Fajar Untuk Senja

98 9 3
                                    

          Ditemani dengan dengungan AC di kelasnya, Senja menatap jendela yang buram karena embun pagi. Raganya memang di Jogja, namun ingatannya terbang ke Belanda. Senja, sosok perempuan tangguh yang kehilangan setengah hidupnya karena sudah 5 tahun sejak ia meninggalkan bangku SMA ia tak bertemu dengan sahabat kecilnya. Fajar.

          Fajar dan Senja sudah bersahabat sejak kecil, karena rumah mereka yang hanya berjarak beberapa langkah. Mereka berjumpa tanpa sengaja saat minggu pagi. Senja yang senang karena sepeda barunya segera ia naiki tanpa peduli kanan kiri. Seketika rantai sepedanya pun los, dan saat itu juga Fajar hadir bak malaikat tak bersayap. "Los ya?" Ucapnya sambil membenarkan standard sepedanya, "Nggih mas" , "Sini biar tak benerin" Fajar pun berjongkok untuk membetulkan rantai sepeda milik Senja. Untuk membunuh keheningan diantara mereka akhirnya Fajar memulai basa basinya "Rumah kamu dimana?" "Itu mas yang warna biru" Jawab Senja sambil mengarahkan telunjuknya kearah rumah tercintanya, Fajarpun menoleh mengikuti telunjuk mungil Senja. "Kita bertetangga ya ternyata, rumahku yang warna coklat, empat rumah dari kiri rumah mu" Ucap Fajar yang hanya dibalas dengan anggukan oleh Senja.

          Sejak pertemuan sepeda itu, mereka akhirnya selalu menghabiskan hari bersama. Usia mereka yang terpaut 2 tahun tak menjadi halangan dalam bersahabat. Walaupun Fajar memang lebih tua daripada Senja namun bukan berarti Fajar selalu bersikap lebih dewasa daripada Senja. Saat Fajar baru saja mengalami patah hati untuk pertama kalinya, Senja rela duduk berjam jam diruang tamu milik Fajar untuk menjadi sandaran kesahnya. Dan saat Senja untuk pertamakalinya ia merasakan hatinya begitu berdebar debar karena lelaki idamannya menyatakan cintanya, Fajar rela mengulur malam dan menahan kantuk untuk menemani Senja yang tak bisa tidur karena kegirangan. Mereka menjalani hal hal pertama kali bersama. Dan persahabat mereka berpedoman untuk selalu ada.

Hingga saat Senja tiba dipertengahan SMA....

*Kalian pacaran?*

*Mas mas itu pacarmu?*

*Kalian kemana mana kok mesti bareng sih?*

*Biasanya sih gak mungkin cowok sama cewek Cuma sahabatan*

          Dengan diselimuti dinginnya udara 425 meter diatas permukaan laut Fajar dan Senja duduk manis direrumputan lapang sambil menatap langit yang mulai menjingga. "Kok jadi canggung ya" Pecah Fajar. "Aku itu lagi menikmati senja, nanti keburu hilang" Jawab Senja "Kalau gitu aku beruntung ya bisa lihat senja yang indah kapanpun aku mau" Ucap Fajar sambil menatap wajah Senja dengan senyuman manisnya yang membuat mereka bertatap mata sejenak sebelum akhirnya Senja tersipu. Kali ini Fajar dapat melihat dua senja yang memerah.

"Aku mau ngomong serius sama kamu" Seketika Fajar membuat hangatnya senja menjadi terbakar "Mau ngomong apasih? Mau ngutang?" Sebisa mungkin Senja menahan dirinya walaupun dia tahu apa yang akan keluar dari mulut sahabat kecilnya itu. "Aku nggak tau kapan perasaan ini mulai muncul, mungkin karena kita sudah beranjak dewasa, aku tau ini salah, tapi aku tak bisa menahannya lagi, setiap hari kita lalui bersama dan benar kata orang, gak mungkin cewek sama cowok sahabatan gitu aja" Saat itu juga tangis kejut Senja menetes dipelataran Candi Ijo, tanpa mengucap sepatah katapun Senja meninggalkan Fajar sendiri dibawah langit Jingga.

          Mereka yang dipertemukan denga embun fajar ternayata dipisahkan dengan hangatnya senja. Sejak pertemuan Candi Ijo itu mereka menjadi jarang bertemu karena Senja sibuk mengurus Ujian kelulusan dan menyiapkan diri untuk melanjutkan ke Universitas. Fajar masih tidak bisa fokus. Pikirannya masih terbang ke percakapan senja kala itu. Ia ingin kejelasan dari Senja, namun nyalinya belum cukup untuk menyinggung percakapan sensitif itu.

          Dilain sisi, Senja masih merasa marah karena persahabatan yang sudah mereka bangun sejak kecil akhirnya hancur hanya karena perasaan yang salah itu. Yang ia salahkan bukan perasaan Fajar, kita tidak bisa memaksakan perasaan kita berbelok kesiapa atau memilih siapa. Senja hanya takut bila mereka harus menjadi sepasang kekasih lalu kandas dan predikat mereka hanya berakhir sebagai "MANTAN".

