Hari yang cerah dilengkapi angin sepoi-sepoi.
Aku berjalan beriringan dengan kicauan burung, membawa gitar kesayanganku, Kutebarkan senyuman sepanjang jalan ”hari ini kan bahagia” batinku. Tiba-tiba...
"Devaaaannn!!!!" Si biang rese berteriak memanggil, Walaupun bisa dikategorikan sebagai cewek yang imut dan menggemaskan, tapi bagiku Rain adalah serangga pengganggu.
"Kemarin kamu kemana? Aku tungguin di pintu juga!!" Omelnya tepat di telingaku "Santai aja kali ngomongnya. Gak usah pake urat" ucapku dingin seraya menjauh dari sosoknya.
Aku takkan masuk ke jebakannya dengan menanyakan pintu siapa, atau pintu yang mana "Hih.. Sok cool banget" Gerutunya.
Dia Rainy Blue, kalian lihat? Namanya norak banget kan?? Ampun deh!! Dan lebih parahnya lagi~ huuuhh Dia pacarku.
Entah setan apa yang merasuki pikiranku hingga aku memutuskan untuk hidup berdampingan dengannya.. Pusing lek.
Ya dia nggak posesif sih, nggak ngelarang aku mau bagaimana.. Tapi ya gitu, kenapa juga ngomong harus di telinga? Kalau mau bisik bisik manja ya suaranya gak sekencang itu.
Kami berkenalan saat aku hadir di acara nikahan tantenya Rain (Maklum anak band hehe~) sekaligus karena ibuku dan tantenya rain berteman.
Aku yang saat itu masih imut dan polos telah tertipu dengan ekspresi imut rain yang memintaku untuk menjadi temannya.
Kami berteman sejak lama dan selama itulah rain menyiksaku tanpa pernah puas.
Jantungku selalu berdetak kencang saat melihat rain, bukan karena Cinta melainkan karena rasa takut akan kebrutalan yang akan dilakukannya.
"Van jalan yuk!!" tuh kan, agresif banget T_T jantungan akutuh..
"Kemana?" tanyaku malas
“Ya kemana aja si, yang penting sama kamu" ucapnya imut
"kenapa harus sama aku? Sama papamu aja sana" jawabku asal
"Yee.. Itumah setiap hari Devano Putra Dirmaga!!" Rain menyilangkan tangan dan mengerucutkan bibirnya
"Memang kita mau kemana Rainy ku sayang~" percayalah aku tak berniat memanggilnya seperti itu
"Ke taman, maybe" ajaknya
"Yaudah,"
"Serius??" tanyanya sambil mencengkeram kerah bajuku, benar-benar brutal..
"Iya" jawabku ngeri
"Oke let’s go, My honey" Ia berjalan sambil menjambak rambutku.
Kita pergi ke taman dengan posisiku yang seperti hewan peliharaan :)
Kurang sabar apalagi anakmu ini mah.
“Eh itu ada bangku, cepetan duduk”
Tiba tiba Rainy berlari menghampiri bangku itu, dengan tangannya yang masih menjambak rambutku, rasanya tak ada rambut lagi dikepalaku.
“Rain kamu bisa nggak sih sehari aja nggak nyiksa aku?” tanyaku emosi
“Nyiksa? Siapa yang nyiksa kamu?” rain menjawab polos, ia melebarkan matanya dan terlihat sangat imut~
Tidak tidak devano jangan terpengaruh, kuharap dia pergi dari kehidupanku.
Tanpa menjawab pertanyaannya, aku langsung duduk dan memetik gitarku tanpa memperhatikan yang dilakukan rain.
Haruskah aku menghentikan hubungan ini? Aku tak merasakan kebahagiaan didalamnya, tak ada rasa manis hanya hambar.
Rain melakukan perbuatan sesuka hatinya tanpa memikirkan diriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Short StoryJikalau bumi kan gersang tanpamu, Maka diriku kan malang sepeninggalmu.