Penggalan 1

38 5 0
                                    


"Apa sih liat-liat, mau ngajak berantem lo?"

Kianita lagi-lagi berulah, kali ini menantang siswi baru. Sistuasi ini merupakan tontonan tipikal high school drama. Biasanya sih di depan kantin murid agar jauh dari pantauan guru-guru.

Ia membeli susu putih karena ramalan akan bertemu dengan musuh. Benar juga, musuh itu senang berdebat.

"Gausah genit sama cowok- cowok geng gue. Situ gapunya temen lain apa?" Kianita melontarkan kata-kata kejam namun terkesan tumpul dihadapan Nisa.

"Duh, senioritas banget sih. Asalkan lo tau, gue cuman nungguin Perscha yang ngajak gue ketemuan di depan green house. Punya mulut tuh dipake yang bener, gausah kocar-kacir nuduh gue sembarangan didepan banyak orang." Yes, Annisa tidak segan beradu mulut dengan kakak kelasnya.

"Mentang-mentang senior jangan rese dong." Indraya, bestfriend-nya menambah tanpa ragu.

"Si wanita jalang gamau ngaku hahah! Aduh gue ngakak banget gengs." Sahut Lisha dengan sengaja memperkeruh situasi.

"Duh dablek banget sih dua orang, gatau malu." Penonton yang menyimak mulai berkomentar satu per satu.

Karena merasa terintimidasi, Nisa pergi ke kantin bersama Indra dengan alasan "Males dengerin ocehan senioritas."

"Udah stt, emang belum kapok anaknya, masih 'baru' aja udah banyak gaya, yakan?" Tiba - tiba Cheryl menyelak ditengah keributan.

Kianita menumpahkan susu dengan polosnya meninggalkan noda pada seragam Nisa. Baju ketat serta dalaman yang terlihat mencolok menandakan penonton semakin antusias mengompori kedua pihak.

Sampai padanya ada yang berteriak, "FOOD FIGHT YA DANGS!"

Kesempatan? Kacau. Kesempatan. KACAU!

Ada yang melemparkan sisa bubur dan menyemprotkan jus dari kotak maupun botol yang semuanya terasa manis, dengan konyolnya kertas minyak bekas nasi uduk dipakai untuk membungkus kepala sebagai tanda kejahilan sahabat anak-anak Yarra Valley.

Makanan sisa berserakan dilantai, tentu saja pekerja kantin langsung melaporkan kejadian ini.

"Why are you guys fighting? Udah jam jam 7 ini, balik ke kelas masing-masing!" Suara cempreng mengelegar memberhentikan aksi food fight, si guru killer muncul.

"Yah, baru mau lempar bakso malah diusir."

"Kalian semua baris didepan saya! Jangan banyak alasan."

"Woi! Kabur goblok, gue sih ogah kena spanking Mr. Jaycee."

Siswa-siswi Yara Valley Senior High School mulai berpencar meninggalkan piring kantin berserakan, ada pula yang membawa mangkok ke kelas.

"Kami minta maaf sir!" 27 anak yang tidak berhasil kabur dari cengkeraman guru killer itu serentak mengucapkan permohonannya.

Mr. Jaycee yang terkenal tegas dengan senang hati menghukum anak-anak.

"Clean up this horrid mess, until then you will be dismissed." Kursi yang biasa di-booking Mr. Jaycee  langsung diembat.

Dengan santai ia memainkan gawainya selagi memantau murid-murid membersihkan kantin.

Jujur saja kantin Yarra Valley itu asri, segarnya tanaman suplir tumbuh menyatu dengan bunga yang tergantung pada awan-awan langit, memancarkan keelokan penyinaran matahari serta dihiasi air mancur dan kolam ikan terlihat lengkap dengan menjadi suatu lingkungan yang terkesan estetik seperti café, cuman saja ada yang suka dipojokan saling suapin ih romantis banget.

Biasanya ada kubu atau geng gajelas itukan? Disini mah sans, pokonya bergaul dengan norma-norma yang berlaku jadi damai aja suasananya. Ini yang patut dicontoh sebagaimana seorang terpelajar berperilaku.

"Pft gitu aja ketakutan, ayo cabut gengs."

"Asik! Fabian baru inform gue kalau guru-guru kelas 11 pada rapat sampai siang." Sahut Cheryl dengan muka manisnya berhasil mengundang perhatian dua cowok.

Karena hari ini minggu pertama setelah MPLS berlangsung, anak-anak yang terkenal rajin udah pasti duduk manis nungguin guru sambil baca novel romantis cekikikan sendiri. Kalo Kianita and the gang udah di parkiran, siap tancap gas.

"Eh mau kemana nih?"

"Aeon kuy, yang baru buka ituloh, kita sekalian shopping girls! Daddy baru gajian nih ceritanya". Lisha ini memang polos namun mereka punya Kianita dan Cheryl untuk melindungi Lisha dari teman-teman yang hanya memanfaatkan kekayaannya.

Maybe, sahabat yang asli itu ngga perlu saling bergantung namun saling suportif. Seyogianya, bersahabat bukan berkompetisi namun berkompeten.

"Aduh, apaan sih!" Secara tiba-tiba tangan Kianita ditarik dan dibawa pergi oleh figur tinggi dan manis. Iya, nama dia Daffa si calon ketua OSIS.

"Kianita! Where do you think you're going?" Bentak Daffa terliat seolah-olah mencemaskan Kianita.

"Oh. Ferguso ya?"

"Haha lucu banget sih kamu. Apparantly I signed up for the School body president, kira-kira aku bisa juga nggak daftar jadi calon pacar mu?"

"Ugh, gajelas. Mending lo urusin semua kesibukan yang bejibun itu, takut ganggu gue."

"Gue sih cuman mau berpesan aja, jaga sikap kamu Kiya, bentar lagi kita kelas 12. Maaf ya selama ini gue gabisa selalu ada di sisi Kiya."

***

"Sumpah Lo jahat banget sama Ferguso, unbelievable." Terdengar canda tawa dari Lisha.

"Sih ew, mukanya sih lumayan tapi sok dewasa, ga level ah."

"FYI, gue udah test drive minggu kemaren jadi... dijamin aman kalau gue yang nyetir, setuju?" Before even hearing their answers, Kianita yang selalu cekatan terlanjur overexcited dan mengambil setir mobil.

The Queens mulai beraksi.

"Aduh bentaran dong, wig-nya belum gue pake. Tolongin dong Lish"

"Bagi lipstik merah juga dong Cher."

"Nih, gue udah siap kok. Skuy aja gengs, masih banyak waktu."

*15 minutes later*

"Okesip udah siap kan semuanya?"

"OMG! Itu surat sama hadiah lo dudukin Kiya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Queens of BaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang