"Lagi dan lagi, semesta kembali menyelamatkan sang hujan. Memberi secercah harapan baginya."
–––
"Vren!"
Evren yang sedang berjalan santai menuju kantin sontak menghentikan langkahnya. Ia berbalik kemudian mendapati seorang gadis yang berlari kecil mendekatinya.
"Nih buat lo."
Evren menaikan sebelah alisnya melihat sebuah cokelat yang diulurkan sang gadis yang berada di hadapannya.
"Udah, terima aja. Ini tanda terima kasih gue karena lo udah bantuin gue di menit-menit terakhir tadi."
Gadis itu tersenyum, menunjukkan lesung pipit yang membuat ia terlihat sangat manis.
Tak dapat dipungkiri bila Evren juga sangat kagum melihat senyum gadis itu. Ia sempat terpana beberapa saat, namun ia dengan pandai merubah mimik mukanya menjadi seperti tidak peduli. Ada alasan di balik tindakannya itu, dan untuk saat ini hanya dirinya yang tahu alasan itu.
"Ngga, makasih. Gue ikhlas." Evren berbalik meninggalkan gadis itu, lama-lama di sini bisa membuat pertahanannya runtuh seketika.
"Eh, eh, tunggu!"
Evren mendengus, ia sangat kenal gadis itu. Reva, si keras kepala yang menyebalkan.
"Apa lagi?"
"Ini buat lo, terima ya?" Reva kembali mengulurkan sebuah cokelat pada Evren sembari mengeluarkan tatapan melasnya, berharap kali ini Evren mau menerima.
"Muka lo gak usah digituin. Nggak cocok!" Evren kembali melenggang pergi, meninggalkan Reva yang mendengus sebal.
"Ish! Gue kan cuma mau ngasih ini sebagai tanda terima kasih. Apa susahnya coba buat nerima?" Reva melihat punggung tegak cowok itu. Kalau saja dirinya tak jatuh hati pada cowok itu, maka ia bersumpah akan membunuh cowok itu sekarang juga.
"Yaudah, deh. Mending gue makan aja nih cokelat, daripada mubazir." Reva berbalik arah sembari membuka bungkus cokelat kemudian memakannya.
Karena terlalu asyik makan dan tidak memperhatikan jalan, ia pun tak sengaja menabrak seorang cowok hingga cokelat itu mengenai baju cowok tersebut.
Reva mendongak dengan muka paniknya, "Eh sorry Nav, gue nggak sengaja," ucapnya sembari berusaha membersihkan noda cokelat di baju Arnav.
Arnav menghentikan gerakan Reva dengan memegang tangannya, "Udah, udah. Gak papa kok, Rev."
"Aduh beneran, maaf banget ya, gue gak sengaja. Beneran sumpah." Reva meringis sembari menatap cowok di hadapannya. Takut-takut kalau cowok yang berada di hadapannya itu akan marah.
"Iya, iya, astaga. Lo takut banget sih? Gue gak marah, Rev." Arnav mengacak rambut Reva, karena dirinya sudah tak tahan melihat tingkah gadis di hadapannya itu. Sudah lama ia mengagumi Reva, namun ia ingat akan posisinya yang menyadarkan bahwa ia salah jika mempunyai rasa pada gadis itu.
Reva sempat terpaku ketika tangan Arnav menyentuh kepalanya, ini kali pertama ia diperlakukan seperti itu. Ia merasa senang sekaligus sedih. Ia senang jika diperlakukan seperti ini, namun ia juga sedih karena pelakunya bukan yang ia harapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revren - tentang Hujan dan Semesta
Ficção AdolescenteIni kisah tentang Reva dan Evren. Reva yang berarti hujan, dan Evren yang berarti Semesta. Semesta selalu mengatakan bahwa ia akan selalu menangkap hujan di saat hujan jatuh. Semesta senantiasa ada untuk hujan, meski ia tahu bahwa hujan bisa data...