01

125 3 0
                                    

  بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم  

" Ghea tidak mau pah "

" Jangan paksa Ghea, please.. "

Laki-laki yang berada dihadapan gadis bernama Ghea itu tersenyum miris.

" Memang apa kurangnya Fandi untuk mu hah " ucapnya dengan nada keras.

" Kurangnya banyak pah "

" Apa hah, Fandi itu tidak ada kurangnya lagi untuk kamu, dengar itu " ucap laki-laki itu memotong ucapan gadis itu.

" Tidak, Fandi tidak mempunyai akhlak yang baik, dia kurang menjaga pandangannya, dia juga kurang sopan santun pada wanita. Apa laki-laki seperti itu yang akan papa jadikan seseorang yang akan menggantikan posisi papa untuk menjaga Ghea. Dia juga hobi menghambur-hamburkan harta orang tuanya? "

" Terserah.. Pokoknya kamu harus tetap menerima Fandi, ti-tik " putus laki-laki itu.

Ghea kembali menitikan air mata untuk mengingat semua penderitaan akibat incident itu. Dimana ia menolak lamaran anak pengusaha kaya raya yang tidak ia suka karena sifat buruknya.

" Mamah, maafin Ghea ma, maafin Ghea - "

Ghea tersungkuk di depan mamanya, Anita, itulah nama mama Ghea. Wanita setengah baya yang selalu tersenyum meskipun dalam kesulitan baginya.

" Maaf kan Ghea mah, ini semua karena Ghea " tangis Ghea semakin menjadi, isaknya seakan sulit terhenti.

" Ghea, bangunlah. Bangun Ghea, mama tidak suka seperti ini " ucap Anita menggoyangkan bahu Ghea.

Ghea pun tertata mendongkak menatap iris mata mamanya. Ia sangat teramat sedih, dan menyedihkan.

" Dengarkan mama Ghea, kamu kuat nak, mama tidak apa-apa tinggal disini. Asalkan Ghea dan Dinda selalu bahagia. Itu saja harapan mama, Ghea "

" Maafkan Ghea mah, mama dan Dinda harus seperti ini karena Ghea. Tapi Ghea juga tidak bisa menerima - "

" Suettt.. Tidak Ghea, mama juga tidak akan rela membiarkan mu menikah dengan Fandi. Yang jelas-jelas begajulan dan tidak tahu diri itu "

" Mama.. " Suara seorang gadis kecil membuat Ghea dan Anita menatapnya di depan pintu.

" Dinda " ucap keduanya.

" Kak, Dinda mohon, jangan buat mama menangis. Apalagi bakal menangis karena kakak. Dinda tidak mau mama menangis kak "

" Dinda tidak apa-apa disini, tapi kakak jangan buat mama sedih. Inikan juga pilihan mama, jadi bukan sepenuhnya kesalahan kakak "

Ghea menatap adiknya bergantian dengan mamanya. Setidaknya ada sekucil kebahagiaan karena dia masih memiliki harta berharga seperti mama dan adiknya.

Tak terasa, matahari pun menyapa kembali. Ghea menggeliakan tubuhnya yang terasa pegal. Ia memang baru memejamkan mata setelah melaksanakan shalat shubuh. Membuat dirinya merasakan lelah yang amat sangat.

Setelah merasa cukup sadar, Ghea melangkahkan kakinya untuk menuruni ranjang kayu, yang saat ini telah menggantikan ranjang empuk miliknya kemarin. Ya, Ghea memilih meninggalkan rumah yang lumayan mewah untuknya dengan kedua orang tua dan satu orang adiknya.

Setelah selesai merapikan diri, Ghea menatap dirinya didepan cermin kecil yang merupakan peninggalan orang yang pernah tinggal di kontrakan tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear My WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang