4 o'clock - V & RM (BTS)
.
.
.
.
.
Saat itu kau duduk di sampingku sembari menggenggam erat tanganku dengan tangan mungilmu. Jari-jari kita saling bertautan seakan tak akan lepas. Sungguh, aku merindukan moment-moment itu.
Kau dengan bebasnya menceritakan pengalamanmu layaknya sebuah cerita tiada akhirnya, sedangkan aku hanya mendengarkan dan tersenyum sesekali membalas ketika kau bertanya sesuatu.
Yang hanya aku ingat adalah senyum manis dan candamu yang membuatku semakin jatuh kepadamu. Aku sungguh menyukai semua tentangmu, rasanya tak ingin ceritamu berhenti agar kau tetap disini bersamaku.
Disaat semua orang pergi meninggalkan kita berdua, kau semakin erat menggenggam tangan milikku. Dan bertanya apakah aku bersedia mendengarkannya, tentu aku mengiyakannya.
Semua cerita bahagia luntur seketika saat kau menceritakan yang sebenarnya. Walau pahit, kau tetap tersenyum. Aku tak tahan melihatmu tersenyum seperti itu, itu bukan senyuman yang biasa aku lihat. Hanya kesedihan yang terlihat diwajahmu, sungguh aku tak tega. Serasa teriris hati ini melihatnya.
Tak lama kemudian, kau berhenti bercerita dan menunduk. Rasa bingung memenuhi hatiku. Kau hanya diam dan air mata mengalir dari kedua matamu.
"Mengapa kau menangis?"
Tanyaku kepadamu sembari mengelus bahumu untuk menenangkanmu. Kau hanya diam dan tak membalasku.
"Mengapa kau menangis? Aku ada disini."
Tanyaku sekali lagi dan kau tak bergeming sama sekali. Rasa panik memenuhi tubuhku karena melihat air matamu semakin deras membasahi kedua matamu.
"Jangan tinggalkan aku, sampai bulan dimalam hari ini tenggelam."
Mataku terbelalak setelah mendengarkan permintaanmu dan kembali normal lagi. Astaga, akan ku lakukan apapun untukmu.
"Baiklah, aku akan menemanimu."
Seraya kau tersenyum dan cepat-cepat menghapus air matamu. Dan kau melanjutkan ceritamu, namun aku tak menyukai ceritamu yang satu ini.
Kekasihmu.
Maksudku, mantan kekasihmu.
Kau sungguh perhatian dengannya, tanpa memperhatikan keadaanmu sendiri. Aku tak suka dengannya sejak pertama kali kalian bertemu. Dia hanya memanfaatkanmu dan membuangmu seenaknya. Kau selalu saja melindunginya. Namun aku tak bisa melakukan apa-apa untuk melawanmu. Aku tak berdaya dihadapanmu.
Dan ternyata beberapa hari yang lalu, ia memutuskan semua hubungan denganmu. Kau tak tahu harus berbuat apa dan akhirnya menelponku untuk bertemu di sebuah taman dekat rumahmu. Dan berakhir seperti ini.
Kau dan aku disini.
Disaat Sang Surya bersiap-siap untuk tidur dan digantikan oleh Si bulan. Cahaya senja mengisi seisi taman.
Berdua, bersama dengan seekor burung yang tak kutahu jenisnya, yang sedang berkicau. Mungkin ia sedang memanggil keluarganya.
Kau tersenyum malu dan aku hanya membalasnya dengan senyuman tipis walau tak tahu apa penyebabnya. Dering ponselmu memecah keheningan, segera kau membukanya. Jelas raut bingung tersirat di wajahmu.
"I-ibuku...."
Ia meletakkan ponselnya dengan layar yang masih hidup dan kedua tanganmu menutupi wajahmu. Langsung aku melihat tampilan layar ponselmu, tertera riwayat chat antara kau dan kakakmu. Mataku terbelalak setelah membaca semuanya dan segera memelukmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pieces
FanfictionKumpulan one-shot/drabble yang random. Ya gitu. unpublish beberapa, buat tugas sekolah :)