1%

212 12 9
                                    

"Ayah"

Jihoon monolehkan kepalanya, kemudian mensejajarkan tingginya dengan gadis kecil tersebut.

"Ya anak ayah?" Jihoon mengusap pucuk kepala putrinya lembut

"Ayah kerja lagi ya? Boleh tidak naji ikut, naji masih kangen ayah" gadis tersebut berhambur peluk pada perpotongan leher jihoon

"Park Najihoon ayah masih sibuk sayang, tidak apa ya ayah tinggal berkerja, ayah janji akan pulang cepat dan bermain dengan naji" Jihoon memberikan jari kelingkingnya

"Ayah janji?" Najihoon menatap ragu kelingking ayahnya tersebut

"Heum, naji ingin membeli mainanpun nanti ayah akan menemani" jihoon meyakinkan anak gadis nya tersebut

"Uh baiklah, ayah sudah berjanji dan naji yakin ayah tidak akan berbohong lagi" najihoon tersenyum memamerkan gigi rapihnya, ucapan tersebut sukses membuat hati jihoon mencolos

Jihoon hanya tersenyun membalasnya dan mengecup sebentar pipi gembil putrinya itu.

"Ayah berangkat, baik baik pada nenek dan kakek ya" jihoon mengelus pucuk kepala naji lalu melangkahkan kakinya menjauh

"Dahhh ayah~" Naji melambai-lambaikan tangannya saat melihat mobil ayah nya itu pergi melesat jauh

























•°•°•°•



"Arggghhhhh!" Jihoon melemparkan kasar pulpennya dan memijat pelipiskan kasar

"Naji, maafkan ayah" jihoon menatap sendu handphone nya yang sejak tadi berdering menampilkan kontak ibunya yang jihoon yakinin itu adalah najihoon, putri kecilnya

Ia terlalu takut sekedar memberikan alasan kepada naji karna tak menepati janji seperti sebelum-sebelumnya.

Ia mengutuk seluruh berkas sialan ini, tak ada habisnya bagi jihoon, mengalir terus menerus seperti sebuah kran air.

Ia takut, benar-benar takut jika anak semata wayang yang ia sayangi tersebut kekurangan sebuah kasih sayang orang tua.

"Nancy" lirih jihoon

"Kembali lah ku mohon" jihoon menutup matanya yang sekarang mengeluarkan setetes air mata

Memori kembali berkelabat di pikirannya, dimana nancy mati matian bertahan untuk melahirkan najihoon.

Nancy yang penuh dengan keringat, jeritan keras, dan genggaman erat hingga membuat buku buku tangannya memutih.

Dan sialnya, pendarahan hebat terjadi, membuat nancy istri yang jihoon sayangi itu kekurangan banyak darah, dan meninggal sebelum melihat dan mendengar tangis anak pertama mereka yang jihoon puji kecantikannya.

"Nancy maafkan aku" lirih jihoon lagi

"Maaf, ma-maaf hiks.."

"Maaf aku belum bisa menjadi orang tua tunggal yang baik untuk anak kita"

"NANCY!!!!" jihoon frustasi, menghempaskan handphone nya yang dari tadi terus berdering dan berakhir dengan naas

"KEMBALI KU MOHON HIKS... KEMBALI!!!!" Jerit jihoon terus menerus

Beruntung kantor dalam keadaan sepi sekarang, tentu saja sepi, sekarang sudah pukul jam 11 malam, kantor sudah tutup sejak jam 5 sore tadi, tidak akan ada satupun karyawan, hanya jihoon selaku CEO pada perusahaan Park Corp tersebut.

Lelah menangis, jihoon menelungkupkan kepalanya pada kedua lipatan tangannya yang berada di atas meja kerjanya dan menenggelamkan wajahnya hingga tanpa sadar ia tertidur.

Tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Baby Sister - Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang