Sejak hari itu aku mulai menaruh rasa yang tak lagi biasa, padahal aku tak tahu siapa kau sebenarnya, aku hanya memandangmu dari video singkat story instagram, sehingga membuat hati ini kembali memendam.
Beberapa kali niatanku untuk menanyaimu, tapi apalah daku yang tak kuasa menahan malu, seringkali aku tersenyum bahagia, walau hatiku hanya mampu menerka-nerka.
Mencintaimu adalah bukan kesalahan, hanya saja aku perlu sedikit bersabar dalam memendam rasa yang tak tahu hatimu milik siapa. Sebait do'a ku kukirimkan padaNya hanya untuk didekatkan padamu tapi ku tak tahu apakah do'aku akan disegerakan atau saja aku bukan pilihan tepat bagimu.
Aku meyakini tuhanlah maha pemberi dan maha pengasih, jika saja aku bukanlah untukmu maka aku akan bersyukur karena tidak dibersamakan dengan orang yang bukan pilihanNya. Sebab, hanya pedih dan penyesalan yang akan membekas jika aku terus tenggelam dalam penyesalan.
Yaa aku harus realistis dalam memandangi problematika cinta seperti ini, sebab aku pernah baca dalam salah satu buku Ahmad Rifa'i Ri'fan yang berjudul "Mengapa Hidupku Mudah" beliau berkata "kita hidup di dunia ini hakikatnya adalah mengatasi masalah yang satu, untuk beralih menuju masalah yang lain".
Jujur saja, aku lega setelah tahu kalimat seperti itu, selain memberi sedikit angin segar aku juga seketika mengingat bahwa kita manusia punya sandaran (Allah) dan tempat untuk melabuhkan segala keluh kesah duniawi kita kepadaNya."Aku tak punya kuasa apapun dalam menahan rasa terhadapmu,
Yang aku bisa hanya mengadu dan meminta pada penciptamu,
Sebagi insan kau adalah impianku dalam mengarungi bahtera rumah tangga,
Namun kita hanya bisa berencana tapi tuhan maha perencana sebaik-baik rencana".
KAMU SEDANG MEMBACA
Perencana
PoetryKisah ini tentang seseorang yang menaruh rasa pada sosok yang dicintainya, namun tak mampu berbuat banyak karena ia tahu bahwa mencintai adalah hak setiap insan namun tidak bisa memaksakan kehendak dan tak harus memiliki. Semoga cerita ini dapat men...