Suara angin menderu di luar, terlihat debu-debu pasir beterbangan, daun pohon kurma meliuk-liuk kena terpaan angin. Awan hitam menggumpal mulai menyebar, birunya langit mulai tenggelam berselaput mendung, terdengar suara petir menggelegar, tak lama turun gerimis hujan perlahan membasahi tanah Doha.Tampak orang-orang berlari menghindari air hujan, dengan cepat melangkah ke arah mobil atau masuk ke dalam sebuah bangunan rumah sakit. Ada juga bersorak riang sambil mengangkat ke dua tangan, wajah menengadah ke atas, tersenyum bahagia. Bagaimana tidak bahagia, setahun sekali bisa bertemu dengan tetesan-tetesan hujan. Semakin deras air turun dari langit, sepasang bola mata sayu berbulu mata lentik begitu cermat mengedarkan pandangannya kesegala arah dari bingkai jendela flat.
Hujan deras di negeri padang pasir ini selalu di nantikan oleh semua jiwa yang ada dalam negeri ini, seperti memberikan hawa segar setelah cukup lama musim summer menyelimuti negeri yang terkenal dulu sebagai penghasil mutiara.
Hal itu sama apa yang sedang di rasakan oleh gadis manis bernama Aamily Adni seorang mahasiswa Universitas Gems wellington. Gadis manis ini membuka jendela setelah hujan reda, terasa hawa segar menyentuh kulitnya, ia mengulurkan tangan, tetesan hujan yang mulai reda menyentuh telapak tangannya yang putih.
"Allahumma shoyyiban wa naaafi'aan," lirih gadis manis itu.
Wajahnya mendongak ke atas, awan hitam mulai memudar, cahaya matahari di balik awan mulai berpendar ke segala arah. Sangat indah lukisan alam karya sang pencipta. Gadis bertubuh tinggi itu terdiam sesaat. Kemudian menggeret bingkai jendela dan tertutup, masih berdiri menikmati keindahan gejala alam di balik jendela yang penuh dengan bulir-bulir air hujan.
Ketika cuaca Qatar mulai mendingin, maka berduyun-duyun semua orang tumpah ruah keluar untuk refresing bertamasya ke alam terbuka, seperti publik park, beach akan penuh dikunjungi orang. Belum lagi hampir semua sekolah dari tingkat KG (kinder garden) sampe tingkat universitas semarak menyambut dengan berbagai event yang menyenangkan seperti berbagai permainan, pameran kerajinan , sirkus digelar.
Gadis berambut sebahu itu, melepaskan kerudung bergonya yang berwarna biru dongker, kemudian menghempaskan tubuhnya di sofa bermotif bunga, rasa penat dan lelah menjalar di sekujur tubuhnya, apalagi mata yang panas terasa perih yang ia rasakan, sudah beberapa hari ini ia mengerjakan craft project hingga larut malam. Beberapa proyek button tree yang ia buat cukup membuat gadis bermata sayu itu menyita waktu dan tentu menguras energinya.
Namun, untuk tekad mengisi pameran crafting yang diadakan di kampusnya menuntut ia untuk tidak berleha-leha. Bersama teman-temannya ia mengisi pameran yang dalam waktu dekat akan di selenggarakan dalam menyambut musim dingin yang telah tiba.
Terdengar suara adzan magrib sayup-sayup dari kejahuan, ia dengan gontai melangkah menuju toilet untuk mengambil air wudhu, air dingin terasa mengigit di kulitnya, keluar dari kamar mandi, tubuh Ammily mengigil, hawa dingin menyelimuti tubuhnya, brrr....
Selepas ba'da magrib, terdengar indah suara lembut merdu mengalir murajaah surah Ar-Rahman, hingga suaranya lirih terhenti di sebaris kalimat. ''Fabiayyi ala irabbikuma tukadziban", tak lama bulir-bulir air mata menetes dari kedua matanya yang bening. Kalimat itu menjadi titik rasa syukurnya kepada Allah yang telah menyelamatkannya. Suatu peristiwa yang tidak ingin ia ingat, berusaha mengubur semua masa lalunya, dan tak ingin membukanya. Hanya ingin menatap ke depan, tak perlu lagi melihat ke belakang.
***
Wakrah,18/11/2018
#GrasindoStoryInc
YOU ARE READING
Winter Fair
RomanceAamily berusaha mengubur masa lalunya. Baginya masa lalu enggan pergi darinya, selalu mengusiknya, membelenggunya, hingga hadir Fikar menjadi penuntun ke masa depannya, melepaskan belenggu masa lalu itu. *cerita ini diikutsertakan dalam kompetisi...