"Daddy, i miss you." seorang anak lelaki tampak berlarian tak kala mendengar derit pintu rumah yang sedari tertutup rapat, kini terbuka lebar seiring dengan kedatangan seorang pria dengan langkah beratnya.
Pria itu langsung menjatuhkan dirinya dan memeluk lelaki kecil itu saat tubuh kecilnya bertabrakan dengan dada bidang miliknya.
"I miss you too, my Prince. How are you?" kata pria itu sambil menciumi kedua pipi berisi anak lelaki itu.
"Aku baik-baik saja, Dad." jawab anak kecil itu dengan senyum yang merekah. Pria itu memeluk tubuh mungil anak itu dengan erat dan membawanya ke ruang tamu. Pria itu mendudukan pria kecil dalam pelukannya di sofa dan tak lupa mengecup
"Sean, kau sudah kembali?" terdengar suara lembut yang sudah sangat dikenalnya. Pria itu berdiri dan dengan cepat memutarkan tubuhnya memeluk seorang wanita lanjut usia yang masih terlihat sangat cantik itu.
"Ia, mom. Terima kasih sudah menjaga Sam untukku." jawab Sean dengan senyum manis yang terpancar ke arah ibunya tanpa melepaskan pelukannya.
Troy Sean William, ya pria itu baru saja kembali dari perjalanan bisnisnya di Itali selama sekitar 2 minggu. Dan jangan lupakan pria kecil yang memanggilnya Daddy, anak itu adalah anak kandung Sean. Namanya Samuel Alexander William, meski baru menginjak umur 3 tahun namun pria itu sangat mengerti ayahnya yang pergi meninggalkannya untuk bekerja. Walau pada awalnya Sam terus meronta untuk ikut bersama Sean namun berkat Rosaline--Ibu Sean-- akhirnya Sam mau tinggal dengan neneknya itu.
"Apa daddy akan pergi lagi?" terdengar suara kecil Sam dengan wajah sedihnya, tak kala Sean mengambil tempat untuk duduk disamping putranya. Putra kecilnya itu meremas ujung jas milik ayahnya itu.
"Kenapa sayang? Daddy tak akan pergi."
"Aku tak mau kalau daddy pergi lagi. Nanti aku kesepian, karena nenek tak mungkin bermain kejar-kejaran denganku. Daddy, don't leave me again." tak disangka pria kecil dalam pangkuannya ini menitihkan airmata meminta ayahnya untuk tetap tinggal disisinya.
"Hey, my Prince. Aku tak akan meninggalkanmu, I Promise. Berhenti menangis, ok?" Sean dengan cepat menenangkan Sam sambil memeluknya erat sampai pria kecil kebanggaannya itu tertidur dalam pelukannya.
Sean terdiam sejenak, pikirannya melambung. Andai kau disini, Sam pasti tak akan merasakan kesepian. Batinnya.
Semenjak kejadian 3 tahun lalu, kehidupan Sean berubah. Pria yang dulunya seorang workaholic sekarang harus lebih memfokuskan dirinya pada pria kecilnya yang mengambil seluruh hidupnya. Dia bahagia, tentu saja. Namun disisi lain, kesedihan seakan tak mau lepas dari dirinya. Tapi, semuanya itu berhasil ditutupinya dengan senyuman manis untuk Anaknya Samuel.
"Sean, ibu pikir sebaiknya kau memfokuskan dirimu pada Sam dulu, kasihan cucuku."
"Tapi ibu, aku tak bisa meninggalkan pekerjaanku. Aku tak tahu harus berbuat apa."
"Kalau begitu, cepatlah cari ibu untuk anakmu."
Sean mendengar perkataan Ibunya tanpa jawaban. Mencari pengganti ibu Sam? Sean menghembus nafasnya kasar. Sean mencoba namun tak ada yang dapat menggantikan posisi wanita itu dalam hatinya. Tempat itu seakan dibuat hanya untuk wanita itu seorang. Sean tak bisa memaksakan perasaannya dengan membiarkan orang lain mengetuk hatinya.
"Ayolah Sean, kau tidak bisa terus bersembunyi dalam gua kegelapan yang kau bangun. Cepat atau lambat Sam akan membutuhkan sosok Ibu dalam hidupnya."
Ya, ibunya benar. Sean tak akan selamanya menutupi segalanya dari Sam putranya. Sean juga merasakan kasihan pada anaknya, dia selalu dia saat Sam menanyakan kemana ibunya. Itu semua membuat Sean merasakan kesakitan yang mendalam. DIsisi lain dia tak ingin melihat putranya bersedih namun disisi lain, dia juga tak mau merasakan sakit yang sama.