H a i k y u u
Pada siang itu terdapat dua pemuda yang sedang mengayuh sepedanya. Keringatnya meluncur dari pipi kedua pemuda itu--bukan karena lelah mengayuh sepeda, tapi karena panas matahari sekarang begitu menyengat, bahkan salah satu pemuda dengan surai dwiwarna itu sudah seperti burung hantu goreng.
Oh, dan jangan lupakan kucing yang nasibnya sama sepertinya.
"Bro," -Kuroo
"Kenapa bro?" -Bokuto
"Ada rambutan bro." Kuroo--pemuda itu menunjuk pohon rambutan yang pendek, tapi jangan mengira itu tidak ada buahnya! Buah rambutan itu bahkan merah-merah, siap petik!
"MANA-MANA!?" Bokuto berteriak histeris.
"Berisik goblok, di sana tuh!"
"Bro, di sana ada yang--."
Belum sempat Kuroo menyelesaikan kalimatnya, Bokuto langsung saja tancap pedal (karena di sepeda tidak ada gas :D) menuju ke pohon rambutan itu.
Tangannya sudah ia arahkan ke pohon, tinggal ia petik saja buahnya, gampang.
Srek srek
Iris Bokuto melebar kaget, kala mengetahui si pemilik ada di depan rumahnya dengan tubuh setengah telanjang--laki-laki dan selonjoran di kursi depan.
Wtf.
Buru-buru tangan yang ia arahkan ke rambutan itu ia tarik, dan tangan Bokuto hampir saja mengambil rambutan itu!
"ANJING ADA PEMILIKNYA!"
Goblok emang Bokuto. Pemiliknya tidur malah diteriakin, berasa kaya dia maling terus ngaku gitu. Untung saja pemiliknya itu tidak dengar dan masih nyenyak di alam mimpi.
Kuroo ketawa sampai perutnya mules, akhirnya nyusul Bokuto yang di depan dengan cepat seperti maling yang dikejar oleh --eh emang dia habis malingkan? Maling gagal. Emang bodoh sih bro-nya ini, mau dibilangin Kuroo kalau ada pemiliknya, eh dia malah ngayuh makin cepet sampai ke sana.
"Woy bro lu ok kan?" -Kuroo
"Ok gimana?! Untung bisa kabur njing."
"Untung bisa kabur, katanya sih pemiliknya tadi mantan yakuza."
Bokuto memandang horor Kuroo.
"Beneran?!"
"Boong sih."
Hampir aja Bokuto percaya, polos ama bodoh bedanya berapa persen sih?
Kuroo ketawa, Bokuto kena mood swing. Bokuto balas dendam, pemuda itu mendesak Kuroo agar semakin ke pinggir, lumayan ada sungai, gak ada faedahnya kalau sungai didiamkan.
Jadinya, Kuroo sukses masuk ke sungai, sedangkan Bokuto malah meninggalkannya sendirian.
"Bangsat emang."
Kuroo teringat kata-kata neneknya.
"Pada zaman dulu, sebelum kau lahir banyak orang yang menjadikan sungai sebagai tempat buang airnya."
"Dan juga sekarang sebagai tempat pembuangan sampah rumah ttangga miris sekali bukan? Maka dari itu Kuroo jangan seperti mereka ya."
Ralat, itu tadi bukan kata neneknya, melainkan kata author sendiri, entah itu benar atau tidak tanyakan saja pada mamah Sugawara.
"ANJING! TAI!"
Kuroo langsung mengangkat sepedanya, walaupun penuh dengan err-- tidak perlu disebutkan, orang-orang yang melihat Kuroo pun ikut jijik.
Tampang gentle Kuroo telah hancur dalam sekejap.
E n d
Ini apaan dah? Wkwkwk /akibat gak ada ide.
Sebenarnya ini aku yang ngalamin, aku kalau di sini jadi Bokuto /duh bego banget saya :'D
Tetap nantikan cerita ini ya! (Walaupun saya tidak tahu ini dinantikan atau tidak :"))
KAMU SEDANG MEMBACA
Nime Online
Fanfiction[ A N I M E O N L I N E ] Bagaimana jika character yang ada dalam anime, online dalam : Efbe, Lin€ dll? Warn : OOC! Kata-kata kasar! Bahasa tidak baku! Character yang ada di dalam buku ini bukan milik saya!