Rumah Teh

116 12 0
                                    

H - 30

From : +6281364783xxx

|Selamat pagi, Miss Jennie. Dengan ini kami beritahukan, bahwa selamat hari ini Anda harus datang ke Rumah Teh jam 3 sore. Mohon membawa HG Card Anda. Semoga Anda menikmatinya. Terima kasih. ----- 30 Days for Finding Food.

SMS dari nomor pusat layanan HG----lebih tepatnya bagian acara 30 Days for Finding Food----membuat Jennie tertegun sejenak sebelum melangkahkan kaki ke luar dari selimut hangatnya. Ya, perjalanannya dimulai hari ini. Dan hari ini ia harus ke Rumah Teh, salah satu aset milik HG ternyata.

"Pagi, Kak."

"Pagi, tukang tidur!"

Jennie merengut mendengar sapaan kakaknya. Kakaknya sudah mengenakan setelan kerjanya----kemeja dan celana pantalon, sedangkan Jennie masih mengenakan piyama kesayangannya dengan gambar kucing di bagian perut.

"Mentang-mentang libur, jangan tidur mulu. Bantuin Mbak Nia bersihin rumah."

"Iya, kakakku sayang."

Mino tertawa mendengar nada tidak iklas dari adiknya. Mbak Nia, asisten rumah tangga mereka, datang sambil tersenyum seraya membawakan susu stroberi kesukaan Jennie.

"Hari ini lo nggak ada jadwal kampus?" Tanya Jennie setelah mengucapkan terima kasih pada Mbak Nia.

Mino mengangguk. "Iya, dosennya lagi seminar."

Jennie hanya manggut-manggut seraya meneguk susunnya. Kakaknya memang seperti ini setiap hari. Jika ada jadwal kuliah, maka ia akan ke kantor di sela-sela jam kosongnya. Jika tidak ada jadwal kuliah, ia akan bekerja seperti pekerja kantoran full time lainnya.

"Hari ini Lo mau kemana?"

"Rumah Teh. Nanti pulang kantor, ajak Irene aja ke sana. Gue bisa nunggu kalian kalau lo mau."

Mino mengangkat bahunya dan nyengir lebar. "Ogah, hari ini gue mau nge-date sama dia. Dan bukan di Rumah Teh."

"Ya udah. Emang nasib gue sendiri dan ditinggalkan sih."

Mino terkekeh pelan, lalu lanjut menghabiskan sarapannya. Begitu juga dengan Jennie.

"JENNIE KIM!!"

"Uhuk...uhuk..."

"Ya ampun, Jennie! Lo kenapa? Baik-baik aja?"

Mino hanya menggelengkan kepala melihat Rose yang kini tengah menepuk bahu Jennie yang sedang tersedak. Jelas-jelas teriakan gadis itu yang menyebabkan Jennie tersedak.

"Rose, gue rasa lo harus tinggal di hutan." Ejek Mino. Rose hanya mendecakkan lidahnya kesal.

"Gue pergi dulu. Dah!"

Jennie yang masih terbatuk hanya mengangguk gusar. Rose menatap Jennie khawatir, tidak menyangka sahabatnya itu masih saja seceroboh ini. Masa hanya karena mendengar suaranya, Jennie bisa tersedak seperti ini sih?

"Udah mendingan?" Tanya Rose setelah Jennie tidak terbentuk lagi.

Bukannya menjawab, Jennie malah berkacak pinggang dan menatap gadis berambut panjang di sampingnya ini dengan tajam. "Lo ngapain ke sini? Perasaan gue, dua hari yang lalu lo bilang mau ke Bali deh."

Dengan cepatnya, ekspresi khawatir Rose terganti oleh ekspresi riang dan penasaran. Ia duduk di kursi sebelah Jennie, lalu menatap Jennie tak percaya. "Gimana bisa gue ke Bali, sedangkan sahabat gue lolos jadi peserta sayembara impiannya ini? Dan sahabat gue ini nggak bilang-bilang ke gue!"

Kini gantian Jennie yang nyengir bersalah. Kedua jarinya teracung membentuk huruf V. "Maaf deh, yang baru gue kasih tau juga cuma kak Mino sama Irene."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

love is the answer [jenyong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang