Prologue

91 5 3
                                    

06 Agustus 1996.

" Oeee oeee " terdengar suara tangisan bayi dari dalam bilik tempat bersalin.
Suasana yang semula menegangkan menjadi kebahagiaan yang takkan pernah terkira bagi lelaki yang menunggu sedari tadi di luar bilik.

" Ngieekk . . . . "
Suara desiran pintu terbuka dan terlihat seorang bidan mendekap sebuah gundukan kain yang cukup tebal.

" Pak, ini anakmu yang sudah kau tunggu sekian lama " ucap bidan dengan senyum terbesit di pipinya.

Lelaki dengan rambut pirangnya menghampiri bidan tersebut, dengan sedikit terlihat bekas air mata yang mengalir pada pipinya pertanda air mata bahagia atas kelahiran anaknya.

" Bu , kemarikan anakku, aku ingin melihat betapa manisnya senyum anakku ini " ujar Lelaki rambut pirang itu dengan menjulurkan kedua tangannya.

Air mata lelaki itu kembali mengucur melihat anaknya yang manis itu. Dengan pipi sedikit mengembang layaknya roti dan sedikit merah membuat bayi itu pun terlihat semakin manis membuat siapapun ingin menggigitnya.

" Oiya bu, bagaimana kondisi istri ku ? " tanya Lelaki pirang itu.

" Maaf Pak, kita sudah bekerja keras untuk menyelamatkan nyawa istri anda tapi tuhan berkehendak lain " ucap bidan itu sambil menunduk.

Tanpa pikir panjang lelaki itu meletakkan bayinya di dekapan bidan kemudian berlari memasukki bilik itu.

Ia diam mematung melihat istrinya telah terbujur kaku dengan wajah yang mulai membiru.

" Maafkan aku, aku tidak bisa menjagamu. " ucap lelaki itu dengan tangisan yang semakin menjadi jadi.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Happy BirthdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang