Hanya itu Saja yang Ku Inginkan

21 13 5
                                    

"Afif...fif..." Suara panggilan yang ku harap selalu ku dengar sampai akhir hayat ku. Suara siapakah itu??? Itulah suara malaikat ku... Yaaa dia ibuku. Satu - satunya keluargaku yang tersisa yang ku miliki setelah kejadian kelam 12 tahun yang lalu, menimpa diriku dan keluargaku.

--------------------------------------------------------
Nama ku adalah Afifuddin Albertus anak desa dari kedua orang tua yang berlatar belakang seorang pedagang yang mengharapkan diriku sukses menjadi pengusaha di kota besar nantinya.

Sekarang ini aku telah berumur 12 tahun. Aku duduk di bangku kelas 1 smp di SMP Islam Aceh. Aku juga mempunyai adek perempuan yang bernama Cut Meutia, dia baru berumur 5 tahun tapi sudah pintar melebihi teman - teman sebayanya.
Kedua orang tua ku hanyalah seorang yang bermata pencaharian sebagai petani.

Di keluarga ku ada tradisi kalo anak perempuan di keluarga kami setiap tahun baru membuat sarung yang nantinya diberikan ke setiap laki - laki di rumah kami, kadang - kadang juga diberikan ke tetangga yang lain. Yaap... Ibuku yang menjadi pelopor terbentuknya tradisi ini, karena menurut ibu keluargaku ini mempunyai keahlian membuat sarung sayang sekali jika tidak dituangkan untuk hal yang lebih berguna.

Ibuku juga berkeinginan jika anak - anaknya nanti bisa mengembangkan keahlian membuat sarung atau mungkin bisa lebih dari itu, mungkin saja mereka bisa menjadi orang sukses dengan menjual sarung buatan keluarga.Mungkin menurut sebagian orang di desaku harapan orang tua ku ini hanyalah bualan semata, karena di desa ku ini remaja yang seumuran ku pada akhirnya hanyalah menjadi seseorang yang bermata pencaharian petani, nelayan, pedagang dan kerja yang paling tinggi hanya menjadi lurah atau camat . Terkadang aku ingin menertawai orang - orang yang menghina impian kedua orang tuaku, karena menurut ku mereka tidak perlu bahkan tidak pantas melakukan hal itu, mereka bukanlah Tuhan yang mengetahui apakah diriku ke depannya akan sukses ataupun tidak, hal itu tergantung dari niat masing masing individu.

Menurutku perkataan hinaan yang kudapat adalah motivasi ku nantinya.
Setiap lembar demi lembar majalah ataupun koran tentang sukses berbisnis ku baca. Sedikit demi sedikit ku pelajari. Ku mulai dari yang terendah, walaupun memang sangat sulit ku lakukan dengan niat membahagiakan kedua orang tua.

Bulan demi bulan telah berlalu, syukur ku ucapkan usahaku mulai berbuah hasil. Kami mulai mengekspor barang kami keluar kota.
Semakin hari usahaku memang semakin berkembang tapi ibu mulai gundah dan sedih akan hal ini. Dia memang ingin anak - anaknya sukses tapi bukan berarti mereka melupakan tugas utama mereka dan tradisi keluarga mereka. Sebagai anak aku pun mengajak ibuku pergi keluar kota tanpa mengajak ayah dan adikku, niat ku seperti ini agar ibu melupakan sejenak kegundahannya.

Pagi yang cerah menyapaku,  ku lihat jam sudah menunjuk pukul 09 : 30. Entah kenapa perasaan ku rasanya ingin secepatnya pulang ke desa ku, Aceh. Saat tubuh ku beranjak dari tempat tidur ku mendengar suara tangisan yang sangat mendalam. Diriku baru sadar kalo itu adalah suara tangisan ibuku. "Aaahhhh... Ya Tuhan kenapa ini bisa begini..." Isak tangis ibu. Langsung ku mengikuti asal suara itu dan ku bertanya dengan ibuku. "Bu kenapa ibu menangis?" Tanyaku bingung. Sambil menangis ibu menunjuk televisi di depan kami.
Aku pun melihatnya. Seketika seperti ada petir yang menyambar diriku dengan begitu keras yang membuat diriku berhenti bernafas sejenak. Pikiranku entah kemana, campur aduk. "Kenapa ini bisa terjadi... ACEH DILANDA TSUNAMI BERSKALA 9.3 RICHTER DAN MELULUH LANTAHKAN BANGUNAN DI SEKITARNYA"
Karena tak dapat menahannya ibu pun pingsan dan dibawa ke rumah sakit karena serangan jantung. Aku masih dengan posisi yang tak bisa berkata - kata.
Telfon berdering ku angkat panggilan itu, terdengar "fif... Afif... Nak carilah bapak dan adik mu nak..." Sambil terisak-isak.

Aku pun pulang ke tempat asal diriku berada. Ya itu Aceh, tempat yang telah diluluhlantahkan tsunami. Menelfon semua kontak yang ada di ponselku dan ku berharap ada yang tau keadaan ayah dan adik kecil ku. Sekarang ini hanya itu saja yang kuinginkan ya itu saja Tuhan. Berhari - hari ku mencari di setiap tempat pengungsian tapi kutemukan hanyalah nihil, tidak ada tanda - tanda adikku. Rasa putus asa mulai menyerangku, akankah diriku dapat menemukan keluarga ku.

"Bi.. Afif sudah bertemu dengan ayah dan adiknya disana?" Dengan muka yang sangat berharap ada keajaiban menghampirinya. "Maaf Bu... Afif masih mencari" balas pengasuh. Suara di ruangan itupun seketika senyap, kebiasaan ibu yang suka melamun saat kejadian itu kembali kambuh.
Aku sangat sedih dan bingung mendengar tutur cerita pengasuh ibu tentang keadaan ibu sekarang ini .

Ya Tuhan...
Ku memohon padamu
Pertemukannlah diriku dengan keluarga ku
Hanya itu saja ya tuhan, hanya itu saja
Berikanlah keajaiban kepada diriku
Amin ...

Bulan demi bulan telah berlalu tahun demi tahun telah berlalu. Aku memulai menata kehidupanku kembali dan berusaha tegar dengan kenyataan yang ku alami. Sudah 12 tahun usaha sarung keluarga yang ku jalani berjalan dan mulai mengembangkan usahanya ke tahap internasional. Aku memang bangga akan hal ini, ini berarti impian Ayah, Ibu, dan Adikku tercapai tapi tetap saja masih ada relung kehilangan yang sangat amat mendalam atas kejadian yang terjadi 12 tahun lalu.
Dan sama seperti 12 tahun yang lalu keadaan ibu masih sama, selalu terdiam tanpa senyuman menghiasi wajahnya.

Usaha keluarga ku ini telah terkenal semanca negara, sampai - sampai setiap ada berita tak lupa kesuksesan usaha keluarga ku ini ditampilkan di berita tersebut baik di koran, majalah, dan tv.
"Baik pemirsa kita ke berita selanjutnya, ya di berita selanjutnya ini kita akan membicarakan pengusaha sarung sukses yang telah mengepakkan usahanya ke manca negara"seorang pembawa berita berbicara
" wah... Pak liat ini hebat ya pak ada pengusaha sarung yang terkenal sampel manca negara pak"bicara seorang gadis desa lugu nan lucu
"Wah... Siapa namanya?" Suara seorang bapak yang telah tua renta
"Ya nama pengusaha itu adalah Afifuddin Albertus" kata si pembawa acara.
Seketika dua orang itu diam dan mulai mengeluarkan air mata.
"Pak... Itu kak Afif" tutur seorang gadis yang ternyata dia adalah adik dari Afifuddin yang selama ini ia cari.

"Kring...kring..." Suara dari ponsel yang mulai usang dimakan usia.
"Halo... Ini dengan siapa?" Tanya ku dengan penuh kebingungan
"Kak Afif ini aku... adikmu" bicara seorang gadis dengan sangat antusias.
Mendengar hal itu aku langsung teringat akan kejadian yang terjadi 12 tahun yang lalu dan perasaan ku mulai campur aduk. Tanpa berpikir panjang aku yang sedang bertemu dengan pelanggan langsung menjemput keluarga yang selama ini aku cari tak lupa juga mengajak ibuku.

Untuk kesekian kalinya kakiku berpijak di tanah yang telah lama ku tinggalkan. Detak jantungku mulai berdegup kencang, langkah kakiku makin lama makin cepat rasanya tak sabar sampai ke tempat tujuanku selama ini.
Langkah kaki ku berhenti saat melihat dua orang yang sangat ingin ku peluk, ya dialah ayah dan adikku.
12 tahun diriku mencari mencari mereka. Semua ini berkat dirimu Tuhan engkau memberikan kemudahan untuk keluargaku bertemu kembali berawal dari tradisi keluarga kami yang suka memberikan sarung ke anak laki - laki hingga sukses merintis usaha sarung dan karena itulah kami dapat bertemu kembali.

Harapan dan kesempatan selalu ada untuk orang yang terus berusaha keras dan berdoa kepada Tuhan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hanya Itu Saja Yang Ku InginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang