[4]

2.2K 289 11
                                    

Memastikan sakura dalam kondisi baik-baik saja di tengah kegiatan padatnya, sudah menjadi rutinitas tak terjeda oleh Sasuke sejak insiden memilukan antara Sakura dan Menma.

Tentu saja kedekatan mereka tidak luput dari pengamatan seorang Uzumaki Naruto. Setelah latihan melelahkan mereka, naruto meringsut mendekat kearah sasuke.

"Ku perhatikan hubunganmu dengan sakura semakin dekat. Sejak kapan kalian saling kenal?"

Kalau boleh jujur, dekat dengan Naruto memunculkan perasaan memuakan dan menyesakkan karena dua hal. Pertama karena Naruto mengingatkan dirinya pada si brengsek Menma dan kedua karena Naruto mengingatkan dirinya pada kisah cinta suramnya.

Mendesah berat, sasuke melirik tanpa minat sang kapten yang duduk tepat di sampingnya. Jika sasuke teliti lebih detail, tatapan naruto bukanlah tatapan bocah jahil yang ingin menggoda temannya. Tapi lebih kepada tatapan seorang kakak yang tidak percaya pada pria asing yang mencoba mendekati adiknya.

"Aku tidak akan menyakiti sakura, jika itu yang kau takutkan."

Tertawa pelan, naruto menepuk kencang pucuk kepala sasuke dengan handuk kering yang sebelumnya sudah naruto siapkan.

"Aku senang kau paham maksudku. Tapi aku serius ingin tahu sejak kapan kalian menjadi begitu dekat. Kau bukanlah jenis orang yang mudah akrab dengan orang asing, Sasuke. Dan rasanya aneh saja melihatmu tiba-tiba dekat dengan sakura."

"Satu aku setuju, dua kau keliru. Aku dekat dengan sakura tidak tiba-tiba. Banyak hal yang terjadi hingga kami sampai di posisi ini. Pertemuan pertama kita juga bisa dikatakan tidak menyenangkan, kalau kau ingin tahu tentu saja."

Selama sasuke bercerita dengan menghapus peluh yang membanjiri wajahnya, naruto melegakan tenggorokannya yang sejak tadi kering kerontang.

"Kau bisa saja menganggapnya angin lalu. Dengan sikap cuekmu, mengabaikan sakura bukanlah hal yang susah. Kenapa kau tetap mendekatinya?"

sebelum menjawab pertanyaan naruto, giliran sasuke yang membuka tutup botol sport drinknya dan menenggak cairan itu hingga tersisah setengah.

"Aku hanya merasa sakura bukanlah perempuan yang bisa ku perlakukan dengan buruk. Niat awalku hanya ingin memperbaiki kesalahan bodoh yang ku perbuat. Tapi semakin aku mengenal sakura, aku semakin nyaman dengan kehadirannya."

"Apa kau menyukai sakura?"

"Tentu saja."

Naruto terdiam. Ia menatap lekat sasuke yang memilih mengamati junior-juniornya berlatih.

"Jenis rasa suka yang kau rasakan berbeda dengan yang ku maksud kan?"

Sasuke menatap naruto dengan sebelah alis terangkat tinggi.

"Apa maksud mu?"

"Aku bertanya apa kau menyukai sakura, dalam artian pria yang menyukai wanita. Dan ku rasa 'tentu saja'mu bukanlah jawaban atas pertanyaanku barusan."

"Apa yang kau harapkan? Aku menyukai sakura sebagai lawan jenisku?"

Naruto mengedikkan bahunya acuh tak acuh dan kembali menenggak sport drinknya.

"Bagiku sakura sama seperti hinata."

"Posisi mana yang kau bicarakan?"

Sasuke semakin tidak mengerti arah pembicaraan mereka.

"Bicaralah dengan jelas." Tukas sasuke tajam dengan suara rendah. Dia tidak suka dengan cara bicara naruto yang bertele-tele.

Tawa rendah naruto sesaat mengingatkan dirinya pada sosok menma hari itu. Meski sifat mereka berbeda, mereka tetaplah adik kakak. Pasti ada satu atau dua kemiripan di antara naruto dan menma. Sekarang sasuke tahu di mana letak kemiripan itu.

Merpati Tak BerkepakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang