0.1 (ICE CREAM)

1.2K 45 3
                                    





Lelaki bersurai kecoklatan itu nampak melangkahkan kakinya menuju apartemen kediamannya. Sambil menunduk pria itu menyeret kedua tungkainya malas untuk tetap merajut langkah. Yang ada dibenaknya saat ini hanyalah bagaimana agar dirinya segera tiba dirumah dan menghempaskan tubuh dikasur empuk miliknya dan segera memejamkan mata. Betapa tidak, pasalnya aktifitasnya seharian ini benar-benar menguras habis energinya. Bahkan diwaktu yang selarut ini tubuhnya masih terbalut seragam sekolah.

Ya, Kim Hanbin. Pria tampan berusia 19 tahunan itu kini duduk di tingkat tiga sekolah menengah atas. Tidak heran jika tuntutan ujian kelulusan yang sebentar lagi dilaksanakan mengharuskannya mengikuti beberapa pelajaran tambahan yang membuat hari-harinya kian melelahkan. Bahkan hampir setiap hari ia harus pulang larut. Sumpah demi apapun Hanbin benar-benar membenci itu.

Beberapa saat kemudian pria itu tiba didepan apartemennya yang berada di salah satu kawasan elit di Seoul. Hanbin pun segera membuka pintu dan masuk kedalam apartemennya.

"Aku pulang" ucapnya lemah hampir tidak terdengar. Entah adakah penghuni rumah itu yang mendengar ucapan salamnya atau tidak, ia sama sekali tidak peduli.

Hanbin pun melemparkan ranselnya asal ke sembarang arah kemudian menghempaskan tubuhnya kasar pada sofa ruang keluarga miliknya sehingga menimbulkan suara yang cukup keras. Entahlah mungkin Hanbin memang terlalu lelah.

Lelaki itupun mulai memejamkan matanya hingga akhirnya terdengar derap langkah kaki mendekat menghampirinya.

"Ah Oppa, Kau sudah pulang?" tanya sebuah suara didepannya.

"Hmm" jawab Hanbin dengan mata yang masih terpejam.

"Kenapa kau lama sekali Oppa? Kenapa jam segini baru pulang? Aku sudah menunggu Oppa sejak tadi tahu." gadis manis itupun memberondong Hanbin dengan sejumlah pertanyaan bagaikan seorang reporter berita yang tengah mengorek informasi dari seorang narasumber.

"Kenapa kau banyak sekali bertanya Hanbyul-ah? Sudahlah Oppa sangat lelah" jawab Hanbin mencoba bersabar.

Begitulah Kim Hanbyul, bocah kecil berusia 4 tahun itu adalah adik semata wayang Kim Hanbin. Dia adalah anak yang ceria, cerewet, dan juga ingin tahu banyak hal. Tidak heran jika Hanbyul suka sekali menanyakan tentang hal apapun mengenai keingintahuannya itu. Entah itu kepada sang kakak, Hanbin, ataupun kepada Eomma-nya.

"Jawab aku Oppa! Kenapa Oppa tidak mau menjawab pertanyaanku?" ucap Hanbyul dengan tampang sebal. Hanbin pun menyerah. Dia pun memegang kedua bahu gadisnya lembut.

"Dengar ya Hanbyul sayang, tadi Oppa pulang terlambat karena ada pelajaran tambahan dikelas. Jadi Oppa saat ini benar-benar lelah. Karena itu biarkan Oppa istirahat sebentar ya?"
Gadis kecil itupun merespon dengan ber "oh" ria sambil mengerjapkan kedua matanya lucu. Hanbin merasa lega karena sang adik akhirnya mengerti.

Hanbin baru saja menyandarkan punggungnya kembali ke sofa sambil memejamkan mata saat tiba-tiba dirasakannya sebuah tangan mungil terulur untuk menarik-narik tangannya.

"Kemarilah Oppa, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu." pinta Hanbyul masih menarik tangan Hanbin memaksa untuk mengikuti kemauannya.

"Sebentar Hanbyul, Oppa masih lelah. Sana ajak saja Eomma."

"Tidak, aku ingin menunjukkannya pada Oppa bukan kepada Eomma." jawab Hanbyul masih tetap keras kepala.

"Sudahlah Eomma saja Hanbyul-ah."

"Tidak mau!" pekik Hanbyul sebal.

"Lagipula hari ini Eomma kan pergi menginap di rumah Bibi Han yang sedang sakit."

Siblings [ONESHOOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang