Di dalam ruang, banyak sekali canda yang terlahir. Dari mulai pertanyaan-pertanyaan ringan hingga menyintir beberapa perkembangan teknologi sampai ke politik dan hukum di Negeri ini. ya, berbincang dengannya selalu yang aku nantikan lama. Pak Fadlan selalu tersenyum, dipermanis dengan kumis yang pas menjadi payung di atas ranum senyummannya.
Perlahan berjalannya waktu. Kedekatan kami pun seperti seorang ayah muda kepada anaknya. Aku memang cukup tinggi dibanding murid lainnya, tinggi tubuhku sekitar 168 cm. Beberapa anak di sekolah selalu bergosip. Sempat kelas dibuat heboh akibat gosip ‘kentut’ tersebut. Gosip tersebut menyebutkan aku dan pak Fadlan yang berpacaran. Setiap pelajaran pak Fadlan, pasti selalu ada lontaran dari mulai sindiran hingga perkataan yang membuatku jengkel. Namun, mengapa harus dimasukan dalam-dalam, jika bukan itu kenyataan yang terjadi. Pak Fadlan hanya tersenyum menyikapi itu, dan sesekali mengalihkan tatapan matanya padaku.
***
Mendekati masa Ujian Akhir Sekolah. Ada beberapa rasa ketakutan akan kehilangan atau kegagalan, tapi sekali lagi Pak Fadlan dan guru lainnya selalu memberikanku support serta do’a yang paling terpenting, disertai juga dengan ikhtiar. Kecemasanku waktu itu memang sempat membuatku sakit selama dua minggu. Sebelum minggu depannya adalah hari ‘H’. Pak Fadlan selalu menyempatkan menjengukku dan memberikan beberapa ringkasan materi. Terkadang ia mengajarkanku di ruang rawat itu. Pak Fadlan memang guru yang serba bisa, pikirku saat itu.
“Kamu harus cepat sembuh, Naila. Dalam do’a Bapak, selalu ada namamu..” kalimat yang tertulis dibungkusan bunga dengan tiga macam warna, masih tersimpan. Dengan nama Fadlan A. Di bawahnya.
***
*hallo guys.. Thx sdh bca*
*maaf kalau kurang panjang hehe*
*jgn lupa beri suara dan tinggalkan commen di kolom komentar yah*
*see you in the next story*.
![](https://img.wattpad.com/cover/167937504-288-k589604.jpg)