THEY ARE GONE

475 91 15
                                    

REWIND

Author (s) : Kyung_soora

Characters : Oh sehun, kim Jongin and others.

Summary : Waktu tidak bisa diulang jika bisa aku akan memilih tidak mengenalmu dan menyakitimu - Oh Sehun

satu sayatan adalah pembimbing bagiku untuk damai. - Kim Jong in

Based On the true Story!

.
.
.

.

Dimalam sunyi ditaburi penuh bintang. Jongin menangis tersedu-sedu. Tidak ada yang bisa mencegah, deruan nafas panjang nya menghantarkannya pada kesedihan. Seharusnya seorang yang tumbuh kini hanya menjadi sebuah genangan berwarna merah pekat. sebuah tubuh tanpa raga hanya bisa menutup matanya dengan ringkih. Hampir sempurna, tuhan memang hebat. Tapi, sayangnya dia tidak akan tumbuh sempurna.

Jongin mengambil tubuh sekecil bola pingpong itu sambil menangis tersedu. Ini memang salahnya, tapi dia bukan lah sebuah kesalahan. Seharusnya yang mendapat sebuah hukuman adalah dia dan dirinya. Bukanlah sebuah hal kecil yang pergi menjadi hukumannya. Dari awal Jongin tau dia mencintainya, bagaikan sebuah boneka beruang kesayangannya yang sudah lapuk dimakan usia.

Disana dikeheningan malam tangisnya semakin menjadi saat melihat bayi mungil tak berdaya itu menahan nafasnya. Jongin mengenyahkan rasa sakit yang dia rasakan diperutnya. Dipikirannya hanya bagaimana cara agar bayinya hidup. Darah terus keluar dari pernakannya, tapi tetap dia abaikan. Pintu terbuka menampilkan sang ibu dan sang kakak kembar yang menutup mulutnya tak percaya.

Mereka melihat dalam kegelapan malam yang hanya disinari bulan melalui kaca jendela, Jongin menangis kencang melihat bayi mungil tak berdaya ditelapak tangannya. Taemin menyalakan saklar lampu sedangkan sang ibu berlari dan memeluk Jongin menenangkan Jongin.

Tak ada sebuah kata yang menghancurkan suara tangis pedih Jongin disana, Taemin hanya bisa meneteskan air mata dan mengusap kepala sang adik menenangkan.

"Ibu, Nana pergi. Nana pergi ibu" Diantara isak tangisnya Jongin merapalkan nama bayinya. Ibunya mengangguk tanda mengerti.

"Nana sudah bahagia sayang, Jongin juga harus bahagia" Jawab ibunya menahan sebuah isakan yang akan keluar.

Jongin mengangguk, didepannya Taemin membawa sebuah baju Kaos dan mengisyaratkan Jongin untuk menaruh bayinya diatas kaos. "Sebaiknya kita kerumah sakit sekarang"

.
.
.
.

Pagi itu beramai-ramai teman sekelas Jongin mendatangi ruang inap Jongin. Disana Irene menangis tersedu sambil memegang tangan Jongin yang sedikit dingin. Beberapa menit saat Jongin sampai dirumah sakit, dia jatuh pingsan karena mengalami pendarahan hebat. Bayinya sudah disemayamkan beberapa jam yang lalu dipemakaman keluarga.

Kyungsoo yang notabene adalah orang yang cuek kini meneteskan air matanya menatap wajah lelah Jongin. Dia melihat bayinya, kecil, lemah dan hampir sempurna itu dibersihkan untuk dimakamkan. Irene masih menangis tersedu disana, mengelus tangan lembut nan rapuh Jongin yang sedikit terhiasi luka.

"Apakah kita tidak kembali kesekolah, anak anak yang lain sudah kembali kesekolah ?" Tanya Chanyeol yang kini berada disamping Kyungsoo untuk memeluk simungil.

"Aku tetap disini, aku ingin menemani Jongin hingga dia bangun" Jawab Irena dengan sedikit isakan disana.

Ibu Jongin tidak ada disana, Taemin harus kembali keperkerjaannya. Taemin putus sekolah, dia bilang aku benci sekolah. Hingga akhirnya ibunya hanya pasrah.

Disana hanya ada keheningan, Irene masih menggenggam tangan Jongin. Dia merasa bersalah, jika Jongin tak mengenal Sehun semuanya tidak akan berakhir seperti ini. Dia kembali meneteskan air matanya, wajah lelah Jongin membuatnya tau seperti apa rasa sakit yang Jongin alami.

Suara pintu terbuka, disana ibu Jongin berdiri sambil membawa sebuah kertas ditangannya. Dia tersenyum memaksa saat menepuk pundak Irene.

"Ingin melihat Nana ?" Tanya ibu Jongin dan menaruh kertas bergambar hasil foto dari USG yang Jongin pernah lakukan. "Seharusnya Nana memiliki saudara lagi, tapi karena kandungan Jongin lemah akibat kekerasan seksual yang berulang dia harus dikeluarkan terlebih dahulu sebelum tumbuh dan hanya Nana. Tapi Nana juga ikut pergi".

Irena menangis tersedu disana, dia semakin meremas foto digenggamannya. Ibu Jongin memeluknya dan membisikkan kata untuk menenangkan Irene. Tapi yang ada, disana Irene menangis meraung. Merapalkan nama Sehun dengan kata Bajingan.
.
.
.
Kalimat sederhana yang ada pada diri Sehun untuk saat ini adalah Amarah. Seharusnya dia bahagia urusannya dengan Jongin selesai. Bayi itu pergi dan penghalangnya pergi. Tapi yang ada dirinya semakin marah melihat Irene kini menatapnya dengan wajah marahnya dan melontarkan kalimat menyakitkan.

"Sebahagia apa dirimu setelah membunuh dua bayi tak bersalah Sehun ?" Tanya Irene dengan wajah sembabnya.

Sehun mendengus "Aku hanya membunuh satu bukan dua noona" Jawab Sehun dan melempar tas secara serampangan diatas sofa.

Hari ini Sehun pulang keapartemennya bukan rumah megah nan mewah milik orang tuanya. Irene mendekat, menarik kerah baju Sehun dengan penuh amarah membara yang terlihat pada matanya.

"Kau membunuh dua, seharusnya mereka tumbuh bersama tapi karena kau mereka pergi." Secara reflek Irene menampar Sehun dengan sangat keras hingga Sehun terpelanting kebelakang. Darah keluar dari mulutnya yang sobek.

Disana Sehun hanya tersenyum meremehkan Irene dengan wajah memerah berdiri didepan Sehun. "Besok ayah akan mengirimmu ke Inggris" Setelah mengatakan itu Irene beranjak pergi meninggalkan Sehun disana yang terus mengumpat dengan keras.
.
.
.
.
Ditengah malam, Jongin terbangun dengan bayang-bayang semu wajah seseorang. Mengerjapkan matanya dan melihat kesamping disana ada ibu dan kakaknya yang duduk sedang tertidur disofa. Sedari tadi tangannya terus digenggam oleh Irene yang kini terlihat tak nyaman dalam tidurnya. Menepuk tangan kecil Irene selang beberada detik mata Irene terbuka dan melihat Jongin tersenyum kepadanya. Matanya mengerjap dan balas tersenyum.

"Akhirnya kau sadar Jongin" Tanya Irene beranjak memeluk Jongin setelahnya mengelus rambut Jongin sayang. Jongin hanya bisa menangguk lemah disana, senyumannya bagaikan sinar terang diantara redupnya sinar lampu dalam ruang inapnya.

"Noona apakah Nana sudah disemayamkan ?" Tanyanya dengan wajah sendu.

"Ya tadi pagi setelah dibersihkan. Dia terlihat cantik Jongin"

"Aku ibu yang buruk" Air matanya menetes, mata bersinarnya kini kembali redup. Kepalanya menunduk tangisnya kembali pecah. Irene semakin mengeratkan pelukannya,tangisnya juga ikut pecah.

"Kau sudah menjadi ibu yang baik Jongin, Nana sudah bahagia disana"

"Aku tidak ingin bertemu lagi dengan Sehun. Aku.....Takut"

"Besok dia pergi, jangan takut ada aku, Kyung Soo dan Chanyeol"

Jongin mengangguk dibalik pelukan hangat Irene, dia masih menangis mencoba merelakan sesuatu yang bisa membuatnya bahagia tapi semuanya menghilang dalam hitungan detik. Ibunya melihat sedari awal, hatinya juga ikut hancur ibu mana yang ingin melihat anaknya terpuruk dalam kesedihan yang begitu dalam.
.
.
.
Semua bungkam, meja makan bagaikan sebuah malapetaka. Disana sang kepala keluarga hanya menatap tajam Sehun yang kini hanya diam tanpa menanggapi sang ayah dikeheningan. Sang ibu yang mengerti hanya diam, Irene pun sama. Dia masih marah dengan kelakuan Sehun.

"Besok kau pergi ke inggris tanpa bantahan. Oh Willis" Kalimat pasti sang ayah hanya membuat Sehun memutar matanya bosan.

"Semua selesai aku tidak membantah, aku akan bahagia disana tanpa hambatan" Jawab nya dan pergi meninggalkan keluarganya.

"Semua fasilitas disana tidak akan sama dengan disini, kau akan ayah asingkan." Kalimat sang ayah membuat Sehun berhenti, tangannya mengepal tanda tak suka. Semua karena masalah sepele ini dan mulut lebah Irene semuanya berantakan.
.
.
.

TBC

REWIND (HUNKAI AREA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang