[1] Nelipot

746 94 45
                                    

(n.) One who walks barefoot.

Jakarta, 2017.

       Setiap manusia memiliki jalan takdir untuk menuju akhirnya. Jalan yang akan dilalui sendiri kelak setiap detiknya akan bersinggungan dengan garis takdir milik yang lainnya.

Pada saat itu ada banyak pilihan, untuk hanya saling melempar senyum, mengenal, atau memilih tidak melakukan apapun.

Mark bersyukur ia memilih pilihan kedua. Mengenal dan menepikan garis takdirnya untuk selalu bersinggungan dengan milik Huang Renjun.

**

    "Ikut nggak?" Lucas menarik tuas penyangga motornya. Menatap pada sosok Mark yang masih berdiri di depan kamarnya mengikat sampah bekas makan malam. Malam Minggu begini biasanya ia tak akan ada di tempat kost.

Rapat BEM, bertemu stakeholder yang pastinya tak bisa dilewatkan, atau bercengkerama dengan menteri-menteri kampus untuk kajian rutin organisasinya.

"Nginep?"

"Yaelah udah kaya anak perawan. Cepet sana ganti celana. Boxer buluk begitu gak bisa dijadiin baju maen" Lucas menjawab tanya singkat Mark sambil menunjuk kostum temannya menggunakan dagu.

Lima menit kemudian, Mark sudah mengunci pintu dan berganti celana pendeknya dengan jeans panjang. Yang membuat Lucas mengerutkan kening adalah jaket BEM yang ia gunakan.

'Dasar budak proker'

Lucas dan Mark berteman baik. Secara tidak sengaja karena mereka berbeda fakultas. Mark saat ini menduduki tingkat tiga di Fakultas Kedokteran dan Lucas di tingkat yang sama Fakultas Teknik. Kebetulan saja sejak tingkat satu kamar kost keduanya bersebelahan hingga akrab sampai sekarang.

"Ada Haechan tuh ntar " motor Lucas berbelok untuk yang terakhir kalinya memasuki blok Yahya Nuh.

"Siapa lagi?" Mark sudah pasti kenal Haechan. Itu adik kelas dari almamater SMA yang sama dengannya.

"Siapa ya? Jisung kadang ngumpul kalo abangnya dateng. Ada Chenle juga.. dia kenal kok sama lo"

"Oh.. inget gue. Itu anak keperawatan. Lumayan juga ya jaringan kalian. Yakin kerjaannya cuma nonton film bareng?"

Beberapa nama yang tadi disebutkan dan Lucas sendiri adalah anggota dari pecinta film dan sastra yang sering punya agenda bersama. Hampir rasanya setiap Lucas tidak ada di kost, maka ia beralibi ada di markas besar mereka di area blok Yahya Nuh.

"Ya pokoknya ikut aja lah. Ntar lo juga betah ada disana. Percaya deh" bersamaan dengan kalinat itu Lucas memasukan motornya di area garasi rumah bercat putih tulang. Tanaman-tanaman hias yang ada didepan markas besar itu seolah benar-benar terawat dan beberapa sepatu atau sandal berjajar rapi di depan pintu.

Boleh juga komunitas ini -Mark sedikit kagum karena jarang mendapati markas besar organisasi sebersih ini.

"Koko! Lhoh.. ada kak Mark" Chenle yang awalnya ingin membuat Lucas kaget jadi sedikit heran ada orang lain yang di bawa Lucas.

"Join ya Le" Mark menyapa, mengikuti langkah Lucas yang berlari kecil menuju ruang tengah.

Rumah ini benar-benar rapi. Seperti rumah milik seseorang yang dijadikan tempat berkumpul kepala-kepala bocah berisik di ruang tengah.

Disana Mark ditemukan dengan Yuta -salah satu mantan menteri BEM tahun lalu, Jeno -adik kelasnya di fakultas, dikenalkan pada Xiaojun, Hendery dan Yangyang  -tiga bocah seumuran Chenle dan Yeri -satu perempuan dalam lingkup laki-laki di rumah ini.

Metanoia - [MarkRen] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang