Cermin

115 27 1
                                    

Anita POV
Bunyi alarm yang begitu nyaring dan memekakan telinga memaksaku untuk membuka mata. Aku mematikan alarm tersebut seraya merubah posisi menjadi duduk, mencoba mengumpulkan niat untuk bergegas mandi.

Aku berjalan gontai ke arah pintu. Hari ini hari Senin. Kembali memulai hari dengan upacara bendera dan kembali menunggu hari libur tiba. Mengingat bahwa hari Senin ke Minggu itu cukup lama, rasanya aku ingin kembali tertidur dan melanjutkan mimpi indahku yang sialnya terpotong oleh alarm berisik itu.

"SURPRISE!"

Aku sedikit terkejut ketika membuka pintu mendapati Ibuku yang memegang sebuah kue dihiasi lilin di sekelilingnya serta Kakakku, Ariza yang berdiri di samping Ibu dengan senyumnya yang khas.

Astaga! Aku bahkan lupa bahwa hari ini ulang tahunku. Menginjak usia 16 tahun, artinya aku sudah memasuki masa remaja,

"Selamat ulang tahun sayang." Ujar ibu sambil tersenyum dan menyodorkan kue ditangannya.

"Cepetan tiup lilinnya, gue ada kuliah pagi hari ini. Lapar juga sih." Ujar Ariza. Aku dan ibu saling tatap dan tertawa setelah itu.
Aku dan abangku bisa dibilang siblings goal, karena keposesifan abangku terhadapku. Meskipun begitu, aku tahu ia sangat menyayangiku.

"Ta, ayah nih mau ngomong. Kamu cepetan pake seragamnya! Nanti telat." Ujar ibu di balik pintu.
Setelah selesai, "Selamat ulang tahun sayang! Semoga kamu bisa hemat dan bisa lepas dari cermin ya! Hahaha" Kata ayah.

"Hahaha... terimakasih ayah! Ayah pulang kapan? Anit kangen." Balasku.

"Bulan depan ayah pulang kok. Ohiya Ta, di sini ada yang jual cermin bagus nih daripada cermin kunomu itu. Kamu mau?" Ayah meledek.

"Ayah!" Seruku.
"Pasti maulah. Warna biru dongker ya yah? Ada kan?" Lanjutku.

"Hahaha, oke nanti ayah coba cari. Eh bukannya di Indonesia sekarang jam 06:35 ya? Kamu gak sekolah Ta?" Tanya ayah.

"Iya nih yah sarapannya lambat banget, pokoknya kalau nanti aku telat kamu harus traktir aku makan ya Ta!" Sambung Ariza tiba-tiba. Aku langsung memasang muka sebal.

"Hahaha... yasudah, ayah tutup ya telponnya. Have a good day sayang-sayang ayah!" Sambung ayah.

"Selamat bekerja keras ayah, jangan lupa kirim uang belanja buat ibu ya!" Balas ibu, yang dilanjut tertawa bersama.

***

Bel pulang sekolah berdering,
"Anit, jangan pulang dulu, temenin gue ketemuan sama yankbeb gue dulu ya plis." Seru Intan, teman sebangkuku.

"Loh ni anak kenapa? Kok tumben..." Batinku. Aku hanya mengangguk pasrah saat dia bicara seperti itu.

Setelah sudah menunggu lumayan lama, "Ntan! Manasih yankbeb lo itu?! Lama banget." Intan hanya melirik dan menghiraukanku.

Tak lama setelah itu...
"SURPRISEEE!! Selamat ulang tahun Anit si cacing kepanasan! Semoga cermin lama jelek lo itu bisa dimodif lebih oke lagi ya." Pekik teman sekelasku yang berhasil membuatku terkejut dan tersenyum senang. Ternyata ini adalah sebuah rencana Intan.

***
Beberapa hari setelah itu...
Aku yang tadinya sedang makan malam bersama ibu dan abangku, langsung beranjak dari tempat duduk saat mendengar ada pengirim paket. Tak lama dari itu, aku langsung membuka paket itu dengan tidak sabar.

"Sayang, habiskan dulu makannya." Ujar ibu

"Aku kenyang bu. Bang, tolong habiskan makananku ya hehehe." Balasku. Ariza hanya menggeleng.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 06, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CerminWhere stories live. Discover now