0.3 (THAI TEA)

384 16 5
                                    


"Duh udah jam segini lagi." aku melirik sekilas jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiriku.

Hari ini adalah hari Senin sekaligus hari pertama masuk sekolah setelah dua minggu liburan tengah semester. Aku hanya bisa merutuki kebodohanku yang bisa-bisanya bangun kesiangan pagi ini. Pasalnya semalam aku baru saja marathon drama korea dan baru tidur sekitar pukul setengah tiga pagi.

Oh iya ngomong-ngomong kita belum kenalan. Perkenalkan namaku Kim Hanbyul, bungsu dari dua bersaudara, kelas satu SMA, tinggal di Jakarta.

Lanjutkan lagi tidak perkenalannya? Oke. Golongan darah B, berat badan 44kg, tinggi 163cm, hobi menonton drama korea, stalking bias dan membaca wattpad, makanan favorit ayam geprek, minuman favorit thai tea rasa matcha dan manggo float-nya KFC.

Aku punya seorang kakak tampan bernama Kim Hanbin, dia sudah kuliah di salah satu universitas dan sekarang sudah memasuki semester enam kalau aku tidak salah. Ayahku seorang pengacara, sedangkan ibuku pengelola sebuah butik. Kurasa sudah cukup segini saja berkenalannya.

Aku kembali mematut diri di cermin besar yang tergantung di sudut kamar, setelah memakai seragam aku segera memasang dasi dengan tergesa, kemudian menyambar tas sekolah di atas meja belajar dan bergegas menuruni tangga menuju ke lantai bawah.

****

"Pagi kak." sapaku tersenyum kepada kak Hanbin yang sudah duduk di meja makan sambil ditemani laptop dan secangkir kopi yang tampak masih mengepul. Sepertinya dia sedang sibuk mengerjakan tugas kuliahnya.

Mendengar sapaanku, kak Hanbin hanya mengangkat kepala lalu melirikku sekilas dan kembali fokus lagi ke layar laptopnya. Kemudian menyeruput kopinya lagi. Acuh sekali. Oke positive thinking, mungkin dia lelah dan pusing dengan tugasnya jadi terbawa serius.

Mengingat kalau aku sudah kesiangan, aku memutuskan untuk minum segelas susu saja tanpa sarapan.

"Kak Hanbin kenapa tadi nggak bangunin aku sih?"

"Lo tuh sekarang udah gede, belajar mandiri dong jadi anak." sahut dia tanpa menatapku.

"Hah?"

Aku kaget. Tidak biasanya kakakku bersikap sedingin itu. Ada apa ini sebenarnya? kak Hanbin kenapa? Ada yang bisa jawab?

"Lah terus papa mama pada kemana kok tumben sepi amat?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Mereka kan dari kemarin ke Bandung, amnesia lo?"

"Hehe ya maaf aku kan lupa." jawabku garing.

Tanpa menjawab lagi kak Hanbin lanjut menghabiskan sisa kopinya lalu membereskan tumpukan kertas-kertas tugas serta laptop dan memasukkannya ke dalam tas kuliahnya.

Aku langsung menghabiskan sisa susuku.
"Kakak mau cabut sekarang? Aku nebeng ke sekolah ya?"

"Nggak bisa, abis ini gua mau ada urusan." tolak kak Hanbin langsung. Hah apa-apaan ini kakakku kok jadi begini?

"Ya tapi kan motor aku masih di bengkel kak, aku ke sekolahnya gimana dong nanti?" kataku tak mau kalah.

"Ya naik angkot atau kalau nggak pesen grab kan bisa. Udah gede nggak usah manja."

"Tapi Kak~"

"Udah dibilangin nggak bisa gue ada urusan. Lo budek?"

Glek.

"Kak Hanbin kok~" ucapku terpotong.

"Udah sana berangkat, gua cabut duluan mau jemput Yeri." Kak Hanbin langsung menyambar tas dia dan pergi meninggalkanku begitu saja. Sumpah rasanya ingin menangis tapi masih kutahan.

Siblings [ONESHOOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang