123

13 0 0
                                    

19 November 2018

Tulisan ini saya buat ketika saya berusia tepat 24 tahun lebih 5 bulan 7 hari. Ketika sebagian orang mengatakan, itu adalah usia rawan, dimana pemuda pemudi mulai berbondong-bondong ingin melepas status lajang. Quarter life crisis. Usia hampir seperempat abad ini dijadikan ajang pengambilan keputusan besar dalam hidup, pengambilan keputusan sekarang atau nanti. Namun bagi saya, saya tidak ingin pusing memikirkannya. Tak perlu terburu-buru, kalau belum waktunya kita mau apa? Setiap orang memiliki masa yang berbeda-beda, pencapaian yang berbeda-beda. Jadi yaa, yasudah lah dibuat gampang saja.
Oke, saya ingin bercerita tentang hal lain. Tentang sebuah kekhawatiran. Kekhawatiran bagi sebagian orang tua setelah anak-anak mereka menikah.
Saya sering mendengar keluh kesah seorang ibu yang memiliki anak laki-laki yang baru saja menikah. Beliau menganggap anaknya kini mulai membagi cinta dan penghormatannya dengan sang istri. Beliau khawatir anak laki-lakinya mulai lupa dengan perhatian dan penghormatan yang seharusnya diberikan kepada satu-satunya wanita mulia yang kini mulai ada tandingannya. Duhai ibu, tak perlu engkau risau tentang itu. Sedari kecil didiklah anak laki-lakimu dengan sebaik-baiknya akhlak, juga sebaik-baiknya taat. Tularkan kelembutan hatimu kepadanya, ajarkan ia bagaimana cara menggapai surga melalui keridhaan mu.
Ibu, sekali lagi tak perlu engkau risau. Ingatkan hal ini kepada anak laki-lakimu setelah menikah nanti, "akan ada 5 wanita yang harus kamu utamakan setiap waktu. Mereka adalah ibumu, ibumu, ibumu, istrimu, dan saudara perempuanmu"
Bagi anak laki-laki, surga tetaplah bergantung pada ibu kandungnya. Sampai kapan pun itu. Maka doakan anakmu agar supaya ia dapat menuntun istrinya untuk terus mengingatkan ia agar tidak melupakan ibu dan saudara perempuannya.
Kudengar lagi keluh kesah seorang ibu tentang anak perempuannya ketika ia sudah menikah. Sang ibu khawatir tak lagi mendapat cinta dan perhatian dari anak perempuannya. Beliau takut ketika masa tua nanti si anak perempuan lupa akan bakti kepadanya. Duhai ibu, tak perlu engkau risau dengan hal itu. Sedari kecil didiklah anak perempuanmu dengan sebaik-baiknya akhlak, juga sebaik-baiknya taat. Contohkan kepatuhanmu terhadap suamimu kepadanya, ajarkan ia bagaimana cara menggapai surga melalui keridhaan suami.
Ibu, sekali lagi tak perlu engkau risau. Ingatkan hal ini kepada anak perempuanmu, surganya kini bergantung pada suaminya.
Doakan agar supaya anak perempuanmu mendapat suami yang selalu mengingatkan akan bakti kepada dua pasang orang tua, yaitu orang tua kandung dan orang tua mertua terutama ibu.
-Anak yang baik akan berusaha memberikan orangtuanya menantu yang baik pula-

Tentang Bakti Setelah Menikah
Where stories live. Discover now