          Tak terasa pengumuman SBMPTN sudah dibagikan oleh walikelas berupa link. Betapa senangnya Senja saat mengetahui ia berhasil menggapai cita citanya untuk duduk dibangku Universitas Gadjah Mada Fakultas Farmasi dan betapa senangnya lagi saat ia menyadari kalau ia akan berada di satu universitas yang sama dengan Fajar. Dengan spontan, Senja segera mengambil jaket jeansnya dan berlari menuju rumah yang menyimpan banyak tawa dan tangis dua insan ini. Seketika langkah Senja terhenti saat ingin memencet bel rumah milik Fajar karena menyadari kerenggangan diantara kedua sahabat kecil itu.

"Ada apa?" Suara motor terdengar dari belakang tubuh Senja, seorang laki-laki yang menggunakan jaket jeans yang sama dengan miliknya turun dari motor dan menghampirinya. Dengan sedikit gemetar Senja menjawab pertanyaann Fajar "Mmmm.. ndak jadi mas, Cuma lewat aja kok, aku pulang dulu ya" Senja berjalan melewati Fajar. "Gimana hasil SBMPTN mu?" Janya Fajar yang membuat langkah kaki Senja berhenti "Alhamdulillah diterima di UGM mas" Jawab Senja, untuk sepersekian detik mereka menatap mata yang berisi ribuan kenangan yang sangat mereka rindukan namun terhalang runcingnya gengsi masing masing.

"Selamat, akhirnya cita cita mu tercapai" Ucap Fajar canggung "Makasih mas, aku pulang dulu ya, Assalamualaikum" Senja melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti "Waalaikumsalam" Fajar hanya bisa membiarkan Senja berpaling dan meninggalkannya lagi dan menyisakan hangat tatap mata yang terhambur oleh dinginnya canggung.

          Fajar begitu tertekan dengan keadaan yang ia alami sekarang. Fajar menjadi orang yang menarik diri dari keramaian. Fajar pun membuat surat setiap harinya karena ia sudah tidak lagi bisa memberikan curahan hatinya kepada sahabat kecilnya yang dahulu berikrar untuk selalu ada. Kertas demi kertas ia habiskan dengan hiasan tetesan air mata dan berharap kumpulan surat itu bisa menggantikan Senja yang sangat ia kasihi itu. Hingga Fajar sudah benar benar dititik klimaks depresinya akan Senja, kuliah terbengkalai, ia pun mencoba coba berurusan dengan batang rokok yang selalu dibenci oleh Senja.

          Pagi itu Fajar hendak melepaskan rasa sakit hatinya dengan pergi ke Punthuk Setumbu, namun ketika melewati jalan turunan, fokus Fajar selalu terpecah karena Senja, dan membuat motor merah yang dikendarainya hilang kendali. Kepala nya terbentur batu gunung. Badannya berguling guling. Motornya remuk tak karuan. Semuanya rusak. Termasuk ingatannya tentang dan dengan Senja.

"Dek Senja, ini tante nemu kotak ada tulisannya 'UNTUK SENJA' dikamarnya Fajar, isinya banyak surat surat gitu" Ucap Bunda Fajar seraya menyodorkan kotak berwarna biru kepada Senja yang sedari kemarin bersikukuh untuk berada disamping Fajar. Air mata Senja pun pecah saat ia membaca satu persatu curahan hati Fajar yang tersusun dengan bahasa khasnya. Disela sela tangisnya, Fajar mulai membuka mata dengan perlahan yang membuat bundanya langsung memencet tombol bantuan.

"Mas Fajar aku minta maaf... aku menyesal, ini semua salahku, maafin aku" Senja merengek, air matanya membanjiri kasur pasien. "Ehh, Kamu siapa?" "Aku Senja Mas" "Senja siapa sih? Aku dimana?" Kaki Senja langsung lemas dan dokter serta suster segera mengambil alih untuk menangani Fajar. Dilorong rumah sakit Senja hanya bisa menangis dan berdoa serta meratapi kesalahan besar yang telah ia perbuat. Hingga orang dengan stetoskop dilehernya tersebut keluar dan memberi tahu bahwa Fajar kemungkinan mengalami amnesia akibat benturan keras dikepalanya.

          5 bulan lamanya dan Fajar masih belum bisa mengingat kenangannya dengan sempurna. Bundanya yang khawatir dengan keadaan Fajar yang seperti itu akhirnya memutuskan untuk membawa Fajar ke Belanda untuk pengobatan dan memudahkan orangtuanya untuk menjaganya karena sang Ayah yang bekerja dan tinggal disana.

          Sudah 5 tahun Senja tak bertemu dengan Fajar dan besok Senja akan melaksanakan sidang skripsi. Seandainya Fajar ada disisinya kala itu. Kalimat itu selalu terlintas dikepala Senja kapanpun ia mengalami kesulitan. Sampai sekarang Senja masih selalu menyalahkan dirinya sendiri atas kecelakaan yang dialami Fajar. Higga ia melihat seseorang mirip dengan Fajar dari jendela kelasnya yang sedikit buram karena embun. Ia coba menyeka jendela tersebut dengan cepat. Bukan, itu bukan mirip Fajar. Itu Fajar! Keluarlah Senja dari kelas dan berlari mencari Fajar dengan cekatan.

"Mas Fajar!"

"Iya? Anda siapa? Apa saya mengenal anda? Sepertinya wajah anda tidak asing"

Fajar Untuk SenjaWhere stories live. Discover now