The Moon #1

250 24 9
                                    

Cast :

-Eunha
-SinB

Seluruh pemeran dalam ff ini bukan milik saya, tetapi milik soumu, emak bapaknya. Saya cuma memakai nama karakter untuk ff saya.

Selamat membaca, dan mohon beri saran ataupun kritikan maupun komentar yang membangun.

-

The Moon

-



Memakai jaket tebal, menyandang tas punggung juga mengenakan topi, perempuan berperawakan tak terlalu tinggi tak juga pendek berjalan menyusuri lengangnya trotoar dimalam hari.

Senyum tipis dibalik wajahnya yang acap disangka angkuh dan beraura dingin sesekali terpatri. Ia melangkah bebas menuruti langkah kakinya berjalan. Tak ada peraturan memuakan, tak ada perintah menjijikan terlebih tak ada lengkingan menyapa kupingnya.

Perempuan bernama asli hwang eunbi membebaskan diri sendiri dari kukungan ayah dan ibunya dengan cara kabur dari rumah. Jengah harus menuruti kehendak tak tentu arah sang orangtua yang sama sekali tak memikirkan dirinya. Menginginkan kesempurnaan nama besar layaknya bangsawan yang memang dari dulu dipandang segan orang lain.

Ia hanya ingin menjadi dirinya sendiri tanpa mengumbar senyum palsu didepan teman teman bisnis orangtuanya. Ia hanya ingin apa yang menjadi minatnya tak mendapat kekangan tak masuk akal. Dan ia membenci sebuah perjodohan konyol di era modern seperti sekarang ini. Dan tentu saja.. dia membenci calon tunangannya. Jeon Jungkook. Pria pilihan orangtuanya yang diancang ancang mampu membahagiakan dirinya dan mencintainya meski dari perjodohan. Pada faktanya, mereka tak mengetahui siapa pria tampan anak pemilik perusahaan kontruksi terbesar itu. Sinb tidak perlu menjelaskan seperti apa jungkook pada orangtuanya jika pada akhirnya mereka tak percaya dan menganggap apa yang sinb ceritakan hanya alibi menolak perjodohan antar keluarga terpandang. Sinb benci itu. Melihat wajah angkuh si jeon muda sungguh membuncahkan nafsu sinb menguliti pria tampan rupawan tetapi memiliki cerita gelap disebalik wajah jeon muda yang dipuja puja kaum hawa bahkan jika itu pria sekalipun.

Berbekal uang tabungan dan ponsel, ia yakin bisa melanjutkan hidupnya tanpa bayang bayang harta orangtua. Jika tak cukup, ia bisa menjual kalung mahalnya dari tangan ke tangan sebagai tambahan mencari rumah sewa sesuai kantongnya. Getar ponsel disaku celana sinb menarik perhatian untuk segera diraih. Ia tersenyum lebar terpampang nama sowon dilayar ponsel pintarnya dan lekas menerima telfon dari sahabat dekatnya.

"Eonnie. Bagaimana?" Sinb membutuhkan kabar baik untuk saat ini.

"Ada rumah sewa disekitaran tempatku bekerja. Tak besar. Kau tau kan rumah susun seperti apa" ucapnya disebrang sana.

"Biayanya?" Ia berharap, sepetak rumah susun yang dikabarkan oleh sowon tak melebihi pundi pundi didalam dompet. Alangkah lebih bagus jika tarif perbulan menyewa dibawah uang yang ia bawa ini.

"Harga bisa di nego. Lagipula rumah susun itu milik ibu dari temanku. Aku rasa dia tak keberatan menurunkan sedikit harganya" ujar sowon disebrang sana. Memang benar adanya, hidup mandiri tanpa materi mewah memang keras dan kejam. Namun, tak selalunya dunia luar mengeluarkan kesialan, dibalik itu rupanya masih ada kata keberuntungan yang terselip.

The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang