya mulai meredup. "Semoga kamu kembali lagi tanpa penyesalan yang ada di hati." lanjutnya seraya menghilang bersamaan dengan cahaya yang telah meredup.
Sedetik kemudian, Saudagar Kaya tersadar. Ia menyadari jika tidak ada alat bantu yang melekat pada tubuhnya. Pakaian hijau yang ia gunakan berganti menjadi seragam putih abu-abu. Ia meraba wajahnya, tidak ada keriput!
Ya, Saudagar Kaya berhasil kembali ke masa lalu!
******************
Catatan Pengarang :
Revisi 1 (16/11/2018)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali ke Masa Lalu
Short StoryDalam hidup, pasti terdapat penyesalan yang melekat di dalam hati hingga akhir hayat. Saudagar kaya yang baik hati menganggap hidupnya sia-sia, diberi kesempatan sekali lagi untuk menyelesaikan penyesalan hidupnya. Akankah dirinya berhasil? Ataukah...