"Aku adalah sang hujan, yang hanya ingin jatuh pada semesta."
-Reva Alana Lalita.
---
Reva Alana Lalita.
Gadis itu kini sedang duduk di kursi yang berada di pinggir lapangan. Ia terlihat sedang menuliskan sesuatu pada buku yang berada di pangkuannya.
Reva sangat suka menulis puisi. Entah di manapun dan kapanpun ia selalu membawa sebuah buku dengan sampul berwarna merah muda, guna menuliskan semua puisinya.
Jika gadis itu sudah hanyut dalam imajinasinya, maka ia pun tidak akan menghiraukan sekelilingnya. Ia hanya terfokus pada apa yang sedang ditulisnya.
Tiba-tiba saja sebuah bola terlempar ke arahnya, membuat buku itu terjatuh.
Reva kesal, ia tak suka jika diganggu saat menulis. Maka dengan hati gemuruh, ia bangkit lalu melihat ke arah lapangan.
Di depan sana terlihat dua cowok yang memakai seragam dengan atasan yang tidak dimasukkan. Rambut mereka berantakan, bulir-bulir keringat juga membasahi wajah mereka. Terlihat jelas mereka kelelahan.
Reva tahu jelas siapa mereka. Dua cowok menyebalkan yang sering mengganggunya.
Evren dan Arnav.
Yang Reva tahu, mereka adalah sahabat sedari kecil.
Evren adalah teman sekelas Reva saat ini. Sedangkan Arnav adalah anak jurusan bahasa.
Mereka berdua mendekati Reva dengan gaya yang berbeda.
Laki-laki yang berjalan paling depan adalah Arnav, ia berjalan dengan senyum tengilnya. Membuat siswi-siswi yang tak sengaja berpapasan dengannya menjadi ikut tersenyum. Dan seperti biasa, ia pun membalas dengan gaya khasnya: mengedipkan sebelah matanya.
Sedangkan lelaki yang di belakang Arnav adalah Evren, cowok itu berjalan dengan muka santai serta tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Membuat cowok itu terlihat memesona.
Mereka berdua mendekati Reva yang sedang bersedekap, memperhatikan kedua cowok itu dengan tajam.
Arnav menyikut Evren, memberi kode pada cowok itu agar ia berbicara kepada Reva. Paling tidak untuk meminta maaf karena mereka telah mengganggu cewek itu.
Namun Evren tetaplah Evren. Cowok kaku yang cuek dan menyebalkan. Ia hanya menatap sebentar ke arah Reva lalu dengan cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Arnav menghela napas, kali ini ia mengalah. Cowok itu mengambil bola dan buku yang berada di dekat kaki Reva, kemudian menyerahkan buku tersebut pada sang pemilik.
"Sorry, ya. Kita nggak sengaja, hehe," ucap Arnav sembari menyerahkan buku itu.
Reva melirik pada Evren yang masih senantiasa membuang muka, kemudian ia pun kembali menatap Arnav.
"Iya, lain kali hati-hati kalau main. Untung nggak kena kepala gue."
"Kalau kena juga gak apa Rev, nanti Evren yang tanggung jawab kok." Arnav menjawab dengan santainya membuat Evren mendelik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revren - tentang Hujan dan Semesta
Teen FictionIni kisah tentang Reva dan Evren. Reva yang berarti hujan, dan Evren yang berarti Semesta. Semesta selalu mengatakan bahwa ia akan selalu menangkap hujan di saat hujan jatuh. Semesta senantiasa ada untuk hujan, meski ia tahu bahwa hujan bisa data...