Setelah Istirahat

17 5 28
                                    

Dikisahkan disebuah daerah di Tenggara, tepatnya sebuah Sekolah Dasar. Jam istirahat tengah berlangsung saat itu. Seperti biasa, itu adalah waktunya untuk bermain, beli makanan, ataupun sekedar duduk di teras kelas sambil menunggu bel selanjutnya berdering. Waktu ini adalah bagian yang paling mengasyikan karena semua bisa bebas untuk melakukan aktivitas semaunya. Namun berbeda dengan Fathir, anak tingkat kelas 3 yang selalu termenung jika jam pelajaran kosong. Ia hanya duduk di kelas, di pinggir dekat jendela sambil menggambar sesukanya.


Bukannya ia tak senang bergaul, tapi justru ia merasa tidak cocok jika bermain dengan mereka. Karena ia kerap kali jadi bahan ledekan teman-temannya. Awal ia merasa biasa saja, tapi lama kelamaan ia semakin tak betah. Jika melapor ke guru, esok hari ia pasti akan di-cap sebagai anak yang tukang adu. Jika melawan, sudah pasti ia akan kalah karena tubuh dia yang kecil. Semakin lama, ia semakin malas dengan sikap mereka yang akhirnya membuat ia lebih baik diam di kelas saja tanpa ada yang mengganggu. Karena saat ini, buku dan pesil sudah jadi teman sejati. 


Jam pelajaran pun kembali berdering. Anak-anak berlarian menuju kelasnya masing-masing. Berbeda dengan Fathir yang  yang sedari tadi hanya duduk sendirian hanya tinggal menunggu Ibu Guru datang. Setelah Anak-anak duduk di tempatnya masing-masing, Ibu Guru masuk sambil membawa beberapa buku.


"Selamat siang, Anak-anak." Ucap Ibu Guru sambil berjalan masuk.

"Selamat siang buuu." Anak-anak membalas sapaan itu, kompak.

"Sekarang sesuai jadwal pelajaran, kita akan belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Kalian bawa bukunya kan?" Tanyanya.

"Bawaa buu..." 

"Dion Ga bawa tuh buu.." Yoga, si Preman kelas pun berbuat jail seperti biasa. Dion terkejut mendengar tanggapan Yoga tersebut. Yang lain pun menyorakinya seakan berkesan mengejek.

"Engga bu bohong, saya bawa bu.!"

"Sudah... Sudah... kalian buka sekarang bukunya. Tapi sebelum itu, ibu akan memperkenalkan terlebih dahulu teman baru kita di kelas ini. [lalu Ibu Guru menoleh kearah pintu kelas] Sini nak, silahkan masuk" Ia pun mempersilahkan masuk seorang anak kecil yang bertubuh gemuk, berwajah cerah, dan senyum kecilnya yang sedari masuk tak pernah hilang.



Ibu Guru pun mempersilahkannya untuk memperkenalkan diri. Ia pun segera mengambil kapur dan menuliskan namanya di papan tulis besar-besar. "IZMIRULLAH KHASANAH"

"Perkenalkan nama saya Izmirullah Khasanah, saya pindahan dari Selatan. Kalian bisa panggil saya Izmi." Ucapnya dengan pelan. 

Setelah itu, Ibu gurupun mempersilahkan Izmi untuk mencari tempat duduknya. Izmi pun melihat Fathir yang sedari tadi masih asik menggambar di meja nya, ia memilih duduk disampinnya yang memang selalu kosong. Fathir terkejut ketika mengetahui bahwa Izmi akan duduk disampingnya karena ia khawatir jika nanti Izmi akan seperti temannya yang suka usil.



"Hai, aku Izmi, salam kenal ya." Katanya sambil mengarahkan tangannya kepadaku.

"Ia, salam kenal juga." Jawab Fathir dengan sedikit cuek saja padanya. Mereka pun berjabat tangan dan setelah itu Fathir kembali meneruskan menggambarnya tanpa memperdulikan pelajaran yang sedang berlangsung.  Tiba-tiba,  Izmi menarik buku gambar yang sedang Fathir gunakan dan meletakaannya di bawah meja.

"Kamu ngapain,sih?' Tanya Fathir, heran.

Lalu Izmi membuka tasnya dan mengambil buku pelajaran IPA milik Fathir dan dibukanya diatas meja.

"Sekarang tuh waktunya belajar ini, bukan menggambar." Kata Izmi.

"Aku Bosan." Sambil mengeluarkan kembali buku gambarnya dari bawah meja. Setelah diletakkan, direbut kembali oleh Izmi disimpan kedalam tasnya. 

"Cepat kembalikan, itu milikku!" Fathir mulai sedikit kesal pada Izmi. Orang yang baru saja berkenalan dengannya justru lebih usil dari pada Yoga. Tau begini, tidak sudi Ia berkenalan.

"Kalau kau rebut lagi, aku akan robek buku gambarmu. Sudah cepat, belajar saja!" Karena ancaman ini entah kenapa Fathir menurut saja pada Izmi.



Fathir tentunya tak ingin buku gambar kesayangannya dirobek begitu saja. Mau tak mau ia pun menurus saja belajar bersama dengan Izmi diatas meja itu. Karena Izmi adalah anak baru, ia tak punya buku paket seperti yang anak-anak lain punya. Maka dari itu satu buku itu mereka gunakan bersama. Tapi hal ini tentunya tak akan disesali oleh Fathir jika ia bisa mendapatkan buku gambarnya kembali.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 13, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TerbaikWhere stories live. Discover now