( Bitterly: dengan sengit, sekali. )
___0o0___
Ketika kesadaran Jihye mulai berangsur pulih, gadis cantik berkacamata itu mengerang pendek saat merasakan tubuhnya nyeri bukan main. Dengan hati-hati dia membuka mata dan rerumputan panjang menyerupai ilalang lah yang dia lihat.
Sepersekian detik berikutnya sekelibat bayangan dua orang yang tergeletak di lantai ruang tamu rumahnya kembali muncul dan membuat ia tersentak hebat.
Darah.
Sayatan di lehar.
Pembunuhan.
Dan---pria berpakaian hitam dengan masker penutup.
Jihye mulai bergerak gelisah pada duduknya. Dia tidak tau ini ada dimana dan yang membawanya?
Oh sial! Pasti pria pembunuh itu yang membawanya kemari.
Ketika Jihye ingin menggerakan tangannya, gadis itu kembali mengumpat kesal. Tangannya terikat kuat dan jangan lupakan baju seragamnya yang sudah kotor memerah karena noda darah.
Tak lama kemudian gadis itu menoleh dengan was-was saat mendengar pintu kemudi terbuka dan menampakan sosok yang sedang memenuhi otaknya itu.
Pria itu sedikit terkejut saat melihat Jihye sudah membuka mata dan sibuk memundurkan diri hingga menubruk pintu mobil.
"Hai, baby. Have nice dream?"
Jihye bungkam. Raut ketakutan tercetak jelas di wajahnya ketika pria itu masuk dan duduk di kursi kemudi. Pria pembunuh itu tersenyum lantas melepas masker yang sedari tadi melekat di wajahnya.
Setelah itu, Jihye tidak merespon sedikitpun. Gadis itu tengah terperangah setengah mati saat pria itu memberi gerakan menyibak poni rambutnya sebelum menatap Jihye seutuhnya.
Demi Tuhan!
Demi Dewa!
Di balik masker sialan itu Jihye tidak pernah menyangka jika--dia--menyimpan suatu polesan yang sempurna.
Wajah itu tampan... sedikit aksen imut dan..... bibir licin yang menggoda.
Pria itu memajukan wajahnya. Lengkap dengan senyum yang sialan menawan.
"Perkenalan, namaku---Byun Baekhyun, Nona Oh.... Jihye." ujarnya dengan senyum miring.
Jihye masih enggan menjawab, lagipula bagaimana ia bisa menjawab jika mulutnya saja tersumpal.
Gadis itu terus saja bergerak mundur walau jelas-jelas dirinya sudah menabrak pintu mobil. Melihat hal itu Baekhyun tentu saja tertawa geli lalu semakin mendekatkan tubuhnya.
Terkutuklah kain yang menyupal mulutnya hingga membuat teriakannya hanya menjadi gumaman tidak jelas seperti orang gagu.
"Namamu Oh Jihye kan? Murid kelas 3 di Seoul Senior High School, benar?" tanya Baekhyun yang masih senang menatap wajah gadis Senior High yang terbilang cantik itu.
"Karena aku pikir kau sedang ada jam pelajaran tambahan jadi aku putuskan untuk membunuh paman dan bibi tercintamu malam ini---" pandangan mata Baekhyun turun dan jatuh pada paha putih yang mulus milik Jihye yang tertutup setengahnya karena rok seragam yang sedikit menyingkap.
Baekhyun mengangkat satu alis tebalnya menggoda. Selanjutnya tangannya itu mulai menyentuh paha Jihye dengan gerakan teratur namun dibuat sensual.
"Tapi sepertinya Tuhan sudah sangat mencintaimu dan ingin kau menyusul kedua paman dan bibimu itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] BITTERLY
Teen FictionPEMBUNUH. Satu kata itu yang selalu aku ingat selama hidupku. Karena mulai hari itu hidupku akan terkurung bersama seorang pembunuh. --OH JIHYE---