Awan disini terus menurunkan salju. Apakah kau tidak mengharapkan awan yang turun dengan hujan. Hujan rindu?
28 Desember
6°C suhu di kota Hamburg pada saat itu. Dingin yang pertama kali aku rasakan saat bangun di pagi hari dengan bisingnya jalanan kota.
Hari ini merupakan hari libur musim dingin yang panjang dan mungkin liburan tersulit menurutku. Embun tebal melapisi jendela kamarku. Saat aku meringuk keluar jendela, bentangan salju tebal menutupi jalanan kota.
Rumah ku berada di pinggir jalanan kota yang selalu ramai dan setidaknya hanya kamarku yang bisa melihat langsung jalanan di luar dengan bisingnya. Sungguh itu tidak pernah membuatku tenang. Jaket tebal selalu tersedia untuk menghangatkan kulit yang mulai pucat dan menggigil."Kriett" suara pintu kamar terbuka. Aku turun melalu tangga yang dingin dengan menggunakan kaos kaki yang tipis dan berlubang. Aroma masakan lezat tercium dari dapur dan rasanya ingin mengajak rasa laparku menyantapnya.
Saat aku menuju dapur dengan sedikit berlari langkah ku terhenti karena sebuah cermin besar. Disana aku bisa melihat seseorang yang terlihat lecek pucat pasi karena kedinginan, rambut pirang menyentuh bahu yang terlihat sangat berantakan, perawakan tinggi sekitar 170 cm, nan kurus dengan bola mata biru bening nya serta bibir merah delima.
Perkenalkan namaku Awan. Iya itu namaku, terdengar unik. Bunda ku memberikan nama itu, mungkin terinspirasi dari awan itu sendiri. Dia dapat mendatangkan hujan dan pelangi dalam satu waktu. Dan dia juga bisa meneduhkan siapapun di cuaca seterik apapun. Aku putri dari seorang ayah berkebangsaan Jerman dan seorang ibu berkebangsaan Indonesia.
Melihat dari ciri fisikku, aku terlihat sangat mirip dengan ayahku yang bernama Andrew, tetapi cantikku juga menurun dari ibu ku yang bernama Andien. Aku juga mempunyai seorang kakak lelaki yang bisa dibilang tampan dan manis, dengan fisik lebih mirip lelaki Asia dengan kulit putih kecoklatan, perawakan tinggi sekitar 181 cm dan juga memiliki mata coklat yang menyala. Althof, nama panggilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAN
Teen FictionAku menjadikan hari itu begitu kelam dan amat sangat gelap, petir ikut menyambut dengan dinginnya Malam. Aku menjadikan hari itu hujan begitu derasnya dengan angin ikut hadir hingga menggoyangkan isi bumi. Hujan telah berhenti kala itu. Tapi, maafka...