Aku

59 7 0
                                    

06 Agustus 2012.

07:00 a.m.

Suara burung burung mulai berkicau menandakan fajar telah menunjukkan batang hidungnya. Lukisan di langit dengan segerombolan awan awan yang bersatu padu menjadikan awan layaknya kapas kapas yang beterbangan. Sesekali terlintas pesawat dengan bunyi mendengungnya di atas rumah tua ini.

Ya namaku Araya, nama yang kurang cocok untuk seorang pria sepertiku ini, entah apa yang terbesit di pikiran ayahku hingga menamaiku dengan nama ini.
Ini adalah hari ulang tahunku yang ke 16 dan 16 tahun meninggalnya ibuku, aku belum pernah sama sekali melihat ibuku bahkan fotonya pun tidak pernah, kata ayah dulu dia pernah punya foto pernikahannya tapi entah hilang kemana saat banjir besar beberapa tahun silam. Walaupun aku tak pernah sama sekali melihatnya aku sangat mencintai ibuku entah bagaimana aku mengungkapkannya yang terpenting di setiap lantunan doaku terdapat nama Sasa, nama ibuku yang ingin sekali kulihat wajahnya.

Surya, itu nama ayahku. Seorang pria tangguh yang setiap hari bekerja memeras keringat hanya untuk kebahagiaan ku, entah apa saja yang sudah ia lakukan demi aku. Walaupun hanya sebatas kuli bangunan dengan gaji tidak lebih, itupun sudah membuat keluarga kecilku ini bahagia.

" Kenapa di hari penting ku ini, ayah tidak mengucapkan sepatah kata pun untukku " ujarku dalam hati.

Hanya selang beberapa menit setelah aku menggumam, suara pintu depan berderit, maklum hanya sebatas rumah tua sehingga bunyi pintu terbuka pun sampai berderit.

" Assalamualaikum " terdengar suara salam dari pintu depan.

" Walaikumsalam " teriakku sembari berlari menuju pintu depan.

Sesampainya, terlihat seorang pria dengan baju lusuhnya sembari menenteng tas plastik berwana hitam.

" Ayahh..! " teriakku sambil memeluknya.
Pria itu sedikit kaget dengan dekapanku yang cukup keras itu.

" Kemana saja ayah pagi pagi buta sudah meninggalkanku " ujarku dengan tetap memeluknya.

" Ini nakk, ayah bawakan kamu kado untuk hadiah ulang tahunmu yang ke 16 " ucap ayahku sembari memberi tas plastik warna hitamnya.

Dengan cepat aku membuka isi dari tas plastik itu, dan ternyata sebuah sepatu dari brand yang cukup ternama di daerah sini, mungkin jika dihargakan bisa bisa mencapai dua kali lipat gaji ayahku dalam sebulan.
Entah uang dari mana yang ayahku dapatkan demi memberiku hadiah seperti itu.

" Semoga kamu suka dengan pemberian ayahmu ini yaa sayang, kamu tidak perlu tanya darimana ayah bisa mendapatkan ini, sekali lagi semoga kamu suka " ucap ayah sembari memelukku dengan erat.

" I love you Arayaa " ayahku menciumku tepat dipipiku.

Ia pun beranjak ke dalam kamar sembari merebahkan tubuhnya yang cukup tua itu ke kasur yang reyot dimakan usia.

Aku menghapirinya, entah mengapa tiba tiba aku pun menitihkan air mata melihat ayahku yang tidur dengan pulasnya itu.

" I love you to , yaahh ..! " ucapku dalam hati sembari mencium keningnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Happy BirthdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang