01

1.8K 183 15
                                    

Rinduku sudah pada tahap keterlaluan. Nada yang kudengar saat ini adalah nada indah yang bersemayam diatas penderiataan yang indah.

Penderitaan yang indah!?

Seperti apa?

Dia...seperti rindu.

Aku menyerah.

Lantas apa cara untuk tidak merindu selain menemuimu?

Jika tidak ada, biarlah aku menderita dalam keindahan. Teruntukmu yang aku ingini tanpa menginginiku kembali. Dalam hela napasku, ada rindu di dalamnya yang takkan pernah berhenti.

Sebelum aku mati...sumpahku satu...

Akan kubuat rinduku...

...menjadi rindumu.*

Naruto meremas kertas yang ia pegang lalu menempelkan di dada kirinya. Tangisnya pecah. Ia yang selalu terlihat kuat, kini tak lagi bisa menyembunyikan kesedihannya.

Di tengah temaram kamar, tubuhnya bersimpuh. Menyesali segala kebodohan yang sadar selalu ia lakukan.

Kini ia mendapatkan karmanya.

Gadis itu pergi.
Meninggalkannya bersih tanpa jejak.

Hanya sehelai kertas putih dengan coretan tangan, mampu membuat hidupnya jatuh ke kegelapan yang paling dasar.

"Aku mencintaimu, Naruto-kun."

.
.
DETAK
.
.

Riuh rendah suara para siswa yang ada di lingkungan sekolah masih seperti biasanya. Setiap hari selalu ada saja bahan yang bisa di obrolkan bahkan diributkan.

Di tengah-tengah kebisingan yang terjadi, Hinata lebih memilih diam dan jadi pendengar yang baik untuk dua temannya.

"Tidak terasa ya. Sebentar lagi kita akan lulus dari kelas 3." gadis dengan rambut merah muda menopang dagunya menggunakan sebelah tangan.

"Benar juga. Padahal aku merasa baru kemarin kita menjalani orientasi siswa." Ino Yamanaka, gadis dengan julukan ratu gosip itu menanggapi.

Sakura menoleh Hinata, "Hinata, jika lulus nanti kau akan lanjut kemana?"

Hinata menggeleng pelan, "Aku belum menentukan pilihan, Sakura-san. Mungkin akan ikut kalian juga."

Ino dan Sakura saling memandang. Sedetik kemudian mereka sama-sama tertawa. Sakura menarik tubuh Hinata dan Ino bersamaan. Dan mereka sama-sama tertawa lagi sambil berpelukan.

"Wah wah, ladies. Apa yang kalian lakukan?"

Suara berat dari depan membuat ketiga gadis itu langsung melepaskan pelukannya. Tidak jauh dari tempat mereka, Naruto berdiri dengan cengiran lebar.

"Ayo ke kantin. Yang lain sudah menunggu." Naruto menarik tangan Sakura pelan.

"Okay. Mereka boleh ikut?" tanya Sakura setelah berdiri menggandeng sebelah tangan Naruto.

"Tentu saja." kening Naruto berkerut heran, "Sejak kapan aku melarangmu membawa teman-temanmu, Sakura-chan?"

Sakura tertawa, "Hinata, Ino. Ayo!" ajak Sakura. Ia dan Naruto berjalan duluan, sementara Hinata dan Ino mengikuti dari belakang.

Kepala Hinata tertunduk.

Sekali lagi hatinya merasa tercabik. Sejak penolakan waktu itu, rasa yang ia punya pada Naruto tidak pernah berubah. Tapi apa yang bisa ia lakukan. Sakura adalah sahabatnya dan Naruto adalah pacar dari sahabatnya itu.

DETAK [NaruHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang